Yuk Simak! Ini 3 Khutbah Jumat Menyambut Bulan Suci Ramadhan
JAKARTA, iNewsKarawang. id-Sebentar lagi umat Islam akan menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah.
Terlebih khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan dapat menambah semangat anda dalam menjalani berbagai amalan bermanfaat di bulan yang mulia.
Seperti halnya dengan meningkatkan sholat yang awalnya hanya yang fardu maka ditambah dengan yang sunnah.
Tak hanya itu, umat muslim juga dianjurkan memperbanyak berinteraksi dengan Alquran yang merupakan salah satu sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Ada juga amalan infak dan sedekah di bulan Ramadhan yang diyakini akan dilipatgandakan pahalanya.
Dilansir dari berbagai sumber pada Jumat (21/2/2025) kali ini telah merangkum khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan, sebagai berikut.
1. Khutbah Pertama
Partai Perindo Lampung Pacu Transformasi, Perkuat Sinergi dan Matangkan Program Pro Rakyat
اÙÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙÙ°Ù٠اÙÙÙØ°ÙÙ٠جÙعÙÙ٠اÙصÙÙÙÙÙ Ù ØÙصÙÙÙا ÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙÙائÙÙÙ Ù٠جÙÙÙÙØ©ÙØ ÙÙÙÙتÙØÙ ÙÙÙÙ٠٠بÙÙ٠أÙبÙÙÙاب٠اÙÙجÙÙÙÙØ©ÙØ Ø£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ ÙÙا Ø¥ÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙا اÙÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ ÙÙا Ø´ÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙدÙا عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙبÙÙÙ٠بÙعÙدÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙائÙد٠اÙÙØ®ÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙ ÙÙÙÙد٠اÙسÙÙÙÙÙØ©ÙØ ÙÙعÙÙÙ٠اٰÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙصÙØÙابÙÙÙ Ø°ÙÙÙÙ٠اÙÙØ£ÙبÙصÙار٠اÙØ«ÙÙاÙÙبÙØ©Ù ÙÙاÙÙعÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙرÙجÙÙØÙة٠أÙÙ ÙÙا بÙعÙدÙØ ÙÙÙÙااÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ Ø§ÙتÙÙÙÙÙÙااÙÙÙÙ ØÙÙÙ٠تÙÙÙاتÙÙ ÙÙÙÙا تÙÙ ÙÙÙتÙÙÙ٠إÙÙاÙÙ ÙÙØ£ÙÙÙÙتÙÙ Ù Ù ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙد٠ÙÙاÙ٠اÙÙÙ٠تÙعÙاÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙتÙابÙÙ٠اÙÙÙÙرÙÙÙÙ Ù: ÙÙ°ÙاÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠اٰ٠ÙÙÙÙÙا ÙÙتÙب٠عÙÙÙÙÙÙÙ٠٠اÙصÙÙÙÙا٠٠ÙÙÙ Ùا ÙÙتÙب٠عÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙبÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙÙÙÙ٠٠تÙتÙÙÙÙÙÙÙÙ
Jamaah shalat Jumat hafidhahullah, Pada siang yang mulia ini al-faqir mengingatkan diri sendiri dan mengajak kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.
Ketakwaan yang tidak sekadar menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya tetapi juga yang mengandung kesadaran bahwa semua itu sebagai bagian dari kebutuhan hidup, bukan tugas formal semata.
Jamaah sholat Jumat hafidhahullah, Alhamdulillah, kita hingga detik ini masih dikaruniai umur untuk berjumpa dengan Ramadhan 1446 H tahun ini serta kemampuan melaksanakan kewajiban puasa dan ibadah-ibadah lainnya.
Ini bukan hanya anugerah semata, tetapi juga sekaligus tantangan yang sangat berat. Tantangan berat tersebut tampak sejak dari redaksi kalimat yang dipilih Allah ketika mewajibkan puasa:
ÙÙ°ÙاÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠اٰ٠ÙÙÙÙÙا ÙÙتÙب٠عÙÙÙÙÙÙÙ٠٠اÙصÙÙÙÙا٠٠ÙÙÙ Ùا ÙÙتÙب٠عÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙبÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙÙÙÙ٠٠تÙتÙÙÙÙÙÙÙÙ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS al-Baqarah: 183).
Pertama, pada ayat tersebut Allah menyapa orang beriman. Ini menandakan bahwa puasa meniscayakan iman yang kuat sebelum betul-betul sanggup menunaikan kewajiban ini.
Kedua, Allah menggunakan kalimat pasif (fi'il mabni majhul), yakni “kutiba” (diwajibkan), dan bukan kalimat aktif “kataba” (mewajibkan). Tafsir asy-Sya’rawi menyebut redaksi semacam ini bermakna kata kerja yang memberatkan (fi‘lun taklîfiyyun) sebagaimana perintah berperang dalam QS al-Baqarah ayat 216 yang juga menggunakan kalimat “kutiba”.
Jamaah sholat Jumat hafidhahullah, Inti dari puasa adalah menahan, sebagaimana arti shaum secara bahasa adalah imsâk (menahan). Dalam fiqih, puasa dimaknai sebagai menahan dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Jika mengacu pada definisi ini, tampaknya kesan berat dari puasa belum tergambar utuh, apalagi di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, yang sebagian besar penduduknya berpuasa dan menghormati orang puasa. Kondisi lingkungan semacam ini tentu sangat mendukung untuk melalui lapar dan dahaga dengan relatif ringan. Kesannya menjadi lain ketika kita geser makna “menahan” tersebut pada pengertian yang lebih hakiki, yakni menahan diri dari nafsu untuk berbuat buruk.
Artinya, puasa tidak hanya berhubungan masalah perut dan kelamin tapi juga jiwa manusia untuk selalu terhindar dari perbuatan tercela (al-akhlaq al-madzmumah). Karena itu, yang dijaga bukan satu atau dua anggota badan, melainkan seluruh anggota tubuh agar berlaku sesuai tuntunan syariat-Nya.
Konsekuensi dari itu semua adalah tuntutan untuk tidak hanya menjaga mulut dari makanan tetapi juga dari perkataan kotor, ucapan yang menyakiti orang lain, bohong, obrolan sia-sia, ghibah, fitnah, adu domba, dan ungkapan-ungkapan yang bisa merusak hubungan sosial.
