Bank Sentral Rusia Memperingatkan Kejatuhan Harga Minyak era 80-an Bisa Terulang

Bank Sentral Rusia Memperingatkan Kejatuhan Harga Minyak era 80-an Bisa Terulang

Ekonomi | sindonews | Selasa, 25 Maret 2025 - 08:51
share

Bank sentral Rusia memperingatkan, bahwa Amerika Serikat (AS) dan OPEC mempunyai kapasitas untuk membanjiri pasar minyak dunia dan menyebabkan terulangnya kejatuhan harga minyak berkepanjangan seperti yang terjadi pada era 1980-an. Peristiwa itu ikut berkontribusi pada keruntuhan Uni Soviet.

Peringatan itu muncul menjelang pertemuan Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina. Trump sempat mengancam bahwa dirinya dapat menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, jika tidak ada kesepakatan damai.

Dia juga menjanjikan produksi minyak AS lebih tinggi dan meminta pemimpin OPEC, Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak sehihgga membantu ekonomi global.

Dalam laporan sebelumnya yang dilansir Reuters, bank sentral mengutarakan harga minyak sebagai salah satu risiko bagi ekonomi Rusia. Akan tetapi tidak diterangkan secara spesifik tentang bagaimana siklus harga minyak rendah yang berkepanjangan dapat muncul.

Kementerian ekonomi, secara terpisah juga membuat presentasi menjelang pertemuan tersebut, dengan mengutarakan risiko lain terhadap ekonomi, seperti aktivitas investor yang lebih lemah, kenaikan biaya dan "krisis utang".

Tidak ada tanda-tanda bahwa OPEC merencanakan perubahan dalam kebijakan pasokan yang akan menyebabkan peningkatan tajam dalam hal produksi.

Ketika Amerika Serikat dapat meningkatkan produksi minyak, bagian terbesar dari kemungkinan kenaikan, bisa juga dari produsen non-OPEC lainnya seperti Guyana, Brasil dan Kazakhstan.

"Risiko yang signifikan adalah harga minyak," ungkap salah satu slide yang ditinjau oleh Reuters, dengan menuliskannya di antara risiko "peningkatan produksi yang signifikan di Amerika Serikat dan di luar OPEC".

Ia juga mengatakan, kapasitas cadangan OPEC mendekati rekor tertinggi dan menambahkan, hal itu sama dengan volume ekspor minyak mentah Rusia.

"Preseden sejarah – setelah periode harga minyak tinggi pada tahun 1974-1985, 18 (!!) tahun harga minyak rendah," kata presentasi tersebut.

Kejatuhan Soviet Imbas Harga Minyak

Bagi Rusia, sebagai eksportir terbesar kedua di dunia, minyak dan gas telah menjadi kekuatan dan kelemahannya sejak Soviet menemukan salah satu cekungan hidrokarbon terbesar di dunia di Siberia Barat dalam beberapa dekade setelah Perang Dunia Kedua.

Selama beberapa dekade, tingginya harga minyak memungkinkan Kremlin untuk melindungi ekonomi di tengah sanksi. Serta menghabiskannya untuk kampanye politik di luar negeri sehingga pemerintah mendapat dukungan dari Kuba hingga Angola dan Vietnam.

Ketika harga minyak jatuh, ekonomi menghantam dengan konsekuensi geopolitik yang spektakuler seperti pada tahun 1991 saat Uni Soviet runtuh. Runtuhnya harga minyak pada tahun 1980-an membuat tidak mungkin bagi Uni Soviet untuk mengimbangi Amerika Serikat dalam perlombaan senjata.

Masalah keuangan memperburuk dan menyebabkan berakhirnya Uni Soviet, sebuah peristiwa yang telah berulang kali digambarkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai tragedi.

Harga minyak saat ini diperdagangkan sekitar USD70 per barel - tingkatan yang nyaman untuk Rusia, saat anggaran negara mengasumsikan harga minyak USD69,7 per barel.

Pada tahun 2008, Moskow harus mengerahkan penyangga fiskal dan cadangannya untuk menstabilkan ekonomi dan menahan pengangguran setelah harga minyak turun karena masalah hipotek subprime AS.

Harga minyak juga turun tajam dalam 15 tahun terakhir termasuk selama pandemi virus corona, tetapi sifat penurunan minyak yang hanya jangka pendek tidak secara serius menguji ketahanan ekonomi Kremlin.

Putin berbicara dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman pada awal bulan ini dan menggarisbawahi kesepakatan minyak OPEC+ untuk stabilitas pasar minyak global.

"Komitmen Rusia dan Arab Saudi untuk mematuhi kewajiban yang diasumsikan dalam "OPEC Plus" ditekankan," kata Kremlin.

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan, bahwa total kapasitas cadangan OPEC - output menganggur yang dapat dioperasikan - mencapai sekitar 5,3 juta barel per hari, mendekati ekspor minyak dan bahan bakar Rusia.

Sedangkan Arab Saudi mengatakan mampu meningkatkan produksi dari 9 juta barel per hari saat ini menjadi kapasitas maksimum 12 juta barel per hari dalam beberapa bulan.

Moskow telah mengalami beberapa guncangan keuangan akibat harga minyak rendah sejak 1991. Pada tahun 1998, ia gagal membayar utang luar negerinya setelah harga turun menjadi USD10 per barel.

"Anggaran mungkin belum berjalan dengan baik, karena sudah akhir Maret, dan kita belum memenuhi parameter anggaran yang direncanakan untuk 2025," katanya.

Igor Yushkov, seorang profesor di Universitas Keuangan pemerintah Rusia, mengatakan pihak bank khawatir karena harga minyak yang rendah dan rubel yang kuat.

Topik Menarik