Rusia Ubah Doktrin Nuklir, AS Mengaku Tak Terkejut, Kenapa?
Amerika Serikat (AS) telah menanggapi perubahan doktrin nuklir Rusia, dengan mengatakan bahwa mereka "tidak terkejut" dengan keputusan tersebut.
Perubahan yang disetujui kemarin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin menetapkan kondisi baru yang akan dipertimbangkan negara tersebut untuk menggunakan persenjataan nuklirnya.
Dalam sebuah pernyataan kemarin, Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang telah "diisyaratkan" Rusia akan mereka lakukan selama beberapa minggu terakhir.
"Itu adalah retorika tidak bertanggung jawab yang sama yang telah kita lihat sebelumnya dan yang telah kita lihat terus terang selama dua tahun terakhir," kata Singh, dilansir BBC.
Ia menambahkan bahwa AS akan terus memantau situasi tetapi mereka "tidak memiliki indikasi apa pun bahwa Rusia sedang mempersiapkan untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina".
Singh juga mengatakan bahwa AS tidak melihat adanya perubahan yang perlu dilakukan pada postur nuklirnya sendiri.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menambahkan: "Terlepas dari apa yang dikatakan Rusia, baik Amerika Serikat maupun NATO tidak menimbulkan ancaman apa pun bagi Rusia,"
"Kami akan terus meminta Rusia untuk menghentikan retorika yang suka berperang dan tidak bertanggung jawab," katanya.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui perubahan doktrin nuklir Rusia kemarin, yang menetapkan kondisi baru di mana negara tersebut akan mempertimbangkan untuk menggunakan persenjataannya.
Doktrin tersebut sekarang mengatakan serangan dari negara non-nuklir, jika didukung oleh kekuatan nuklir, akan diperlakukan sebagai serangan bersama terhadap Rusia.
Pembaruan tersebut diusulkan pada bulan September dan disetujui pada hari Selasa, hari ke-1.000 perang dengan Ukraina.
Perubahan tersebut mengikuti langkah Washington untuk mengizinkan Ukraina menembakkan rudal jarak jauh AS ke Rusia, yang memperingatkan tentang respons yang "tepat dan nyata".
Pada Selasa pagi, sebuah serangan - yang dipastikan menggunakan rudal jarak jauh AS - menargetkan wilayah Bryansk yang berbatasan dengan Ukraina di utara.
Dengan perubahan tersebut, doktrin tersebut sekarang menyatakan bahwa serangan besar terhadap Rusia dengan rudal konvensional, pesawat tanpa awak, atau pesawat terbang dapat memenuhi kriteria untuk respons nuklir, seperti halnya serangan terhadap Belarus atau ancaman kritis apa pun terhadap kedaulatan Rusia.
Setiap agresi terhadap Rusia oleh negara yang menjadi anggota koalisi juga akan dilihat oleh Moskow sebagai agresi dari seluruh kelompok.
Putin sebelumnya telah mengancam penggunaan senjata nuklir, dan Ukraina telah mengkritiknya sebagai "serangan nuklir" untuk mencegah sekutunya memberikan dukungan lebih lanjut.