10 Contoh Puisi Lirik Bahasa Indonesia Berbagai Tema

10 Contoh Puisi Lirik Bahasa Indonesia Berbagai Tema

Seleb | BuddyKu | Selasa, 6 Desember 2022 - 13:37
share

JAKARTA, celebrities.id - Contoh puisi lirik dapat menambah wawasan menarik kamu dalam mengenal dan memahami ragam puisi yang ada dalam karya sastra tulis.

Puisi lirik mengacu pada puisi pendek dengan kualitas seperti lagu yang mengungkap emosi dan perasaan pribadi penulisnya.

Dalam sejarah, puisi lirik bermanfaat untuk dinyanyikan dan mengiringi instrumentasi musik dan lirik sekarang menggambarkan kategori puisi non-naratif yang luas, termasuk elegi, odes dan soneta.

Penulis puisi lirik memakai kata-kata yang mengekspresikan keadaan pikiran, persepsi dan perasaannya, dibanding menceritakan sebuah cerita.

Dilansir dari berbagai sumber pada Selasa (6/12/2022), celebrities.id telah merangkum contoh puisi lirik, sebagai berikut.

Contoh Puisi Lirik

1. Sagu Ambon

(W.S. Rendra)

Ombak beralun, o, mamae
Pohon-pohon pala di bukit sakit.
Burung-burung nuri menjerit.
Daripada membakar masjid
daripada membakar gereja lebih baik kita bakar sagu saja.
Pohon-pohon kelapa berdansa.
Gitar dan tifa.
Dan suaraku yang merdu.
O, ikan,
O, taman karang yang bercahaya.
O, saudara-saudaraku,

lihat, mama kita berjongkok di depan kota yang terbakar.
Tanpa kusadari
laguku jadi sedih, mamae.
Air mata kita menjadi tinta sejarah yang kejam.
Laut sepi tanpa kapal layar.
Bumi meratap dan terluka.
Di mana nyanyian anak-anak sekolah?
Di mana selendangmu, nonae?
Di dalam api unggun aku membakar sagu.
Aku lihat permusuhan antara saudara itu percuma.
Luka saudara lukaku juga.

(Sumber: Pedoman FLS2N Tahun 2022 Jenjang SMA/MA)

2. Yang Hidup Kembali

(Ayatrohaedi)

Tak semua ombak
menemu pantai.
Kehidupan tak berulang
tetapi selalu datang,
Jika malam bulan terang
atau pun di pinggir siang.
Kapan pun ia datang;
tak pernah ada yang menghalang,
karena ia bagai laut yang selalu gemuruh
dengan ombak

yang kadang tak menemu pantai,
pecah di jalan,
berantakan.
Hidup adalah laut yang gemuruh,
adalah gelora tak pernah reda.
Tak pernah berulang,
tapi selalu datang

(Sumber: Pedoman FLS2N Tahun 2022 Jenjang SMA/MA)

3. Teringat Pada Daun

(Eka Budianta)

Bagaimana aku bisa lupa padamu, daun
Setelah kau ajar selama bertahun-tahun
Menghadapi berbagai musim dan kekecewaan
Di laut, sekarang aku jadi biduk
Tak berdaya, kosong dan sakit-sakitan
Jauh dari hutan, jauh dari kalian
Tapi lupakah aku padamu begitu saja?
Nasib membuatku jadi sepotong gabus
Kapal tanpa kompas, perahu tanpa layar
Tapi jangan bilang aku lupakan kalian
Hutang rindu, hutang kasih sayang
Tak tertebus dengan sejuta bait gurindam
Hidup bukan sekedar iuran perkataan
Sejak dulu telah kau ajar aku membuktikan
Sekarang, di tengah lautan kata-kata
Aku memanggilimu, daun-daun
Yang telah menghijaukan perasaan
Dengan usapan dan tamparan di masa kecil
Ombak kini menggantikanmu
Dengan ayunan dan hempasan
Mendekatkan aku ke akhir perjalanan

(Sumber: Pedoman FLS2N Tahun 2022 Jenjang SMA/MA)

4. Ubud

(Isma Sawitri)

yang emas adalah padi
yang hijau adalah padi
yang bernas sesungguhnya padi
yang bergurau kiranya padi
inilah kebenaran pertama sebelum yang lain lain
karena laparlah yang pertama sebelum yang lain lain
sebelum berdirinya pura
sebelum tersusun doa
sebelum raja raja bertahta
Dewi Sri membenihkannya di atas bumi
di sinilah tempatnya ke mana ia harus datang
di sinilah manusianya kepada siapa ia harus datang
setiap musim berganti setiap musim beralih

