Kemenag dan Kemendikdasmen Rilis Program Kurikulum Cinta dan Deep Learning, Apa Itu?

Kemenag dan Kemendikdasmen Rilis Program Kurikulum Cinta dan Deep Learning, Apa Itu?

Nasional | okezone | Sabtu, 22 Maret 2025 - 09:33
share

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kementerian Agama (Kemenag) sedang mengupayakan perbaikan sistem pendidikan melalui metode pembelajaran mendalam (deep learning) dan Kurikulum Cinta. Implementasi kedua konsep tersebut dinilai membutuhkan penguatan kompetensi guru yang salah satunya bisa dilakukan melalui program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB).

Hal itu disampaikan Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Amin Abdullah, dalam temu media Institut Leimena, Jumat (21/3/2024). Hadir sebagai narasumber lainnya Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Arif Jamali Muis, Koordinator Staf Khusus Menteri Agama, Farid F. Saenong, Presidium Dewan Gereja-gereja Sedunia, Henriette Lebang, dan Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho.

“Program Literasi Keagamaan Lintas Budaya melatih guru memiliki kompetensi dalam multikulturalisme, multiagama, dan dalam pengalaman kami, dari 9.000 lebih guru yang sudah dilatih hampir semuanya belum pernah mendengar kompetensi itu,” kata Amin Abdullah, yang juga Senior Fellow Institut Leimena.

Amin menjelaskan program LKLB juga ikut mendukung BPIP untuk menghidupkan kembali karakter Pancasila pada generasi muda melalui Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila untuk guru dan siswa. Dalam LKLB, guru dilatih tiga kompetensi dalam membangun relasi dengan orang lain yang berbeda agama dan budaya, yaitu kompetensi pribadi (memahami agama sendiri secara utuh), kompetensi komparatif (memahami agama lain dalam memaknai hubungan dengan sesama yang berbeda), dan kompetensi kolaboratif (kerja sama terlepas dari perbedaan yang ada).

Amin mengatakan metode deep learning salah satunya mendorong guru menerapkan pembelajaran yang menyenangkan (joyful), sehingga kompetensi literasi keagamaan lintas budaya bisa ikut mendukung hal tersebut yaitu mendorong pendidikan yang sarat nilai-nilai toleransi, menghormati orang lain, dan kerja sama. Hal senada juga muncul dalam konsep Kurikulum Cinta yang mengajarkan beragama dengan cinta kasih.

“Kombinasi kompetensi pribadi dan kompetensi komparatif, tujuannya kompetensi kolaborasi. Jadi masyarakat Indonesia yang plural jangan sampai membenci penganut agama lain. Ajaran agama apa pun tidak boleh membenci penganut agama lain atau mengkafir-kafirkan,” kata Amin.

Staf Khusus Mendikdasmen, Arif Jamali, mengatakan pembelajaran mendalam bertujuan memperkaya pendekatan pembelajaran dengan menambah karakteristik pedagogi. Sejalan dengan kompetensi literasi keagamaan lintas budaya, dalam penerapan pembelajaran mendalam, semua pihak yang terlibat saling menghargai dan menghormati dengan mempertimbangkan potensi, martabat, dan nilai-nilai kemanusiaan.

 

“Pembelajaran mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik,” kata Arif.

Sementara itu, Koordinator Staf Khusus Menag, Farid F. Saenong, mengatakan tiga tokoh penting pemerintahan saat ini adalah kolaborator utama dari kerja sama program LKLB yang dimulai sejak tahun 2021 yaitu Anggota Dewan Pengarah BPIP, Amin Abdullah, Menag Nasaruddin Umar, dan Mendikdasmen Abdul Mu’ti. Itu sebabnya, kehadiran Kurikulum Cinta menjadi momentum untuk semakin memperkuat kompetensi guru melalui program LKLB.

“Ini akan menjadi kekuatan besar yang harus kita manfaatkan dalam makna positif, agar cita-cita kita bersama untuk menciptakan kehidupan damai, toleran di Indonesia bisa terwujud,” kata Farid.

Farid menambahkan Kurikulum Cinta pada dasarnya adalah substansi, nilai, karakter, dan konten yang akan mendominasi semua proses belajar mengajar. Kurikulum Cinta masih dalam tahap uji publik, sehingga artinya masih menerima masukan dari berbagai pihak. Konsep Kurikulum Cinta menekankan terbangunnya relasi atau hubungan dalam menjaga persatuan bangsa.

Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan program LKLB bertujuan membangun modal sosial dalam masyarakat majemuk, yaitu rasa saling percaya. Matius mengatakan hubungan antara rasa saling percaya dan kerja sama seperti sebuah lingkaran. Rasa saling percaya memungkinkan kerja sama, sebaliknya dengan adanya kerja sama akan semakin memperkuat rasa saling percaya.

“Jika masyarakat majemuk masuk dalam lingkaran yang buruk, maka bisa dengan cepat terjadi perpecahan sosial. Itu sebabnya program LKLB sebagai upaya mendorong lingkaran positif. Meningkatkan kerja sama untuk membangun rasa saling percaya. Semoga pendekatan ini ikut mendukung program Kemenag dan Kemendikdasmen,” kata Matius Ho.

Matius mengatakan program LKLB telah dijalankan secara masif dengan jumlah alumni pelatihannya mencapai 9.383 pendidik yang tersebar di 37 provinsi Indonesia. Guru-guru yang terlibat didorong menerapkan secara konkret kompetensi LKLB lewat pembelajaran di kelas.

Presidium Dewan Gereja-gereja Sedunia, Henriette Lebang, menambahkan Kurikulum Cinta mendorong agar pelajaran agama bisa menyentuh spiritualitas peserta didik. Agama bukan menjadi sesuatu yang dihafalkan semata, tetapi harus dihayati, termasuk dalam relasi dengan orang lain yang berbeda. Sementara itu, pembelajaran mendalam juga mendorong peserta didik agar sadar akan kemajemukan termasuk dalam hal potensi dirinya dan orang lain.

“Kurikulum Cinta dan deep learning sebenarnya usaha mengubah paradigma dalam pendidikan. Bagaimana proses pendidikan bukan kepada kurikulumnya, tapi lebih kepada konten dan nilai-nilai yang ingin dibangun,” kata Henriette.

Topik Menarik