Gagalkan Pengiriman Arak Bali Satu Pikap, Anggota Satresnarkoba Polres Jombang Diganjar Penghargaan
Tidak cuma menahan kaki dan tangan dari perjalanan menuju restoran di siang bolong melainkan juga dari perbuatan maksiat dan menzalimi orang lain. Bukan sekadar mencegah telinga dari masuknya benda-benda, tetapi juga dari masuknya gosip, informasi yang tidak berguna, dan seterusnya.
Bukankah menahan anggota tubuh agar tidak terseret kepada perbuatan tercela itu lebih sulit dan berat ketimbang menahan lapar dan dahaga?
Sebab, musuh utamanya bukan lagi semata godaan makan dan minum, melainkan pula ego dan nafsu dari dalam dirinya sendiri. Melawan diri sendiri tentu lebih susah daripada melawan musuh di luar diri.
Rasulullah menyebut perang melawan hawa nafsu ini dengan sebutan jihad akbar (jihad terbesar), lebih dahsyat ketimbang perang fisik yang beliau istilahkan sebagai jihad ashghar (jihad kecil). Sepulang dari perang Badar, Rasulullah berkata di hadapan para sahabatnya:
رÙجÙعÙتÙÙ Ù Ù ÙÙ٠اÙÙجÙÙÙاد٠اÙÙØ£ÙصÙغÙر٠إÙÙÙ٠اÙجÙÙÙاد٠اÙØ£ÙÙÙبÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ Ùا جÙÙÙاد٠اÙØ£ÙÙÙبÙر ÙÙا رÙسÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ ÙÙÙÙاÙ٠جÙÙÙاد٠اÙÙÙÙÙÙسÙ
Artinya: “Kalian telah pulang dari sebuah peperangan kecil menuju peperangan akbar. Lalu sahabat bertanya, ‘Apakah peperangan akbar (yang lebih besar), itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "jihad (memerangi) hawa nafsu.”
Jamaah sholat Jumat hafidzakumullah, uraian tersebut selaras dengan penjelasan Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin yang membagi puasa kepada tiga derajat.
Pertama, puasa umum (shaumul umum), yakni puasa yang hanya sampai pada level menahan perut dan kelamin untuk melampiaskan keinginan-keinginannya. Ini merupakan puasa standar minimum, yang jangkauanya baru sampai pada kemampuan bertahan dari lapar dan dahaga saja.
Kedua, puasa spesial (shaumul khusus), yaitu puasa yang sudah beranjak dari standar minimum, dengan menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan seluruh organ jasmani dari perbuatan dosa.
Ketiga, puasa super-spesial (shaumu khususil ).
Ini level yang lebih tinggi dari dua level sebelumnya. Pada derajat ini, seseorang bukan hanya menahan godaan konsumsi, syahwat, dan praktik maksiat, melainkan sudah mampu menahan diri dari keinginan yang rendah, larut memikirkan dunia, dan berpaling ke selain Allah.
Puasa dengan standar ini dianggap “batal” bila pikiran masih melayang-layang kepada selain Allah dan akhirat. Menurut sudut pandang puasa super-spesial ini, memikirkan dunia boleh sejauh itu untuk kepentingan agama. Al-Ghazali juga menyebut praktik puasa jenis ketiga ini sebagai “shaumul qalb” (puasa hati).
Jamaah sholat Jumat hafizhahullah,
Dari penjelasan tersebut menjadi jelas bahwa masing-masing memiliki tingkat beban tersendiri, mulai dari ringan, cukup berat, dan sangat berat. Masing-masing berbanding lurus dengan kualitas puasa orang yang menjalaninya.
Puasa umum hanya dilakukan oleh orang-orang awam yang hanya melakukan puasa secara ala kadarnya. Puasa spesial biasanya dilakukan orang-orang saleh yang selalu berhati-hati dan menghindar dari perbuatan dosa meski kecil. Sedangkan puasa super-spesial dilakukan oleh orang-orang tertentu yang hatinya selalu tertaut kepada Allah, bukan kepada yang lain.
Dengan demikian, jihad yang betul-betul akbar ada pada derajat puasa kedua dan ketiga. Musuh yang diperangi pada derajat ini bersifat tersembunyi, penuh tipu daya, dan tak jarang digandrungi. Godaannya superberat sebab di mana-mana melepas sesuatu yang dibenci nafsu selalu lebih gampang ketimbang melepas sesuatu yang disukainya.
Nafsu senantiasa memoles hal-hal terlarang tampak indah meskipun semu. Hadirin, Imam al-Ghazali hanya mengaitkan tiga derajat puasa tersebut dengan kemampuan menahan, bukan seberapa besar kuantitas ritual ibadah seseorang selama Ramadhan. Artinya, tidak ada jaminan orang yang rajin shalat tarawih saban malam, rutin mengkhatamkan Alquran tiap pekan, atau giat berdzikir sudah pasti berada pada derajat puasa orang-orang khusus. Ibadah-ibadah tersebut tentu sangat dianjurkan, tetapi menjadi rusak ketika seseorang ternyata ia masih gemar menggunjing, bertengkar dengan tetangga, menyimpan dendam, menyebar kabar bohong di media sosial, memprovokasi permusuhan, atau perilaku tercela lainnya.
Jamaah sholat Jumat hafizhahullah, Puasa ini memang berat dijalankan ketika dilihat dari sudut pandang rohani. Namun, seberat apa pun al-faqir mengajak kepada diri sendiri dan kepada jamaah semua untuk mencapai kualitas puasa yang setinggi-tingginya.
Mungkin tidak bisa diraih secara instan, tetapi ikhtiar dan belajar kita secara tahap demi tahap insyaallah akan mendatangkan petunjuk dan kepekaan batin, sehingga kita mampu mencapai derajat puasa orang-orang khusus.
Semoga kesucian Ramadhan tahun ini meningkatkan kesucian hati dan pikiran kita, membersihkan perangai-perangai buruk yang melekat dalam diri kita, dan menghempaskan seluruh godaan berat yang membuat diri kita durhaka dan kufur. Amin.
بÙارÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙرÙاٰÙ٠اÙÙÙÙرÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙعÙÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙÙاÙÙ٠٠بÙÙ Ùا ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙاٰÙÙات٠ÙÙاÙØ°ÙÙÙÙر٠اÙÙØÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙتÙÙÙبÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠٠تÙÙÙاÙÙتÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙسÙÙÙ ÙÙÙع٠اÙÙعÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ°Ùا ÙÙØ£ÙسÙتÙغÙÙÙر٠اÙÙÙ٠اÙعÙظÙÙÙ٠٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙغÙÙÙÙÙر٠اÙرÙÙØÙÙÙÙ Ù
I اÙÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙÙ°Ù٠عÙÙÙ٠إÙØÙسÙاÙÙÙÙ ÙÙاÙØ´ÙÙÙÙر٠ÙÙÙ٠عÙÙÙ٠تÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙ ÙتÙÙÙاÙÙÙÙ. ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ ÙÙاإÙÙÙ°Ù٠إÙÙاÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ ÙÙا Ø´ÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙدÙا عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙ٠اÙدÙÙاعÙÙ٠إÙÙ٠رÙضÙÙÙاÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠اٰÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙصÙØÙابÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙ٠٠تÙسÙÙÙÙÙÙ Ùا ÙÙØ«ÙÙÙرÙا Ø£ÙÙ ÙÙا بÙعÙدÙØ ÙÙÙا٠اÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙاس٠اÙتÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ùا Ø£ÙÙ Ùر٠ÙÙاÙÙتÙÙÙÙÙا عÙÙ ÙÙا ÙÙÙÙÙ ÙÙاعÙÙÙÙ ÙÙÙا Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠أÙÙ ÙرÙÙÙ٠٠بÙØ£ÙÙ Ùر٠بÙدÙØ£Ù ÙÙÙÙÙ٠بÙÙÙÙÙسÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙÙÙ٠بÙÙ ÙÙÙØ¢ ئÙÙÙتÙÙ٠بÙÙÙدÙسÙÙÙ ÙÙÙÙاÙ٠تÙعاÙÙÙ٠إÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙآئÙÙÙتÙÙÙ ÙÙصÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙبÙÙÙ ÙÙØ¢ اÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠اٰ٠ÙÙÙÙÙا صÙÙÙÙÙÙا عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ ÙÙÙا تÙسÙÙÙÙÙÙ Ùا. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠اٰÙ٠سÙÙÙÙدÙÙا٠٠ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠أÙÙÙبÙÙÙائÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙآئÙÙÙة٠اÙÙÙ ÙÙÙرÙÙبÙÙÙÙÙ ÙÙارÙض٠عÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙÙÙاء٠اÙرÙÙاشÙدÙÙÙÙ٠أÙبÙ٠بÙÙÙر٠ÙÙعÙÙ Ùر٠ÙÙعÙØ«ÙÙ ÙاÙÙ ÙÙعÙÙÙÙÙ ÙÙعÙÙ٠بÙÙÙÙÙÙة٠اÙصÙÙØÙابÙØ©Ù ÙÙاÙتÙÙابÙعÙÙÙÙÙ ÙÙتÙابÙعÙ٠اÙتÙÙابÙعÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠بÙØ¥ÙØÙسÙاÙ٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠اÙدÙÙÙÙÙÙ ÙÙارÙض٠عÙÙÙÙا Ù ÙعÙÙÙ٠٠بÙرÙØÙÙ ÙتÙÙÙ ÙÙا Ø£ÙرÙØÙ٠٠اÙرÙÙاØÙÙ ÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠اغÙÙÙر٠ÙÙÙÙÙ ÙؤÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙؤÙÙ ÙÙÙات٠ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ Ùات٠اÙÙØ£ÙØÙÙÙآء٠٠ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙاÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙاتÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠أÙعÙزÙ٠اÙÙØ¥ÙسÙÙÙا٠٠ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ°ÙÙÙ٠اÙØ´ÙÙرÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙØ´ÙرÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙصÙر٠عÙبÙادÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙØÙÙدÙÙÙÙØ©Ù ÙÙاÙÙصÙر٠٠ÙÙÙ ÙÙصÙر٠اÙدÙÙÙÙÙÙ ÙÙاخÙØ°ÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø®ÙØ°ÙÙ٠اÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù٠دÙÙ ÙÙر٠أÙعÙدÙاء٠اÙدÙÙÙÙÙÙ ÙÙاعÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙاتÙÙ٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠اÙدÙÙÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠ادÙÙÙع٠عÙÙÙÙا اÙÙبÙÙÙاء٠ÙÙاÙÙÙÙبÙاء٠ÙÙاÙزÙÙÙÙازÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙØÙÙÙ ÙÙسÙÙÙء٠اÙÙÙÙتÙÙÙØ©Ù ÙÙاÙÙÙ ÙØÙÙÙ Ù Ùا ظÙÙÙر٠٠ÙÙÙÙÙا ÙÙÙ Ùا بÙØ·ÙÙ٠عÙÙ٠بÙÙÙدÙÙÙا Ø¥ÙÙÙدÙÙÙÙÙÙسÙÙÙÙا خآصÙÙØ©Ù ÙÙسÙائÙر٠اÙÙبÙÙÙدÙاÙ٠اÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠عآ٠ÙÙØ©Ù ÙÙا رÙبÙ٠اÙÙعÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙ. رÙبÙÙÙÙا اٰتÙÙا٠ÙÙ٠اÙدÙÙÙÙÙÙا ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙ٠اÙÙاٰخÙرÙØ©Ù ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙا عÙØ°Ùاب٠اÙÙÙÙارÙ. رÙبÙÙÙÙا ظÙÙÙÙ ÙÙÙا Ø£ÙÙÙÙÙسÙÙÙا ÙÙØ¥ÙÙÙ ÙÙ٠٠تÙغÙÙÙر٠ÙÙÙÙا ÙÙتÙرÙØÙÙ ÙÙÙا ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ®ÙاسÙرÙÙÙÙÙ. عÙبÙادÙاÙÙÙÙ ! Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ Ùر٠بÙاÙÙعÙدÙÙÙ ÙÙاÙÙØ¥ÙØÙسÙاÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙتآء٠ذÙ٠اÙÙÙÙرÙبÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙشآء٠ÙÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙر٠ÙÙاÙÙبÙغÙÙ ÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙÙÙÙ٠٠تÙØ°ÙÙÙÙرÙÙÙÙÙ ÙÙاذÙÙÙرÙÙا اÙÙÙ٠اÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙØ°ÙÙÙرÙÙÙÙ Ù ÙÙاشÙÙÙرÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙعÙÙ ÙÙÙ ÙÙزÙدÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ°ÙÙÙر٠اÙÙÙ٠أÙÙÙبÙرÙ
