Mengenal Penyakit Diskalkulia, Gangguan yang Dialami Drummer U2 terkait Hitung-hitungan

Mengenal Penyakit Diskalkulia, Gangguan yang Dialami Drummer U2 terkait Hitung-hitungan

Gaya Hidup | sindonews | Selasa, 17 Desember 2024 - 09:00
share

JAKARTA – Larry Mullen Jr. didiagnosis mengalami gangguan diskalkulia setelah berjuang bertahun-tahun dengan penyakit itu. Drummer band U2 ini mengungkapnya dalam sebuah wawancara dengan Times Radio pada pekan lalu.

“Saya selalu tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan cara saya menangani angka. Saya kurang bisa berhitung," katanya dikutip people.

"Dan baru-baru ini saya menyadari bahwa saya menderita diskalkulia, yang merupakan subversi dari disleksia. Jadi saya tidak bisa berhitung [dan] tidak bisa menjumlahkan,” tuturnya lagi.

Faktanya, kondisi tersebut menjadi alasan di balik ekspresi wajah yang sering dia buat saat berada di belakang perangkat drumnya.

"Ketika orang-orang menonton saya bermain, mereka berkata, 'Anda tampak kesakitan,'" kata Mullen.

“Saya kesakitan karena saya mencoba menghitung birama. Saya harus menemukan cara untuk melakukan ini dan menghitung birama seperti mendaki Gunung Everest,” ujar musisi 63 tahun itu.

Apa Itu Diskalkulia?

Diskalkulia adalah gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berhitung. Sama seperti disleksia yang mengganggu area otak yang berhubungan dengan membaca.

Dikutip clevelandclinic, diskalkulia memengaruhi area otak yang menangani keterampilan dan pemahaman yang berhubungan dengan matematika dan angka. Orang yang mengalami diskalkulia kesulitan dengan angka dan matematika karena otak mereka tidak memproses konsep yang berhubungan dengan matematika seperti otak orang yang tidak mengalami gangguan ini.

Gejala ini biasanya muncul di masa kanak-kanak, tetapi orang dewasa mungkin mengalami diskalkulia tanpa menyadarinya. Namun, kesulitan itu tidak berarti mereka kurang cerdas atau kurang cakap dibandingkan orang yang tidak mengalami diskalkulia.

Orang yang mengalami diskalkulia sering menghadapi masalah kesehatan mental saat harus mengerjakan matematika, seperti kecemasan, depresi dan perasaan sulit lainnya.

Diskalkulia dapat terjadi pada siapa saja, tetapi biasanya pertama kali menarik perhatian saat anak-anak berada di tahun-tahun pertama sekolah dasar (antara usia 6 dan 9 tahun). Diskalkulia jarang terjadi, memengaruhi antara 3 dan 7 orang di dunia.

Orang yang mengalami diskalkulia adalah neurodivergen, istilah yang menggambarkan bagaimana tidak ada dua orang yang memiliki otak yang sama dan otak setiap orang terbentuk dan berkembang dengan cara yang benar-benar unik. Bagi orang dengan diskalkulia, itu berarti otak mereka bekerja secara berbeda dari otak seseorang yang tidak memiliki gangguan atau kondisi yang memengaruhi cara kerja otak mereka.

Memecahkan soal matematika seperti “2+2=?” mungkin tampak sederhana, tetapi dibutuhkan beberapa keterampilan yang berbeda dan area otak yang mengelolanya, yang bekerja sama untuk melakukannya.

Gejala Diskalkulia

Gejala diskalkulia bergantung pada bagian proses mana yang paling sulit dihadapi seseorang. Gejala ini juga dapat bergantung pada usia dan situasi yang dihadapi seseorang.

Untuk anak-anak yang sangat kecil, gejala yang paling umum meliputi kesulitan menghitung ke atas, menghubungkan angka dengan jumlah objek sebanyak itu (misalnya, menghubungkan angka 4 dengan jumlah kelereng di depan mereka).

Mengenali angka dan simbol matematika, mengorganisasikan angka, seperti dari yang terbesar ke yang terkecil atau dari yang pertama ke yang terakhir.

Mengenali dan menggunakan garis bilangan serta belajar menggunakan uang, seperti koin atau uang kertas.

Penyebab Diskalkulia

Dalam kebanyakan kasus, terutama pada anak-anak, para ahli tidak tahu mengapa diskalkulia terjadi. Ada bukti bahwa gangguan belajar — termasuk diskalkulia — dapat terjadi dalam keluarga. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan hal ini.

Para ahli tahu bahwa penderita diskalkulia lebih mungkin memiliki perbedaan tertentu di beberapa area otak mereka. Perbedaan ini tampaknya menunjukkan perkembangan yang lebih sedikit dan lebih sedikit koneksi antara sel-sel otak di area tersebut. Area yang terpengaruh adalah area yang digunakan otak Anda saat melakukan sesuatu yang melibatkan angka dan perhitungan. Namun, para ahli tidak tahu mengapa perbedaan ini terjadi dan bagaimana perbedaan tersebut memengaruhi gejala gangguan ini.

Topik Menarik