Pembocor Rencana Israel Serang Iran Ternyata Pejabat CIA, Ini Sosoknya
Pejabat CIA Amerika Serikat (AS) Asif William Rahman telah ditangkap FBI di Kamboja pada Selasa karena membocorkan dokumen rahasia yang menunjukkan rencana serangan Israel terhadap Iran.
Rahman telah dibawa ke pengadilan federal di Guam untuk menghadapi dakwaan.
Mengutip laporan New York Times, Kamis (14/11/2024), Rahman sebelumnya didakwa oleh pengadilan federal AS di Virginia dengan dakwaan penyimpanan dan transmisi informasi pertahanan nasional secara sengaja.
Menurut laporan tersebut, dokumen-dokumen rahasia yang dibocorkannya disiapkan oleh Badan Intelijen Geospasial Nasional—badan yang menganalisis informasi dan foto satelit mata-mata AS.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa data intelijen dalam dokumen rahasia tersebut didasarkan pada citra satelit dari 15-16 Oktober 2024.
Rahman bekerja untuk CIA di luar negeri, dan menurut New York Times, dia memegang izin keamanan rahasia dengan akses ke informasi sensitif, yang memungkinkannya untuk menangani dokumen dan foto rahasia.
Printer 3D untuk Logam?
Dokumen-dokumen rahasia tersebut sebelumnya diedarkan di aplikasi Telegram, dan pejabat AS mengatakan mereka tidak yakin dari mana dokumen tersebut diambil.
Pejabat senior Amerika sebelumnya menyuarakan kekhawatiran pada bulan Oktober menyusul kebocoran dua dokumen intelijen AS yang menguraikan potensi serangan Israel terhadap Iran.
Meskipun Departemen Pertahanan AS dan Kantor Direktur Intelijen Nasional menolak berkomentar tentang dokumen yang bocor, mereka tidak menyangkal keasliannya.
Kebocoran itu terjadi pada hari Jumat ketika saluran Telegram Middle East Spectator mengeklaim telah menerima dokumen tentang persiapan serangan Israel dari sumber dalam komunitas intelijen AS.
Saluran Telegram ini dikenal karena menerbitkan propaganda pro-Iran, dan akun Twitter terkaitnya menyatakan bahwa operatornya berbasis di Iran.
Setelah penangkapan Rahman, Mick Mulroy—mantan wakil asisten menteri pertahanan Amerika untuk Timur Tengah—menekankan bahwa pengamanan materi tersebut harus menjadi "prioritas tertinggi" bagi badan intelijen atau karyawannya.
"Sangat meresahkan mengetahui bahwa seorang petugas CIA mungkin terlibat dalam membocorkan informasi yang sangat rahasia ini," kata Mulroy, yang juga merupakan Peneliti Senior Non-Residen di MEI, kepada The New York Post.
"Setiap orang berhak atas praduga tak bersalah, tetapi jika benar, ini adalah pelanggaran keamanan yang serius dan tidak ada alasan untuk itu."
"Perlindungan ini penting untuk melindungi sumber dan metode pengumpulan intelijen dan operasi rahasia yang kami andalkan," imbuh dia.