2. Khutbah Kedua
اÙÙÙØÙÙ
Ùد٠ÙÙÙÙÙ°Ù٠اÙÙÙØ°ÙÙ٠جÙعÙÙÙ Ø´ÙÙÙر٠رÙÙ
ÙضÙاÙ٠غÙزÙÙØ©Ù ÙÙجÙÙ٠اÙÙعÙاÙ
ÙØ ÙÙØ£ÙجÙزÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙضÙائÙÙÙ ÙÙاÙÙØ£ÙÙÙعÙاÙ
ÙØ ÙÙÙÙضÙÙÙ٠أÙÙÙÙاÙ
ÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙائÙر٠اÙÙØ£ÙÙÙÙاÙ
ÙØ ÙÙاÙصÙÙÙÙاة٠ÙÙاÙسÙÙÙÙاÙ
٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù
ÙØÙÙ
ÙÙد٠اÙÙÙÙ
ÙبÙعÙÙÙث٠عÙÙÙ٠جÙÙ
ÙÙÙع٠اÙÙØ£ÙÙÙاÙ
ÙØ ÙÙعÙÙÙ٠اٰÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙصÙØÙابÙÙÙ ÙÙدÙاة٠اÙÙØ£ÙÙÙاÙ
Ù ÙÙÙ
ÙصÙابÙÙÙØ٠اÙظÙÙÙÙاÙ
ÙØ Ø£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ ÙÙا Ø¥ÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙا اÙÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ ÙÙا Ø´ÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ Ø¥ÙÙÙ°Ù٠تÙÙÙرÙÙد٠بÙاÙÙÙÙÙ
ÙاÙÙ ÙÙاÙتÙÙÙ
ÙاÙ
ÙØ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙÙ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙدÙا عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙضÙÙÙ Ù
ÙÙ٠صÙÙÙÙÙ ÙÙصÙاÙ
٠أÙÙ
ÙÙا بÙعÙدÙØ Ø£ÙÙÙÙÙÙا اÙÙاÙØ®ÙÙÙاÙ٠أÙÙÙصÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙاÙÙÙÙاÙ٠بÙتÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ·ÙاعÙتÙÙÙØ Ø¨ÙاÙ
ÙتÙØ«ÙاÙ٠أÙÙÙاÙ
ÙرÙÙÙ ÙÙاجÙتÙÙÙاب٠ÙÙÙÙاÙÙÙÙÙÙ. ÙÙÙ
ÙÙ٠أÙÙÙاÙ
ÙرÙÙ٠اÙÙصÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙÙ Ø´ÙÙÙر٠رÙÙ
ÙضÙاÙÙ. ÙÙاÙ٠اÙÙÙ٠تÙعÙاÙÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙÙرÙاٰÙ٠اÙÙÙÙرÙÙÙÙ
Ù: ÙÙا Ø£ÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠اٰÙ
ÙÙÙÙا ÙÙتÙب٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ
٠اÙصÙÙÙÙاÙ
Ù ÙÙÙ
Ùا ÙÙتÙب٠عÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ Ù
ÙÙÙ ÙÙبÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙعÙÙÙÙÙÙÙ
٠تÙتÙÙÙÙÙÙÙ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ramadhan merupakan sebaik-baiknya bulan yang Allah berikan kepada umat manusia.
Pada bulan tersebut, Allah memberikan banyak anugerah melebihi bulan yang lain. Allah mengagungkan semua hari yang ada di dalamnya, melebihi hari-hari lain di luar Ramadhan.
Oleh karenanya, mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dengan menjalankan semua yang perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, khususnya di bulan yang sangat mulia ini.
Hadirin rahimakumullah,
Saat ini untuk kesekian kalinya diberi kesempatan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk merasakan nikmatnya puasa. Oleh karenanya, mari kita gunakan semua waktu selama satu bulan ini sebaik mungkin.
Para jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah, Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa bagi mereka yang mengetahui keutamaan dan anugerah di dalamnya. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
ÙÙÙÙ ÙÙعÙÙÙ٠٠اÙÙعÙبÙاد٠٠Ùا ÙÙ٠رÙÙ ÙضÙاÙÙ ÙÙتÙÙ ÙÙÙÙت٠أÙÙ ÙÙتÙ٠أÙÙ٠تÙÙÙÙÙ٠اÙسÙÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙÙا رÙÙ ÙضÙاÙÙ
Artinya, “Seandainya hamba-hamba (Allah) tahu perihal apa yang ada di dalam bulan Ramadhan, maka umatku sudah pasti akan berharap satu tahun penuh adalah bulan Ramadhan semua” (HR Abdullah bin Mas’ud).
Dalam hadits di atas, Rasulullah hendak menyampaikan kepada semua umat Islam, betapa agung dan mulianya bulan Ramadhan.
Bahkan, seandainya mereka mengetahui keistimewaan bulan Ramadhan, sudah tentu akan berharap selama satu tahun berupa bulan Ramadhan. Mendengar sabda Rasulullah tersebut, ada salah satu sahabat dari suku Khaza’ah yang bertanya perihal apa saja yang ada pada bulan tersebut?
Kemudian beliau menjelaskan,
Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙجÙÙÙÙØ©Ù ÙÙتÙزÙÙÙÙÙÙ ÙÙرÙÙ ÙضÙاÙÙ Ù ÙÙ٠رÙØ£Ùس٠اÙÙØÙÙÙÙ٠إÙÙÙ٠اÙÙØÙÙÙÙÙØ ØÙتÙÙ٠إÙØ°Ùا ÙÙاÙ٠أÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠رÙÙ ÙضÙاÙÙ ÙÙبÙÙت٠رÙÙØÙ Ù ÙÙ٠تÙØÙت٠اÙÙعÙرÙØ´ÙØ ÙÙصÙÙÙÙÙت٠ÙÙرÙÙ٠اÙÙجÙÙÙÙØ©ÙØ ÙÙÙÙÙÙظÙر٠اÙÙØÙÙر٠اÙÙعÙÙÙ٠إÙÙÙÙ Ø°ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ: ÙÙا رÙبÙ٠اجÙعÙÙÙ ÙÙÙÙا Ù ÙÙ٠عÙبÙادÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ°Ùا اÙØ´ÙÙÙÙر٠أÙزÙÙÙاجÙا
Artinya, “Sesungguh, surga berhias untuk bulan Ramadhan, sejak awal tahun hingga tahun berikutnya. Jika tiba awal hari Ramadhan, berhembuslah angin dari bawah Arsy, dan menggerak-gerakkan dedaunan surga.
