Cerita SBY saat Pilpres 2014, Undang Jokowi dan Prabowo untuk Redam Amarah Pendukung
BOGOR - Presiden Keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengenang Pemiilihan Presiden (Pilpres) 2014 yang saat itu dirinya masih menjabat sebagai Presiden Indonesia. SBY mengaku telah mencium tanda-tanda benturan antarkedua pendukung.
“Pada saat ada tanda-tanda akan ada benturan di nasional setelah Pilpres tahun 2014, Pak Jokowi, Pak JK lawan Pak Prabowo, Pak Hatta. Saya dilapori. Ingat 2014 saya netral,” kata SBY saat memberikan pidato di depan 38 Ketua DPD Partai Demokrat, Minggu (23/2/2025).
Sebagai Presiden, SBY mengaku bersikap netral dan tak pernah mencampuri urusan kedua belah pihak calon Presiden. Saat itu, dirinya hanya mengaku mengedepankan Pemilu berjalan aman dan damai.
“Saya lebih baik tidak ikut sana-sini, tidak cawe-cawe karena saya ingin, benturan itu saya ikuti keras dan akan makin keras. Saya dengan bersikap netral akan lebih mudah. Tugas saya memastikan, nomor satu, pemilu dan pepresnya berjalan secara aman dan damai. Itu tanggung jawab saya, tanggung jawab Presiden. Aman dan damai,” jelasnya.
Saat ada indikasi benturan itu, SBY pun mengaku tak sungkan mengundang baik Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa ke kediamannya. Hal itu semata-mata agar keduanya bisa meredam amarah para pendukung.
“Dulu ada sofa kecil di situ. Saya undang pertama kali Pak Jokowi dan Pak JK, tolong, please, bapak-bapak, cegah adanya benturan. Mohon dikendalikan pendukung-pendukungnya. Kalau sampai terjadi cacat Indonesia, buruk nama bangsa kita Alhamdulillah beliau berdua bersedia,” jelas Prabowo.
“Satu jam kemudian, sekitar jam 10 malam, saya undang Pak Prabowo dan Pak Hatta Rajasa. Sama, please, mohon, dikendalikan pendukungnya. Seperti tadi, apapun di negeri ini yang menggoncang keamanan dan perdamaian di tanah air kita,” sambungnya.
SBY mengungkap permintaan itu diamini Jokowi dan Prabowo. Ia lantas berharap agar dunia politik Indonesia tetap mengedepankan negara dibanding partai politik masing-masing.
Ditahan KPK karena Harun Masiku, Hasto: Saya Baik-Baik Saja Tetap Bergelora Semangat Juang!
“Tetapi politiknya kalau dipilih prioritasnya mana? Country first. Indonesia first. Baru party. Baru yang lain-lain. Tidak elok tiba-tiba yang dikedepankan partainya, keluarganya, family. Tidak ada etika dan moral politik yang kita anut sejak dulu,” tutupnya.