Dewi Sri tetaplah pelindung pengasih
bagi mereka yang tabah dan tahu berterimakasih
yang emas adalah padi
Dewi Sri membenihkannya di atas bumi
sepanjang usia bumi
sepanjang hidup khayali
yang bernas sesungguhnya padi
Dewi Sri adalah warisan abadi
maka tercipta dongeng atas kenyataan
tercipta keyakinan pada kehidupan

(Sumber: Pedoman FLS2N Tahun 2022 Jenjang SMA/MA)

5. Sampur Gandrung

(Rissa Churria)

akulah gandrung banyuwangi
penari yang saban hari melenggok
ke kanan kiri di antara tubuhmu
mewakili cerita dalam lakon hidup
serupa sritanjung menyeblang
di hadapan banterang
pandang aku dengan teduh mata
tanggalkan gairah yang merusuhi pikir
niatkan segala gerak hanya pada keagungan
sang wisesa memberi energi
dibarengi perintah suci
akulah penari
pada mata ini
telah dititipkan sorotnya
pada lengan dan bahu
diletakkan keindahan cipta
pada pinggang terbebat kendit
peredam cuaca dari segala gersang dunia
pada kaki gemerincing gentamaya

cipta sempurna mahluk
sampur-sampur berjatuhan
di antara bahu dan lengan
pitutur dan penghambaan
pada angin kutitipkan bisik
pada hujan kutitipkan cinta
pada cuaca kutitipkan kesejukan
padamu aku ada di sembarang ladang

(Sumber: Pedoman FLS2N Tahun 2022 Jenjang SMA/MA)

6. Dunia Terlalu Banyak Bersama Kita

(William Wordsworth)

Dunia terlalu banyak dengan kita; terlambat dan segera,
Mendapatkan dan membelanjakan, kita menyia-nyiakan kekuatan kita;
Sedikit yang kita lihat di Alam yang menjadi milik kita;
Kami telah memberikan hati kami, anugerah yang kotor!
Laut ini yang memperlihatkan dadanya ke bulan;
Angin yang akan melolong sepanjang waktu,
Dan berkumpul sekarang seperti bunga tidur,

Untuk ini, untuk semuanya, kami tidak selaras;
Itu tidak menggerakkan kami. Ya Tuhan! Saya lebih suka
Seorang penyembah berhala yang menyusu dalam kepercayaan yang sudah ketinggalan zaman;
Jadi mungkin saya, berdiri di lea yang menyenangkan ini,
Miliki kilasan yang akan membuat saya tidak terlalu sedih;
Melihat Proteus naik dari laut;
Atau dengarkan Triton tua meniup terompet karangan bunganya.

(Sumber: Academy of American Poets)

7. Jangan Bersikap Lembut pada Malam yang Baik Itu

(Dylan Thomas)

Jangan pergi dengan lembut ke malam yang baik itu,
Usia tua harus membakar dan mengoceh di penghujung hari;
Kemarahan, kemarahan terhadap kematian cahaya.

Meskipun orang bijak pada akhirnya tahu bahwa kegelapan itu benar,
Karena kata-kata mereka tidak bercabang
Jangan pergi dengan lembut ke malam yang baik itu.

(Sumber: Poem Analysis)

8. Daftar Siapa yang Diburu

(Sir Thomas Wyatt)

Namun semoga saya tidak berarti pikiran saya yang lelah
Gambarlah dari rusa, tetapi saat dia terbang sebelumnya

Pingsan saya ikuti.
Oleh karena itu saya tinggalkan,
Karena dalam jaring saya berusaha menahan angin.

(Sumber: Poem Analysis)

9. Soneta 18

(William Shakespeare)

Haruskah aku membandingkanmu dengan hari musim panas?
Kamu lebih indah dan lebih sejuk.
Angin kencang menggoyahkan kuncup-kuncup kesayangan bulan Mei,
Dan sewa musim panas memiliki tanggal yang terlalu pendek.

Terkadang mata surga bersinar terlalu panas,
Dan sering kali kulit keemasannya meredup,
Dan setiap cantik dari cantik kadang-kadang menurun,
Secara kebetulan, atau alam berubah haluan tak terpangkas.

(Sumber: Yourdictionary)

10. Pergilah, Mawar Cantik

(Edmund Waller)

Pergilah, Rose yang cantik
Katakan padanya bahwa dia membuang-buang waktunya dan aku,
Sekarang dia tahu,
Ketika aku mirip denganmu,
Betapa manis dan cantiknya dia.
Beri tahu dia yang masih muda,
Dan menghindari agar rahmatnya dimata-matai,
Yang telah Anda munculkan
Di padang pasir di mana tidak ada pria yang tinggal,
Anda pasti telah mati secara tidak terpuji.

(Sumber: Literary Devices)

Topik Menarik