BMKG: 1.891 Cuaca Ekstrem Melanda Indonesia Sejak Januari-Maret 2025

BMKG: 1.891 Cuaca Ekstrem Melanda Indonesia Sejak Januari-Maret 2025

Nasional | okezone | Senin, 24 Maret 2025 - 03:27
share

JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG mencatat data fenomena cuaca ekstrem di Indonesia per 1 Januari-17 Maret 2025 jumlahnya mencapai 1.891 kejadian. Dengan rincian, puting beliung 43, angin kencang 400, hujan lebat 1.182, petir 55, dan hujan es 11 kejadian. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan adapun dampak yang ditumbulkan dari cuaca ekstrem tersebut sampai hari ini telah mengakibatkan banjir sebanyak 721, pohon tumbang 371, tanah longsor 374, bangunan rusak 553, dan gangguan transportasi sebanyak 567. 

"Di sisi lain, akibat cuaca ekstrem tersebut jumlah korban jiwa/luka mencapai 115 orang dan ribuan orang lainnya terdampak," ujar Dwikorita dalam keterangan resminya, dikutip Senin (24/3/2025).

Terbaru, kata Dwikorita, pada awal Maret 2025, masyarakat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Banten (Jabodetabek) baru saja mengalami bencana kebanjiran akibat hujan lebat. 

Sementara, Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak lebih dari 37 ribu kepala keluarga terdampak banjir di Jabodetabek.

Hasil analisis BMKG, potensi cuaca esktrem di wilayah Indonesia terjadi akibat dinamika atmosfer yang terus terjadi dan munculnya bibit siklon di dekat wilayah Indonesia. 

"Oleh karenanya, curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai terutama di wilayah yang rentan terdampak cuacah ektrem," ujar Dwikorita.

Berdasarkan data-data tersebut, Dwikorita mengajak seluruh pihak untuk memahami dan merespon peringatan dini cuaca esktrem dengan melakukan aksi. 

 

Dwikorita mengatakan sebagai mata rantai bencana di Indonesia, tentunya BMKG tidak bisa bertindak sendirian dan membutuhkan bantuan dari berbagai macam pihak. Kolaborasi pentahelix menjadi penting dilakukan agar seluruh pemangku kepentingan mampu bergotong royong sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. 

Adapun mata rantai kebencanaan di Indonesia sendiri seyogianya dibagi menjadi tiga tahap yaitu BMKG di hulu sebagai pemberi informasi peringatan dini, Pemerintah Daerah, BNPB, Badan SAR, media massa, TNI, dan Polri sebagai interface, dan masyarakat di hilir. Kesinambungan inilah yang harus berjalan tanpa terkecuali dan menutup gap mata rantai informasi peringatan dini bencana.

“Jika alur komunikasi ini berjalan, kami meyakini informasi peringatan dini cuaca ekstrem maupun bencana lainnya akan dapat kita mitigasi bersama. Harapannya hanya satu yaitu keselematan masyarakat Indonesia. Jangan sampai ada lagi masyarakat yang terdampak dan harus kehilangan hal yang berharga,” katanya.  

Selain itu, lanjut dia, BMKG mengajak masyarakat untuk lebih aktif mengakses informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG, sehingga dapat mengambil langkah-langkah pencegahan lebih dini. Dengan kolaborasi yang erat antara pemerintah daerah, BMKG, dan masyarakat, diharapkan dampak dari bencana akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan.

“Mata rantai yang efektif sangat penting untuk meminimalkan dampak bencana dan menyelamatkan nyawa. Koordinasi yang baik antar lembaga dan masyarakat sangat diperlukan. Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama dalam penanggulangan bencana,” pungkasnya.

Ia menambahkan, dalam memberikan peringatan dini cuaca ekstrem, BMKG telah melakukan berbagai upaya publikasi di semua jejaring komunikasi yang tersedia mulai dari media sosial @infobmkg, aplikasi InfoBMKG, SMS blast, WhatsApp Channel, komunitas, dan website www.bmkg.go.id. 

"Sehingga diharapkan informasi ini terus mengalir hingga didapati oleh masyarakat untuk melakukan langkah mitigasi sebelum bencana terjadi," pungkasnya.

Topik Menarik