Kisah Brigjen Untung Ses NCB Interpol Indonesia Pimpin Operasi Evakuasi WNI di Thailand dan Myanmar

Kisah Brigjen Untung Ses NCB Interpol Indonesia Pimpin Operasi Evakuasi WNI di Thailand dan Myanmar

Nasional | sindonews | Jum'at, 21 Maret 2025 - 17:22
share

Operasi pemulangan ratusan Warga Negara Indonesia Bermasalah (WNIB) yang menjadi korban eksploitasi online scam di Thailand dan Myanmar berhasil dilakukan. Operasi gabungan di antaranya ada peran Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) Polri itu dilakukan dalam 2 tahap pemulangan.

Pada operasi pemulangan skala besar itu totalnya ada 564 WNI yang dipulangkan dari Thailand dan Myanmar. Ada satu perwira tinggi Polri di balik operasi itu, yakni Sekretaris NCB-Interpol Indonesia Brigjen Pol. Untung Widyatmoko. Untung memimpin timnya bertolak ke Thailand untuk menjemput mereka.

"Proses repatriasi ini merupakan hasil kerja sama antara KBRI Bangkok, KBRI Yangon, serta otoritas Thailand dan Myanmar, yang dengan sigap mengupayakan keselamatan para WNI," kata Brigjen Untung dalam keterangannya yang diterima SindoNews, Jumat (21/3/2025).

Dia menjelaskan, setelah melalui berbagai proses administrasi dan identifikasi, pada 17 Maret 2025 Tim Satgas Repatriasi WNIB membawa 400 WNI dari Mae Sot, Thailand, menuju Bandara Don Muang Bangkok dengan pengawalan ketat.

"Perjalanan darat selama delapan jam ini menjadi langkah pertama mereka kembali ke tanah air," sambungnya.

Mereka diterbangkan menggunakan pesawat charter AirAsia tipe B737-900ER pada pukul 05.25 waktu setempat dan tiba di Indonesia pukul 09.00 WIB. "Begitu mendarat, mereka akan ditampung sementara di Asrama Haji untuk proses pendataan dan pemeriksaan lebih lanjut," tambahnya.

Dijelaskan Brigjen Untung, pemulangan gelombang kedua yang terdiri dari 156 WNI diberangkatkan pada 19 Maret 2025, dengan kemungkinan jumlahnya bertambah, mengingat masih ada 10 WNI yang ditahan oleh Kepolisian Hpa An, Myanmar. Momen kepulangan ini mendapat perhatian langsung dari pemerintah Indonesia.

Menteri Luar Negeri, Menkopolkam, serta pejabat tinggi lainnya menyambut langsung para WNIB saat tiba di tanah air. Bagi banyak dari mereka, perjalanan ini bukan sekadar kepulangan, tetapi juga akhir dari mimpi buruk yang menghantui mereka selama ini.

"Mereka sebagian besar adalah korban perdagangan manusia, yang diperdaya dengan janji pekerjaan bergaji tinggi tetapi justru dipaksa bekerja di industri penipuan online," kata Untung.

Namun demikian, lanjut Untung, Kepolisian juga akan melakukan pendalaman lebih lanjut, karena ada indikasi tidak semua yang dipulangkan merupakan korban-sebagian diduga terlibat sebagai perekrut.

"Oleh karena itu, Bareskrim, Kemensos, BAIS, serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) akan terlibat dalam investigasi lebih lanjut," tuturnya.

Komitmen Pemerintah

Repatriasi besar-besaran ini menegaskan komitmen kuat pemerintah Indonesia dalam melindungi setiap warga negaranya di luar negeri. Proses pemulangan ini tidaklah mudah, mengingat kondisi politik dan keamanan di Myanmar yang belum stabil.

Namun, dengan kerja sama lintas kementerian dan antarnegara, kepulangan para WNI ini menjadi bukti nyata negara hadir untuk rakyatnya, bahkan di saat mereka terjebak dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

Sementara sebagian besar WNIB kini bisa bernapas lega setelah kembali ke tanah air, pemerintah tetap membuka kemungkinan repatriasi lanjutan bagi mereka yang masih tertinggal.

Bagi para WNI yang kini kembali ke pangkuan ibu pertiwi, perjalanan mereka memang belum sepenuhnya usai. Namun, setidaknya mimpi buruk di tanah asing telah berakhir, dan mereka bisa memulai lembaran baru di negeri sendiri.

"Ini adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, namun kami berkomitmen untuk memastikan seluruh WNI dapat kembali ke tanah air dengan selamat," kata Brigjen Untung.

Sebelum dipulangkan ke Indonesia, ratusan WNI itu didata, termasuk barang-barang pribadinya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Kepala Divisi Hubinter Polri Irjen Pol Krisna Murti pada keterangannya menyebutkan pihaknya mendukung penuh upaya pemerintah melakukan operasi transnasional crime di luar negeri itu.

"Operasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia ini merupakan operasi yang sangat besar, karena bukan hanya hari ini Pemerintah Indonesia melakukan operasi, kami dari Polri sifatnya menudkung karena para korban termasuk dalam kategori transnasional crime sehingga harus melibatkan Divisi Hubinter, baik mereka melakukan di dalam negeri maupun luar negerim," katanya.

Topik Menarik