Catat! Ini Titik Rawan Kecelakaan di Jabar Saat Arus Mudik Lebaran
BANDUNG - Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jabar memetakan sejumlah titik rawan kecelakaan di jalan Tol saat arus mudik Lebaran 2025. Adapun lokasinya dimulai dari Kilometer (Km) 92, 102, dan seterusnya kelipatan 50 Kilometer.
"Titik-titik rawan kecelakaan tentunya titik lelah ya. Misalnya dari Kilometer 92, 102. Terus kelipatan setiap 50 Kilometer, itu rawan laka. Karena setiap orang mengemudi lebih dari satu jam terjadi penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi berkontribusi terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan," kata Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jabar Kombes Dodi Darjanto seusai apel gelar pasukan Operasi Ketupat Lodaya 2025 di Gasibu, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (20/3/2025).
Dodi menyatakan, prediksi tingkat kepadatan berbeda dari tahun lalu karena dinamika politik dan faktor lain. Jalur Tol yang dipastikan dipadati pemudik masih sama seperti tahun lalu, yaitu Tol Jakarta-Cikampek (Japek) dan Cikopo-Palimanan (Cipali), dan Tol Trans-Jawa.
Untuk mengantisipasi kepadatan arus kendaraan, Korlantas Polri akan memberlakukan rekayasa lalu lintas One Way dan Contraflow di jalan Tol. Satu arah bakal diberlakukan mulai Tol Japek hingga Jawa Tengah.
"Sedangkan Ditlantas Polda Jabar akan menerapkan sistem buka tutup dan ganjil genap tergantung situasi di titik rawan, seperti kawasan wisata dan pusat keramaian," ujar Dodi.
Dodi menuturkan, intinya, Polda, Jabar telah menyiapkan segala sesuatu terkait pelaksanaan Operasi Ketupat Lodaya 2025, baik personel maupun pos pengamanan dan pelayanan. "Kesiapan keselamatan jalan untuk para pemudik juga sudah kami survei semua. Secara umum, infrastruktur jalan di wilayah hukum Polda Jabar atau Provinsi Jawa Barat, baik dan bagus," tutur Dodi.
Menurut Dodi, untuk mengantisipasi kecelakaan dan kepadatan saat arus mudik, Polda Jabar mengerahkan 24.976 personel terdiri atas 15.500 Polri dan 9.000 TNI. Puluhan ribu personel itu akan ditempatkan di jalur mudik. Petugas juga disebar 14 terminal, tiga pelabuhan, 413 tempat wisata, 3 bandara, dan 58 stasiun kereta.
Mulai Dekati Persib Bandung di Klasemen Liga 1 2024-2025, Dewa United Targetkan Gelar Juara?
"Kami juga membentuk tim pengurai kemacetan di titik-titik rawan. Petugas akan menerapkan rekayasa lalu lintas seperti contra flow, one way, dan ganjil genap apabila terjadi kepadatan arus kendaraan yang melebihi kapasitas jalan," ucap Kombes Dodi.
Dodi mengungkapkan, titik rawan kemacetan biasanya terjadi di kawasan wisata di Jawa Barat, seperti Puncak, Bogor dan Cianjur. Kemudian, Lembang dan Ciwidey. Sedangkan di jalan tol, titik rawan kepadatan di jalan Tol Jakarta-Cikampek (Japek) dan Cikopo-Palimanan (Cipali).
Karena itu, petugas akan disiagakan di sejumlah rest area yang menjadi titik lelah pengemudi. Petugas akan menghalau pemudik masuk rest area yang telah penuh untuk mencegah penumpukan kendaraan.
Sebab, kemacetan di jalan tol diakibatkan oleh kendaraan yang mengantre untuk masuk rest area. Arus kendaraan di jalan tol kemudian menjadi terhambat akibat terjadi bottleneck atau penyempitan arus.
"Ada pengaturan dan pembatasan. Di lokasi rest area, tempat makan dan toilet, saat keluar itu yang menjadi pemicu terjadinya kepadatan arus," ujar Dirlantas.
"Jadi kami mohon maaf juga kepada masyarakat apabila nanti saat terjadi peningkatan arus, ada beberapa rest area yang terpaksa ditutup sementara. Bukan kami menghalangi bapak Ibu untuk ke toilet atau makan dan sebagainya, tapi untuk kepentingan bersama sehingga arus tetap lancar," tutur Dodi.
Selain itu, Dirlantas telah menginstruksikan jajaran di polres-polres se-Jawa Barat agar menyiapkan rencana rekayasa lalu lintas di wilayah masing-masing. Seperti pasar tumpah di jalur pantai utara (pantura) dan selatan (pansela) Jawa Barat.
"Saya minta tolong kepala dinas pasar, para kasatlantas, cek kembali petunjuk teknis dari polda untuk memasang tali dan rambu cone membatasi penyeberang jalan. Kalau di setiap titik bisa menyeberang, bayangkan ada 100 orang menyeberang, maka kita menunggu 100 detik. Jadi ini disentralisasi, tidak semua titik orang bisa menyebrang," ucapnya.