Melihat semua itu, bidadari berkata: ‘Wahai Tuhan, jadikanlah dari hamba-hamba-Mu pada bulan ini sebagai suami yang menyenangkan kami dan kami pun menyenangkan mereka.’”
Tidak hanya itu, dalam hadits lain Rasulullah juga menjelaskan perihal sifat-sifat bidadari tersebut. Imam as-Suyuthi dalam kitab Jam’u al-Jawami’ mengutip hadits tersebut bahwa tidak seorang hamba berpuasa Ramadhan, kecuali akan dinikahkan dengan bidadari surga dalam tenda mutiara yang megah, sebagaimana disifati Allah ‘azza wa jalla dalam firman-Nya,
ØÙÙر٠٠ÙÙÙصÙÙرÙات٠ÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙا٠Ù
Artinya: “Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah” (QS Ar-Rahman: 72).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rasulullah juga menjelaskan bagian-bagian yang akan didapatkan oleh orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan oleh Imam as-Suyuthi dalam kitab Jam’ul Jawami’, bahwa setiap orang akan mempunyai tujuh puluh perhiasan yang berbeda satu sama lain, diberi tujuh puluh wewangian yang berbeda satu sama lain.
Tidak hanya itu, setiap dari mereka mempunyai 70 tempat tidur. Setiap tempat tidur mempunyai 70 kasur dari sutera tipis, sedangkan bagian atasnya dari sutera tebal, dan di atas 70 kasur itu terdapat singgasana.
Setiap orang dari mereka yang berpuasa pada bulan Ramadhan mempunyai 70 puluh ribu pelayan wanita dan pria. Setiap dari mereka membawa tatahan emas dengan berbagai makanan.
Ia akan mendapatkan kenyaman dan kelezatan suapan berikutnya yang tidak didapatkan pada suapan sebelumnya. Tidak hanya itu, istri orang yang berpuasa di bulan Ramadhan juga akan diberi seperti itu juga. Di atasnya terdapat dua gelang emas yang dijalin dengan yakut merah. Setelah Rasulullah menceritakan semua itu kepada para sahabat, kemudian ia menutup ceritanya dengan mengatakan:
ÙÙØ°Ùا بÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠صÙا٠٠٠ÙÙ٠رÙÙ ÙضÙاÙ٠سÙÙÙÙ Ù Ùا عÙÙ ÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØÙسÙÙÙاتÙ
Artinya: “(Semua anugerah dan pemberian) ini untuk setiap hari puasanya, pada bulan Ramadhan, selain amal kebaikan (pada bulan tersebut)” (HR Abdullah bin Mas’ud). Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Demikian khutbah singkat pada siang hari bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin.
Ø£ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙٰذÙا ÙÙØ£ÙسÙتÙغÙÙÙر٠اÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙØ ÙÙاسÙتÙغÙÙÙرÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙÙغÙÙÙÙÙر٠اÙرÙÙØÙÙÙÙ Ù Khutbah II اÙÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙÙ°ÙÙ ØÙÙ ÙدÙا ÙÙÙ Ùا Ø£ÙÙ ÙرÙ. Ø£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ ÙÙااÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙا اÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ ÙÙا Ø´ÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠إÙرÙغÙا٠Ùا ÙÙÙ ÙÙ٠جÙØÙد٠بÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙرÙ. ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙدÙا عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙ٠سÙÙÙÙد٠اÙÙاÙÙÙس٠ÙÙاÙÙبÙØ´ÙرÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠اٰÙÙÙÙ ÙÙصÙØÙبÙÙÙ Ù Ùا اتÙÙصÙÙÙت٠عÙÙÙÙ٠بÙÙÙظÙر٠ÙÙØ£ÙØ°ÙÙ٠بÙØ®ÙبÙر٠أÙÙ ÙÙا بÙعÙدÙØ ÙÙÙÙا Ø£ÙÙÙÙÙÙا اÙÙØÙاضÙرÙÙÙÙ٠اتÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙ°ÙÙ ØÙÙÙ٠تÙÙÙاتÙÙÙ ÙÙØ°ÙرÙÙÙا اÙÙÙÙÙÙاØÙØ´Ù Ù Ùا ظÙÙÙر٠٠ÙÙÙÙÙا ÙÙÙ Ùا بÙØ·ÙÙÙ. ÙÙØÙاÙÙظÙÙÙا عÙÙÙ٠اÙØ·ÙÙاعÙØ©Ù ÙÙØÙضÙÙÙر٠اÙÙجÙÙ ÙعÙØ©Ù ÙÙاÙÙجÙÙ ÙاعÙØ©Ù ÙÙاÙصÙÙÙÙÙ Ù ÙÙجÙÙ ÙÙÙع٠اÙÙÙ ÙØ£ÙÙ ÙÙÙرÙات٠ÙÙاÙÙÙÙاجÙبÙاتÙ. ÙÙاعÙÙÙÙ ÙÙÙا Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠أÙÙ ÙرÙÙÙ٠٠بÙØ£ÙÙ Ùر٠بÙدÙأ٠بÙÙÙÙÙسÙÙÙ. ÙÙØ«ÙÙÙ٠بÙÙ ÙÙÙائÙÙÙة٠اÙÙÙ ÙسÙبÙÙØÙة٠بÙÙÙدÙسÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠اغÙÙÙر٠ÙÙÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ Ùات٠ÙاÙÙÙ ÙؤÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙؤÙÙ ÙÙÙات٠اÙÙØ£ÙØÙÙÙاء٠٠ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙاÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙاتÙØ Ø§ÙÙÙ٠ادÙÙÙع٠عÙÙÙÙا اÙÙبÙÙÙاء٠ÙÙاÙÙغÙÙÙاء٠ÙÙاÙÙÙÙبÙاء٠ÙÙاÙÙÙÙØÙØ´Ùاء٠ÙÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙر٠ÙÙاÙÙبÙغÙÙÙ ÙÙاÙسÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙØ®ÙتÙÙÙÙÙØ©Ù ÙÙاÙØ´ÙÙدÙائÙد٠ÙÙاÙÙÙ ÙØÙÙÙØ Ù Ùا ظÙÙÙر٠٠ÙÙÙÙÙا ÙÙÙ Ùا بÙØ·ÙÙÙØ Ù ÙÙ٠بÙÙÙدÙÙÙا ÙÙØ°Ùا Ø®ÙاصÙÙØ©Ù ÙÙÙ ÙÙ٠بÙÙÙدÙاÙ٠اÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠عÙا٠ÙÙØ©ÙØ Ø¥ÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ø´ÙÙÙØ¡Ù ÙÙدÙÙÙر٠عÙبÙاد٠اÙÙÙÙØ Ø§ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ Ùر٠بÙاÙÙعÙدÙÙÙ ÙÙاÙÙاÙØÙسÙاÙÙ ÙÙاÙÙÙتÙاء٠ذÙÙ٠اÙÙÙÙرÙبÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙØ´Ùاء٠ÙÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙر٠ÙÙاÙÙبÙغÙÙÙØ ÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙÙÙÙ٠٠تÙØ°ÙÙÙÙرÙÙÙÙÙ. ÙÙاذÙÙÙرÙÙÙا اÙÙÙ٠اÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙØ°ÙÙÙرÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ°ÙÙÙر٠اÙÙÙ٠أÙÙÙبÙرÙ
