Video : Eksekusi Ganda di Luwu, Dua Guru Dipenjara, Air Mata Ibu Kandung Mengalir ke Istana
PALOPO,iNewsLutra.id - Samsiasam, orang tua dari Muh. Nur Alamsyah dan Muh. Israfil Nurdin, menceritakan dengan mata berkaca-kaca hingga histeris proses penangkapan anaknya saat eksekusi kedua yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Ia mengenang bagaimana petugas datang hingga akhirnya putranya dibawa ke Lapas Kota Palopo untuk menjalani hukuman penjara.
"Saya tidak terima itu, Pak. Saya tidak terima anakku diseret. Dia bukan pembunuh, dia bukan penipu, dia bukan pecandu narkoba. Dia menyerahkan dirinya. Dia bilang, 'Mau kemana saya tetap menyetujui. Mau kemana saya, saya tidak akan lari, Pak,'" ujar Samsiasam sambil memperagakan sikap putranya saat hendak dibawa paksa oleh JPU.
Samsiasam memohon bantuan agar kasus yang menimpa kedua anaknya, yang berprofesi sebagai guru, mendapat perhatian dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
"Dizalimi, sudah dua kali diperlakukan seperti ini. Tolong, Pak Presiden, saya mohon. Mohon, Pak Presiden, bantu anak saya, mereka tidak bersalah. Tolong, Pak, tolong. Saya mohon, tolong, Pak. Berikan keadilan. Demi Allah, berikan keadilan untuk anak saya. Saya ibunya, ibu kandungnya, tidak terima anak saya diperlakukan seperti ini, Pak," ujar Samsiasam sambil menangis tersedu-sedu.
Kuasa hukum mengungkapkan kasus yang dihadapi oleh kakak beradik Muh. Nur Alamsyah dan Muh. Israfil Nurdin, yang menjadi kliennya, sangat menyayat hati. Pasalnya, kedua kliennya tersebut telah menjalani eksekusi, sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan tanggal 7 November 2024 dengan nomor PRINT-1196/P.4.35.3/Eoh.3/11/2024.
"Dalam berita acara eksekusi tersebut, menetapkan terpidana tidak usah menjalani kecuali jika di kemudian hari ada putusan hakim yang menentukan lain disebabkan karena para terpidana melakukan sesuatu tindak pidana sebelum masa percobaan sepuluh bulan terakhir, kata Yohanis Kalalimbong.
Persiapan Pilkada Serentak di Provinsi PBD: Upaya Antisipasi Kerawanan dan Kolaborasi Lintas Sektor
Yohanis menambahkan meskipun kliennya telah menjalani hukuman sesuai eksekusi yang dilakukan oleh jaksa pada 7 November 2024, pihak Kejaksaan Negeri Luwu kembali melakukan eksekusi sekitar sebulan setelahnya, tepatnya pada 20 Desember 2024. Eksekusi kedua tersebut tertuang dalam Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan nomor PRINT/1342P.4.35.3/Eoh.3/12/2024.
"Berita acara tersebut menyatakan Muh. Nur Alamsyah dan Muh. Israfil Nurdin dijatuhi hukuman pidana 1 tahun penjara. Namun, kalimat yang ada dalam eksekusi pertama yang menyatakan bahwa mereka tidak perlu menjalani hukuman kecuali jika ada putusan hakim lain karena melakukan tindak pidana selama masa percobaan 10 bulan, telah dihapus oleh jaksa," ungkapnya.
Yohanes menceritakan, kasus ini bermula dari perusakan tambak gono-gini yang telah dijual secara sepihak oleh ayah kandung kliennya. Karena tidak mengetahui jika tambak tersebut telah terjual, kedua kakak beradik itu menguras tambak dan menangkap ikan di dalamnya. Tindakan tersebut kemudian dilaporkan oleh pihak pembeli.
Sebagai informasi, proses praperadilan ini berlangsung bersamaan dengan gugatan perdata yang diajukan oleh ibu terdakwa. Berdasarkan putusan Pengadilan Agama Belopa hingga Pengadilan Tinggi Agama, tambak tersebut dinyatakan dikembalikan kepada pemilik awal karena proses jual beli dinyatakan tidak sah.
"Ini juga, seharusnya perdatanya dulu diselesaikan baru lanjut ke pidananya. Perdatanya kami menang tapi klien kami tetap divonis bersalah. Meski begitu kami tetap tunduk pada putusan pengadilan," ucap Yohanis.
Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang diterbitkan Kejaksaan Negeri Luwu. Foto: iNewsLutra/sumber arsip Lapas dan kuasa hukum terpidana.
Saat ini, Muh. Nur Alamsyah telah berada di Lapas Kelas IIA Palopo untuk menjalani hukuman penjara setelah dieksekusi ulang oleh jaksa. Sementara adiknya, Muh. Israfil Nurdin, masih berada di Toraja untuk melaksanakan aktivitasnya sebagai tenaga pengajar.