10 Industri Tekstil Besar Rontok, API Jateng : Kita Tinggal Menghitung Hari...

10 Industri Tekstil Besar Rontok, API Jateng : Kita Tinggal Menghitung Hari...

Terkini | muria.inews.id | Kamis, 27 Juni 2024 - 17:20
share

SOLO,iNewsMuria.id-"Seperti lagu Krisdayanti, kita tinggal menghitung hari. Begitu kata Wakil Ketua API Jawa Tengah, Liliek Setiawan ketika menjelaskan situasi terkini industri tekstil kepada wartawan di kampus AK-Tekstil Solo, Selasa (25/6/2024).

"Bagi kita yang pabriknya sekelas UMKM dengan jumlah pekerja di bawah 500 orang, mungkin sudah diinfus.Tapi bagi pabrik besar dengan ribuan karyawan, mungkin butuh panadol atau parameks," kata Liliek memberi gambaran.

Ya, lesunya industri tekstil belakangan ini telah menyebabkan 10 pabrik tekstil besar di Jawa Tengah bangkrut dan diperkirakan sekitar 10 ribu karyawannya di-PHK. Pabrik-pabrik tekstil yang gulung tikar itu tersebar di berbagai wilayah, termasuk Ungaran, Karanganyar dan Boyolali.

Menurut Liliek, lesunya industri tekstil tercermin dari penurunan utilitas nasional saat ini. “Jadi saat ini utilitas nasional tinggal 45 persen. Itu mencerminkan utilitas di perusahaan Jawa Tengah yang juga berkisar di angka itu. Jadi berkurang antara 55-60 persen,” jelas Liliek. 

Lebih lanjut Liliek mengatakan, terdapat sejumlah faktor penurunan signifikan produksi tekstil di Jawa Tengah. Pertama adalah dampak dari sistem perekonomian yang gagal memproteksi pelaku maupun pasar dalam negeri dari praktik dumping dan predatory pricing.

“Kekuatan perekonomian di pasar ini ada invisible hand, yang berusaha menciptakan sistem monopoli dengan cara mematikan pelaku yang lain. Predatory pricing ini sudah pasti seharusnya tidak diterima karena ujung-ujungnya juga akan mematikan UMKM, bukan hanya industri besar,” urainya.

Faktor kedua, lanjut dia, yakni kelesuan pasar ekspor tekstil Eropa akibat perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai. Ini diperparah dengan sepinya pasar akibat pergeseran prioritas untuk belanja tekstil di Eropa. Padahal, lanjut Liliek, negara-negara Eropa sebelumnya adalah target pasar utama ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) asal Indonesia.

“Sekarang ini Indonesia bukan satu-satunya negara produsen dan pengekspor tekstil ke sana. Yang menjadi isu utama sekarang adalah industri tekstil negara-negara Indochina seperti Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja sudah berkembang pesat karena relokasi industri dari China ke Indocina,” jelas Liliek.

Kompetitor Indonesia kini banyak berasal dari India, Pakistan dan Bangladesh. "Tujuan ekspor dari semua negara itu sama dengan kita. Masuknya selalu ke Eropa Barat, Amerika, negara maju seperti Kanada, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan,” jelasnya.

Topik Menarik