3. Khutbah Ketiga
اÙÙØÙÙ
Ùد٠ÙÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙ٠بÙÙÙعÙÙ
ÙتÙÙ٠تÙتÙÙ
Ù٠اÙصÙÙاÙÙØÙاتÙØ ÙÙبÙÙÙضÙÙÙÙ٠تÙتÙÙÙزÙÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙرÙات٠ÙÙاÙÙبÙرÙÙÙاتÙØ ÙÙبÙتÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ٠تÙتÙØÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ
ÙÙÙاصÙد٠ÙÙاÙÙغÙاÙÙاتÙ. Ø£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ ÙÙا Ø¥ÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙا اÙÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ ÙÙاشÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙدÙا عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙبÙÙÙ٠بÙعÙدÙÙÙ. اÙÙÙÙ
صÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙبÙارÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù
ÙØÙÙ
ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙصÙØÙبÙÙ٠اÙÙ
ÙجÙاÙÙدÙÙÙÙ٠اÙØ·ÙÙاÙÙرÙÙÙÙÙ. Ø£ÙÙ
ÙÙا بÙعÙدÙØ ÙÙÙÙا Ø¢ÙÙÙÙÙا اÙØÙاضÙرÙÙÙÙ٠أÙÙÙصÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ¥ÙÙÙÙاÙ٠بÙتÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ·ÙاعÙتÙÙÙ ÙÙعÙÙÙÙÙÙÙ
٠تÙÙÙÙÙØÙÙÙÙÙ. ÙÙا Ø£ÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آÙ
ÙÙÙÙا اتÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙÙÙ ØÙÙÙ٠تÙÙÙاتÙÙÙ ÙÙÙÙا تÙÙ
ÙÙتÙÙÙ٠إÙÙÙÙا ÙÙØ£ÙÙÙتÙÙ
Ù Ù
ÙسÙÙÙÙ
ÙÙÙÙØ ÙÙتÙزÙÙÙÙدÙÙا ÙÙØ¥ÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙر٠اÙزÙÙاد٠اÙتÙÙÙÙÙÙÙ
Kaum muslimin yang berbahagia.
Dalam mimbar yang mulia ini, al-Faqir ingin mengajak, khususnya kepada pribadi al-Faqir dan umumnya kepada jamaah Shalat Jum’at siang hari ini: Marilah! Kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt dengan mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Alhamdulillah, kita dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan 1446 H. Marilah kita renungkan salah satu sabda Rasulullah Saw: “Puasalah di bulan melatih kesabaran, yakni bulan Ramadhan” (Shum syahr al-shabr Ramadhan). Jika salah satu hikmah berpuasa adalah melatih kesabaran, maka terlebih lagi berpuasa dalam situasi pandemi seperti saat ini.
Kita benar-benar ditempa untuk menjadi manusia yang lebih banyak bersabar dalam menjalankan perintah agama di satu sisi dan menghadapi ujian hidup di sisi lainnya.
Dalam ajaran Islam, sabar adakalanya berhubungan dengan ketentuan takdir Allah, seperti kita sabar menghadapi situasi sekarang ini. Sabar juga ada kalanya berhubungan dengan upaya sekuat tenaga untuk bertahan dan tidak goyah menghadapi rayuan setan yang membujuk manusia agar melanggar perintah Allah dan Rasul-nya. Termasuk sabar pula adalah sabar menjalankan perintah dan beribadah untuk menggapai ridha-Nya Allah Swt, sebagaimana kita sabar di dalam menjalankan puasa di bulan Ramadhan.
Puasa adalah menahan sekaligus meredam hasrat dan hawa nafsu yang terdapat dalam diri manusia. Pada saat seseorang berpuasa dapat dipastikan dirinya sedang bersabar dari segala hal yang dapat membatalkan puasanya, seperti makan, minum, berhubungan badan suami-istri semenjak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Seseorang yang berpuasa pada dasarnya sedang berada di puncak kesabaran yang tidak ada bandingannya, baik di dunia maupun kelak ketika berhadapan langsung dengan Allah Swt pada hari kiamat.
Rasulullah Saw pernah berwasiat kepada para sahabatnya, di antaranya Abu Umamah supaya membiasakan berpuasa. Sebab, tidak ada yang menyamai keagungan ibadah puasa. Begitu agungnya ibadah puasa, hingga Abu Hudzaifah pernah meriwayatkan dari Rasulullah Saw tentang sebuah hadits yang artinya: “Barang siapa ditutup usianya (meninggal dunia) dalam kondisi menjalankan puasa, maka dia masuk surga.”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt
Bersabar merupakan sikap terpuji. Orang yang bersabar kedudukannya tinggi di hadapan Allah Swt. Mereka yang sabar adalah sangat dekat dengan Allah Swt dan dijanjikan akan mendapatkan balasan pahala yang tidak terhingga. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-baqarah ayat 15:
ÙÙ°ÙاÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠اٰ٠ÙÙÙÙا اسÙتÙعÙÙÙÙÙÙÙا بÙاÙصÙÙبÙر٠ÙÙاÙصÙÙÙÙ°ÙØ©Ù Û Ø§ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ°ÙÙ Ù Ùع٠اÙصÙٰبÙرÙÙÙÙÙ
153. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.
