Kisah Ratusan Penumpang Kereta Disandera di Pakistan, Pura-Pura Mati 2 Hari agar Tak Ditembak
QUETTA, iNews.id - Drama penyanderaan ratusan penumpang kereta api di Pakistan oleh kelompok separatis Tentara Pembebasan Balochistan (BLA) berakhir setelah 2 hari. Pasukan keamanan Pakistan terlibat baku tembak dengan pelaku, menyebabkan 33 separatis tewas.
Para pelaku meledakkan rel kereta api di Balochistan, kemudian menyandera kereta api Jaffar Express rute Quetta-Peshawar. Saat itu kereta dinaiki hampir 500 penumpang.
Gelombang terakhir penumpang yang diselamatkan dari penyanderaan, berjumlah puluhan orang, tiba di Quetta pada Kamis (13/3/2025). Lokasi penyanderaan berjarak sekitar 6 km dari stasiun terdekat di Quetta.
Operasi pembebasan tersebut juga menyebabkan 21 sandera dan enam pasukan keamanan tewas.
BLA, kelompok etnis bersenjata terbesar di wilayah tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Seorang masinis Jaffar Exspress mengatakan, para pelaku menembaki ke arah kereta secara brutal. Menyadari ada yang tak beres, para kru dan penumpang bergeletakan di lantai, seolah-olah telah meninggal.
Para pelaku juga mengincar pasukan keamanan Pakistan yang turut menjadi penumpang kereta.
"Para teroris memasuki kereta dengan memecahkan jendela, tapi mereka keliru mengira kami sudah mati lalu mundur," kata masinis tersebut, seperti dikutip dari Reuters.
Dia berpura-pura mati dengan berbaring di lantai kereta selama sekitar 27 jam sampai polisi dan tentara tiba. Bahkan ada penumpang lain yang pura-pura meninggal tak bergerak di lantai kereta agar tak menjadi sasaran tembak.
Sementara itu rekaman video memperlihatkan para penumpang yang dibebaskan mendapat pertolongan pertama di stasiun kereta api Quetta.
"Jika tentara tidak datang hari ini, para pelaku mengatakan akan mengeksekusi kami semua," kata seorang penumpang selamat, kepada stasiun televisi Geo News.
BLA menuntut pemerintah membebaskan tahanan politik etnis Baloch serta memulangkan para aktivis yang diculik militer. Mereka memberi waktu 48 jam kepada pemerintah untuk memenuhi tuntutan tersebut atau akan membunu para sandera.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengutuk serangan itu.
"Tindakan pengecut seperti ini tidak akan menggoyahkan tekad Pakistan untuk perdamaian," ujarnya.