3 Tantangan Industri Pelayaran dari Perang Ukraina, Timur Tengah hingga Perang Tarif China-AS
JAKARTA - Industri pelayaran menghadapi tiga tantangan, mulai dari ketegangan geopolitik akibat perang di Ukraina dan Timur Tengah, perang tarif antara Amerika Serikat dan China, dan dampak perubahan iklim.
Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor maritim, PT Pertamina International Shipping (PIS) pun menyiapkan sejumlah strategi untuk mengatasi tantangan disrupsi rantai pasok energi. Mulai dari perkembangan teknologi hingga ketegangan geopolitik global.
"PIS sangat memahami dampak negatif dari ketegangan-ketegangan tersebut. Kami merasakan urgensi untuk terus beradaptasi di tengah situasi yang semakin tidak menentu,” ujar Yoki, yang menjadi salah satu pembicara di forum CEO ADIPEC bertajuk "Winds of Change in Global Trade and The Role of Shipping for Economic Stability," ujar CEO PIS Yoki Firnandi, Jumat (14/11/2024).
Ketegangan yang timbul akibat agresi militer Rusia telah memberikan dampak besar terhadap rantai pasokan energi global. Sebagai respon, negara-negara Uni Eropa menerapkan kebijakan yang membatasi pergerakan kapal-kapal Rusia.
Kebijakan ini menyebabkan lonjakan signifikan dalam aktivitas kapal gelap (ghost ships), yaitu kapal yang beroperasi dengan mematikan sistem AIS (Automatic Identification System), yang mempersulit pihak berwenang untuk mengidentifikasi keberadaan kapal tersebut. Hal ini tentunya meningkatkan risiko kecelakaan di perairan internasional.
“PIS secara rutin melakukan berbagai sistem verifikasi untuk memastikan kami mengetahui dengan jelas latar belakang kapal yang kami sewa dari pihak ketiga. Dalam proses pengadaan kapal charter, kami memeriksa riwayat kepemilikan kapal, termasuk sejarah operasional dan reputasi pemilik kargo. PIS juga secara berkala memantau potensi risiko yang ada serta langkah-langkah mitigasi yang perlu diambil untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” tambah Yoki.
Sementara itu, dalam menghadapi tantangan yang juga semakin beragam, lPIS telah mengoptimalkan digitalisasi serta menggunakan berbagai teknologi mutakhir seperti artificial intelligence (AI) yang memungkinkan pengawasan secara real-time dan akurat terhadap kapal-kapal PIS saat berlayar di daerah rawan.