Imam al-Thabari dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud kalimat Allah bersama orang-orang yang bersabar adalah bahwa Allah akan menjadi penolong orang yang sabar, Allah juga yang menanggung mereka, dan Allah meridhoi apa yang dikerjakan mereka orang yang sabar. Hal ini sebagaimana perkataan orang: Hai kamu! Lakukanlah sebab aku bersamamu. Maksud ungkapan “aku bersamamu” adalah aku akan menolongmu dan membantumu!
Dengan demikian apabila kita bersabar di bulan Ramadhan sekarang ini, maka kita jangan pernah khawatir. Sebab, Allah selalu bersama kita dan Allah juga yang akan menolong orang-orang yang berpuasa. Allah Swt juga berfirman di dalam QS Az-Zumar ayat 10:
ÙٰذÙÙ٠اÙدÙÙÙÙÙÙا ØÙسÙÙÙØ©Ù ÛÙÙاÙرÙض٠اÙÙÙÙ°ÙÙ ÙÙاسÙعÙØ©Ù ÛاÙÙÙÙÙ Ùا ÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙصÙٰبÙرÙÙÙÙ٠اÙجÙرÙÙÙ٠٠بÙغÙÙÙر٠ØÙسÙابÙ
10. Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.
Lafal “as-shobirun” dalam ayat ini menurut Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya adalah merujuk kepada orang-orang yang berpuasa. Hal ini cukup beralasan sesui dengan firman Allah dalam hadits qudsi yang berbunyi; “as-shaumu li wa ana ajzi bihi” (puasa adalah untuk Aku dan Aku juga yang akan membalasnya).
Pengertian bahwa secara umum pembalasan selalu setimpal dengan perbuatan, upah selalu menyesuaikan dengan pekerjaan. Akan tetapi, logika kepantasan itu tidak berlaku dalam urusan berpuasa yang memerlukan kesabaran ekstra. Tidak seperti pahala ibadah biasa, khusus pahala berpuasa tidak dapat di matematika. Hanya Allah Swt yang berhak menentukan balasan pahala untuk orang-orang yang berpuasa. Oleh sebab itu beruntunglah kita umat Islam mau bersabar menjalani ibadah puasa Ramadhan.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia
Sebagai umat Islam yang tinggal di Indonesia, selain kita berpuasa untuk melatih diri menjadi orang yang sabar juga dalam rangka memperbanyak syukur kepada Allah Swt. Syukur dalam arti ikhlas menjalankan ibadah karena Allah, cinta kepada Allah, takut terhadap Allah disertai mengharap ridha-Nya Allah, serta banyak berzikir menyebut nama Allah.
Rasulullah Saw bersabda: “Man shama Ramadana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi” (Barangsiapa berpuasa di siang harinya Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu).
Rasulullah Saw juga bersabda: "Man qama Ramadana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi” (Barangsiapa mendirikan shalat di waktu malamnya Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu).
Mudah-mudahan Allah Swt senantiasa menjaga kita, melindungi keluarga kita, agar tetap sehat, aman, dan tentram dalam menunaikan ibadah puasa dan ibadah-ibadah sunnah lainnya di bulan yang sangat mulia ini. Kita berharap semoga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah Swt.
بÙارÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙرÙØ¢Ù٠اÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙعÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙÙاÙÙ٠٠بÙÙ Ùا ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙØ¢ÙÙات٠ÙÙاÙØ°ÙÙÙÙر٠اÙÙØÙÙÙÙÙ٠٠أÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ°Ùا ÙÙØ£ÙسÙتÙغÙÙÙر٠اÙÙÙ٠اÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙسÙائÙر٠اÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙاسÙتÙغÙÙÙرÙÙÙÙÙ ÙÙتÙÙÙبÙÙا Ø¥ÙÙÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙتÙÙÙÙÙاب٠اÙرÙÙØÙÙÙÙ Ù
اÙÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙضÙÙÙÙÙØ ÙÙØ¥ÙØÙسÙاÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙرÙÙ٠عÙÙÙ٠تÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙا٠ÙتÙÙÙاÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ ÙÙا Ø¥ÙÙÙ٠إÙÙÙÙا اÙÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ ÙÙا Ø´ÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙدا٠عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙÙØ Ø§ÙÙÙ٠صÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ Ù ÙÙبÙارÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙصÙØÙبÙÙ٠اÙÙ ÙجÙاÙÙدÙÙÙÙ٠اÙØ·ÙÙاÙÙرÙÙÙÙÙØ Ø£ÙÙ ÙÙا بÙعÙدÙ:
ÙÙاتÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙØ Ø¹ÙبÙاد٠اÙÙÙÙØ ÙÙبÙادÙرÙÙا بÙاÙÙØ®ÙÙÙرÙات٠٠Ùا دÙا٠Ùت٠٠ÙÙ ÙÙÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙÙسÙÙرÙØ©Ù ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙرÙص٠ÙÙا تÙدÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙØÙÙÙاة٠زÙائÙÙÙØ©Ù ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙعÙÙ ÙÙ٠بÙاÙÙ٠عÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙرÙÙ٠أÙÙÙ Ø´ÙرÙÙÙÙ
اعÙÙÙÙ ÙÙا Ø£ÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙر٠اÙÙØÙدÙÙÙØ«Ù ÙÙتÙاب٠اÙÙÙÙØ ÙÙØ®ÙÙÙر٠اÙÙÙÙدÙÙÙ ÙÙدÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠صÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ ÙØ ÙÙØ´ÙرÙ٠اÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙر٠٠ÙØÙدÙØ«ÙاتÙÙÙØ§Ø ÙÙÙÙÙÙ٠بÙدÙعÙة٠ضÙÙÙاÙÙØ©Ù.
