FKH Unair Masuk 100 Besar Dunia di QS WUR 2025: Satu-Satunya di Indonesia!

FKH Unair Masuk 100 Besar Dunia di QS WUR 2025: Satu-Satunya di Indonesia!

Gaya Hidup | sindonews | Rabu, 2 April 2025 - 00:05
share

Ray Sahetapy, seorang aktor senior yang telah mengabdikan dirinya selama lebih dari empat dekade untuk dunia hiburan Indonesia, dikenal sebagai sosok yang tidak hanya memiliki kemampuan akting luar biasa. Tetapi juga dedikasi tinggi terhadap seni peran.

Sayangnya, dunia perfilman Indonesia baru saja kehilangan sosok Ray Sahetapy yang meninggal dunia di usia 68 tahun pada Selasa (1/4/2025) setelah mengalami masalah kesehatan. Kabar duka ini pertama kali dibagikan anak sang aktor, Surya Sahetapy melalui akun Instagram pribadinya.

"Selamat jalan, Ayah! @raysahetapy. We always cherish the memories of our time with you," tulis Surya dikutip dari Instagram @suryasahetapy.

Profil Rey Sahetapy

Ray Sahetapy, yang lahir dengan nama lengkap Ferenc Raymond Sahetapy pada 1 Januari 1957, di Donggala, Sulawesi Tengah, berasal dari keluarga berdarah Maluku. Sejak muda, ia sudah memiliki cita-cita besar untuk menjadi seorang aktor, dan impian tersebut ia perjuangkan dengan penuh komitmen.

Meskipun kadang namanya tertulis sebagai Ray Sahetaphy, nama resmi yang digunakan adalah Ferenc Raymond Sahetapy. Dengan perjalanan hidup yang panjang dan berwarna, Ray telah menjadi salah satu ikon perfilman Indonesia yang dikenal oleh berbagai generasi.

Pendidikan

Untuk mendalami dunia seni peran, Ray menempuh pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tahun 1977. Di sana, ia bergabung dengan sejumlah nama besar lain yang kelak turut berkontribusi besar dalam dunia hiburan Indonesia, seperti Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok. Ray menyelesaikan pendidikannya di IKJ pada tahun 1988, yang menjadi fondasi kuat bagi kariernya di dunia film.

Perjalanan Karier

Untuk mendalami dunia seni peran, Ray menempuh pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tahun 1977. Di sana, ia bergabung dengan sejumlah nama besar lain yang kelak turut berkontribusi besar dalam dunia hiburan Indonesia, seperti Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok. Ray menyelesaikan pendidikannya di IKJ pada tahun 1988, yang menjadi fondasi kuat bagi karirnya di dunia film.

Karier Cemerlang di Dunia Perfilman

Ray memulai kariernya dengan membintangi film Gadis yang disutradarai oleh Nya' Abbas Akup pada tahun 1980. Ini menjadi titik awal perjalanan panjangnya di dunia akting. Sepanjang kariernya, Ray telah membintangi lebih dari 80 film, menjadikannya sebagai salah satu aktor paling produktif dan dihormati di Indonesia.

Era 1980-an hingga 1990-an merupakan masa kejayaan Ray, di mana ia menjadi aktor populer yang dihormati karena kemampuan aktingnya yang mendalam dan karisma yang kuat.

Penghargaan dan Prestasi

Ray memperoleh berbagai penghargaan atas kemampuannya di dunia akting. Ia tercatat tujuh kali dinominasikan sebagai aktor terbaik dalam ajang Piala Citra, penghargaan film tertinggi di Indonesia.

Selain itu, Ray juga meraih beberapa penghargaan bergengsi, termasuk penghargaan aktor pendukung terbaik di Indonesian Movie Awards pada tahun 2013 melalui film The Raid, dan penghargaan serupa di Bandung Film Festival pada tahun 2015 melalui film 2014, Siapa Di Atas Presiden. Prestasi-prestasi tersebut menjadi bukti nyata dari kualitas akting Ray yang tak diragukan lagi.

Film yang Dibintangi

Di antara banyak film yang telah dibintanginya, Ray Sahetapy dikenal luas lewat beberapa judul terkenal, di antaranya Kabut Ungu di Bibir Pantai, Dukun Ilmu Hitam, Sejuta Serat Sutra, dan Darah dan Mahkota. Namun, peran yang membuatnya kembali mendunia adalah saat ia memerankan karakter Tama dalam film internasional The Raid: Redemption (2011).

Film ini tidak hanya sukses di Indonesia tetapi juga mendapatkan pengakuan global. Selain itu, Ray juga membintangi film-film seperti May the Devil Take You (2018) dan May the Devil Take You Too (2020).

Dedikasi pada Dunia Teater

Tak hanya berfokus pada film, Ray juga memberikan kontribusi besar terhadap dunia teater. Ketika industri perfilman Indonesia menghadapi masa sulit, ia tidak menyerah dan justru membangun sebuah sanggar teater di pinggiran kota.

Di sana, ia membina talenta-talenta baru yang kelak menjadi bintang-bintang besar di dunia hiburan Indonesia. Ray juga aktif dalam PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) dan memperjuangkan hak-hak pekerja seni, membuktikan komitmennya terhadap perkembangan industri film nasional.

Kehidupan Pribadi

Ray Sahetapy menikahi artis Dewi Yull pada 16 Juni 1981, dan pernikahan mereka dikaruniai empat orang anak. Mereka adalah Giscka Putri Agustina Sahetapy, Rama Putra Sahetapy, Surya Sahetapy, dan Muhammad Raya.

Setelah berpisah dengan Dewi Yull, Ray menikah lagi dengan Sri Respatini Kusumastuti pada 2004. Kehidupan keluarganya selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan kariernya.

Topik Menarik