Pancasila Jadi Pilar Persatuan dan Identitas Bangsa bagi Generasi Z

Pancasila Jadi Pilar Persatuan dan Identitas Bangsa bagi Generasi Z

Nasional | okezone | Kamis, 26 September 2024 - 00:39
share

JAKARTA- Pancasila sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia terus relevan dan harus diaktualisasikan dalam menghadapi tantangan zaman. Khususnya oleh generasi Z.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Bung Karno (UBK), Franky Roring mengatakan, Pancasila tidak menghilangkan identitas individu atau kelompok manapun, tetapi justru menjadi pemersatu bagi bangsa yang beragam.

“Dengan menjadi Pancasila bukan berarti kita melepaskan identitas kita, bukan mengedepankan golongan atau kelompok kita,” kata Franky dalam sebuah seminar, dikutip Rabu (25/9/2024).

“Orang Muslim tetap Muslim walaupun dia jadi Indonesia dengan Pancasila, orang Kristen tetap Kristen walaupun dia menerima Pancasila, orang Budha tetap Budha walaupun dia menjadi Indonesia dengan Pancasila. Jadi tidak ada satupun identitas yang harus dikorbankan dengan menerima Pancasila,”sambungnya.

Dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, Franky mengatakan Pancasila punya peran yang sangat vital dalam mempersatukan seluruh elemen bangsa dari Sabang sampai Merauke. Pancasila menjadi perekat yang mempersatukan di tengah pluralitas Nusantara nan amat kompleks.

"Orang Jawa, orang Maluku, orang Sumatera adalah entitas yang berdaulat sebelum Belanda datang. Mereka adalah tuan atas tanahnya sendiri. Jadi ketika dia menjadi bangsa, apa artinya? Bagaimana menyatukan bangsa kita yang beragam ini tanpa harus menyergamkannya? Cuma satu, apa itu? Pancasila," katanya.

Gambaran ini, menurutnya, mencerminkan nasionalisme Indonesia yang unik, yang lahir dari konsensus kesadaran untuk bersatu meski berasal dari latar belakang yang berbeda.

 

Dia menambahkan, Bung Karno sekali Waktu pernah berkata bahwa nasionalisme Indonesia berbeda dengan yang lain. Karena tidak semua bangsa yang ada di Indonesia ini dipersatukan oleh penjajahan dan kesamaan nasib. Ada beberapa daerah yang tidak dijajah Belanda terutama di wilayah timur tapi mau bergabung dengan Indonesia.

"Itu luar biasa. Sebuah konsensus. Kalau ditanya kenapa mau bergabung walaupun berbeda. Karena kesadaran dan kehendak untuk bersatu. Jadi tidak ada satupun yang harus dikorbankan ketika menjadi Indonesia,"terangnya.

Ia juga menyoroti pentingnya memahami bahwa Pancasila bukanlah tandingan moral atau agama. Alih-alih, Pancasila justru merangkum cerminan nilai-nilai luhur yang telah ada di tengah masyarakat Indonesia sebelum konsep ini dicetuskan.

“Bung Karno tidak menciptakan Pancasila, tetapi merumuskan kembali nilai-nilai yang sudah ada di masyarakat,” tegasnya.

Topik Menarik