Zelensky Sebut Trump Tak Bisa Diprediksi, tapi Mengharapkannya Akhiri Perang Rusia-Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak bisa diprediksi. Namun, dia berharap Trump dapat mengkhiri perang Rusia-Ukraina.
Trump, yang akan menjabat pada 20 Januari 2025, telah berjanji bahwa dia akan mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun tersebut dalam 24 jam setelah berkuasa.
Kyiv skeptis dengan janji tersebut, dan khawatir Ukraina akan dipaksa menyerahkan tanahnya yang dikuasai pasukan Rusia sebagai syarat untuk perdamaian.
"Dia sangat kuat dan tidak dapat diprediksi, dan saya sangat ingin melihat ketidakpastian Presiden Trump berlaku untuk Rusia. Saya yakin dia benar-benar ingin mengakhiri perang,” kata Zelensky dalam wawancara dengan televisi Ukraina, yang dilansir The Guardian, Jumat (3/1/2025).
Pemimpin Ukraina tersebut telah berupaya membangun hubungan baik dengan Trump dan timnya sejak Pemilu AS November lalu di tengah kekhawatiran bahwa Partai Republik dapat memperlambat bantuan militer AS yang vital kepada Kyiv atau menghentikan sepenuhnya.
Zelensky mengatakan bahwa Trump dapat menjadi penentu dalam perang Rusia-Ukraina.
“Dia mampu menghentikan Putin atau, dengan kata lain, membantu kita menghentikan Putin,” katanya. “Dia mampu melakukan ini," ujarnya.
Zelenskyy mengatakan bahwa mencapai perdamaian yang adil bagi Ukraina berarti menerima jaminan keamanan yang kuat dari sekutunya, bergabung dengan Uni Eropa dan menerima undangan untuk bergabung dengan aliansi NATO, sebuah gagasan yang ditolak oleh Moskow.
Militer Ukraina mengatakan bahwa mereka telah melakukan serangan presisi tinggi pada hari Kamis di sebuah pos komando Rusia di Maryino, di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina menguasai sebagian wilayah setelah serangan besar.
Pasukan Ukraina tetap berada di wilayah Kursk lima bulan setelah mengirim pasukan melintasi perbatasan, meskipun militer Rusia mengatakan sebagian besar wilayah yang hilang telah direbut kembali. "Serangan ini mengganggu kemampuan Federasi Rusia untuk melakukan terorisme terhadap warga sipil Ukraina yang tidak bersalah," kata militer Ukraina dalam sebuah pernyataan melalui aplikasi pesan Telegram.
Militer Rusia mengatakan unit pertahanan udara telah menjatuhkan empat rudal Ukraina di wilayah tersebut, dan gubernur daerah tersebut mengatakan serangan Kyiv telah merusak sebuah gedung apartemen bertingkat tinggi dan bangunan lain di desa yang berdekatan.
Ukraina telah membuka penyelidikan kriminal atas desersi dan "penyalahgunaan kekuasaan" setelah ratusan tentara dilaporkan telah melarikan diri dari unit tentara yang sebagian dilatih oleh Prancis, kata para penyelidik pada hari Kamis.
Brigade Mekanis ke-155, yang dijuluki "Anne dari Kyiv", adalah salah satu dari beberapa kelompok militer yang dibentuk tahun lalu saat Ukraina berusaha meningkatkan persiapan untuk kemungkinan serangan baru Rusia.
Unit tersebut akan terdiri dari 4.500 tentara, dengan Prancis melatih sekitar setengah dari mereka dan menyediakan peralatan.
Namun, pengembangannya telah dipenuhi dengan masalah termasuk apa yang digambarkan oleh seorang anggota Parlemen sebagai manajemen yang buruk.