ÙÙعÙÙÙÙÙÙÙ٠٠بÙاÙÙجÙÙ ÙاعÙØ©ÙØ ÙÙØ¥ÙÙÙÙ ÙÙدÙا اÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙجÙÙ ÙاعÙØ©Ù ÙÙÙ ÙÙÙ Ø´ÙØ°ÙÙ Ø´ÙØ°ÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙÙار٠ثÙÙ Ù٠اعÙÙÙÙ ÙÙا Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠أÙÙ ÙرÙÙÙ٠٠بÙØ£ÙÙ Ùر٠عÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙاÙ٠سÙبÙØÙاÙÙÙÙ ÙÙتÙعÙاÙÙÙ (Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙائÙÙÙتÙÙÙ ÙÙصÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙبÙÙÙÙ ÙÙا Ø£ÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آ٠ÙÙÙÙا صÙÙÙÙÙا عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ ÙÙا تÙسÙÙÙÙÙ Ùا)Ø Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙ٠عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙبÙÙÙÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙدÙØ ÙÙارÙض٠اÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠عÙÙÙ Ø®ÙÙÙÙÙائÙÙ٠اÙرÙÙاشÙدÙÙÙÙÙØاÙØ£ÙئÙÙ ÙÙة٠اÙÙÙ ÙÙÙدÙÙÙÙÙÙÙÙØ Ø£ÙبÙ٠بÙÙÙرÙØ ÙÙعÙÙ ÙرÙØ ÙÙعÙØ«ÙÙ ÙاÙÙØ ÙÙعÙÙÙÙÙÙØ ÙÙعÙÙ٠اÙصÙÙØÙابÙة٠أÙجÙÙ ÙعÙÙÙÙÙØ ÙÙعÙÙ٠اÙتÙÙابÙعÙÙÙÙÙØ ÙÙÙ ÙÙ٠تÙبÙعÙÙÙ٠٠بÙØ¥ÙØÙسÙاÙ٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠اÙدÙÙÙÙÙÙ.
اÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠أÙعÙزÙ٠اÙÙØ¥ÙسÙÙÙا٠٠ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØ°ÙÙÙ٠اÙØ´ÙÙرÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙØ´ÙرÙÙÙÙÙÙÙØ ÙÙدÙÙ ÙÙر٠أÙعÙدÙاء٠اÙدÙÙÙÙÙÙØ ÙÙاجÙعÙÙÙ ÙÙØ°Ùا اÙÙبÙÙÙد٠آ٠ÙÙا٠٠ÙØ·ÙÙ ÙئÙÙÙا٠ÙÙسÙائÙر٠بÙÙÙاد٠اÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙا رÙبÙ٠اÙÙعÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠بÙارÙÙÙ ÙÙÙÙا ÙÙÙ Ø´ÙÙÙر٠رÙÙ ÙضÙاÙÙØ Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠ارÙزÙÙÙÙÙا ÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙÙØ©Ù ÙÙاÙÙاÙØÙتÙسÙاب٠اÙÙعÙÙ ÙÙ٠اÙصÙÙاÙÙØÙØ Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠أÙعÙÙÙÙا عÙÙÙÙ Ø°ÙÙÙرÙÙÙ ÙÙØ´ÙÙÙرÙÙÙ ÙÙØÙسÙÙ٠عÙبÙادÙتÙÙÙØ Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠ارÙزÙÙÙÙÙا Ù ÙÙÙ ÙÙضÙائÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙغÙاÙÙÙ ÙÙÙ Ù Ùا ÙÙسÙÙرÙتÙÙÙ ÙÙÙÙØ§Ø Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠أÙعÙÙÙÙا عÙÙÙ٠صÙÙÙا٠ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙا٠ÙÙÙ ÙÙØÙÙÙظ٠أÙÙÙÙا٠ÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙÙÙ ÙÙاÙضÙÙÙÙاعÙØ (رÙبÙÙÙÙا تÙÙÙبÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙا Ø¥ÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙت٠اÙسÙÙÙ ÙÙع٠اÙÙعÙÙÙÙÙ Ù)Ø Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠أÙصÙÙÙØÙ ÙÙÙÙÙاة٠أÙÙ ÙÙÙرÙÙÙا ÙÙاجÙعÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙدÙاة٠٠ÙدÙ٠غÙÙÙر٠ضÙاÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙا Ù ÙضÙÙÙÙÙÙÙÙØ Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠أÙصÙÙÙØ٠بÙØ·ÙاÙÙتÙÙÙÙ Ù ÙÙØ£ÙبÙعÙد٠عÙÙÙÙÙ٠٠بÙØ·ÙاÙÙة٠اÙسÙÙÙØ¡Ù ÙÙاÙÙÙ ÙÙÙسÙدÙÙÙÙÙ ÙÙا رÙبÙ٠اÙÙعÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙ.
عباد٠اÙÙÙØ (Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ Ùر٠بÙاÙÙعÙدÙÙÙ ÙÙاÙØ¥ÙØÙسÙاÙÙ ÙÙØ¥ÙÙتÙاء٠ذÙ٠اÙÙÙÙرÙبÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙØ´Ùاء٠ÙÙاÙÙÙ ÙÙÙÙر٠ÙÙاÙÙبÙغÙÙÙ ÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙÙÙÙ٠٠تÙØ°ÙÙÙÙرÙÙÙÙ)Ø(ÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙا بÙعÙÙÙد٠اÙÙÙÙÙ٠إÙØ°Ùا عÙاÙÙدÙتÙÙ Ù ÙÙÙا تÙÙÙÙضÙÙا اÙØ£ÙÙÙÙ ÙاÙ٠بÙعÙد٠تÙÙÙÙÙÙدÙÙÙا ÙÙÙÙد٠جÙعÙÙÙتÙ٠٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙا٠إÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙعÙÙÙÙ Ù Ù Ùا تÙÙÙعÙÙÙÙÙÙ)Ø ÙÙاذÙÙÙرÙÙا اÙÙÙÙ ÙÙØ°ÙÙÙرÙÙÙÙ ÙØ ÙÙاشÙÙÙرÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙعÙÙ ÙÙÙ ÙÙزÙدÙÙÙÙ ÙØ ÙÙÙÙØ°ÙÙÙر٠اÙÙÙ٠أÙÙÙبÙØ±Ø ÙاÙÙÙÙ ÙÙعÙÙÙÙ Ù Ù Ùا تÙصÙÙÙعÙÙÙÙÙ.
Itulah informasi terkait khutbah Jumat menyambut bulan Ramadan yang bisa Anda simak, semoga bermanfaat.