Melihat Sabo Dam di Sleman yang Dimanfaatkan Jadi Lokasi Pertanian Warga

Melihat Sabo Dam di Sleman yang Dimanfaatkan Jadi Lokasi Pertanian Warga

Ekonomi | inews | Jum'at, 11 Oktober 2024 - 21:06
share

SLEMAN, iNews.id - Infrastruktur penanggulangan banjir lahar dingin dari Gunung Merapi, Sabo Dam atau kantong lahar, yang terletak di Bronggang, Sleman, Yogyakarta, dijadikan lahan pertanian oleh sebagian warga setempat.

Area tersebut memang difungsikan sebagai kantong lahar untuk mencegah luapan aliran lahar dari Gunung Merapi dengan cara menampung sedimen endapan aliran lahar dan mengarahkan aliran lahar ke tengah palung sungai.

Di lokasi yang sama pula ada alur sungai Kali Gendol yang juga dimanfaatkan warga untuk tanaman beberapa komoditas pangan. Pantauan iNews.id di lokasi, sawah menjadi komoditas yang paling dominan, sisanya terdapat pisang dan cabai. 

Ketua Relawan Desa Tangguh Bencana Argomulyo, Partono menjelaskan, warga telah diizinkan otoritas untuk menanam sawah dan komoditas pangan lain di area tersebut. 

Penampakan Sabo Dam di Bronggang, Sleman, Yogyakarta, yang dijadikan lahan pertanian oleh warga. (Foto: Suparjo Ramalan)
Penampakan Sabo Dam di Bronggang, Sleman, Yogyakarta, yang dijadikan lahan pertanian oleh warga. (Foto: Suparjo Ramalan)

“Untuk petani ini memang sengaja diperbolehkan karena apa? Karena mereka sudah diberitahu ini cuman berhak menggarap, tapi memiliki tidak bisa,” ujar Partono saat ditemui di lokasi, Jumat (11/10/2024).

Dia memastikan, warga punya kesadaran tinggi akan potensi bencana letusan Gunung Merapi, termasuk dampaknya terhadap area yang digarap menjadi lahan sawah itu.

Insiden yang paling mengerikan adalah letusan dahsyat Gunung Merapi pada 2010 silam. Kejadian ini membuat banjir lahar dingin di 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi, sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan di sekitar bantaran sungai.

Selain menimbulkan kerugian materi, lahar hujan juga mengancam keselamatan warga yang tinggal maupun beraktivitas di sekitar sungai.

“Bila nanti terjadi sesuatu atau tidak diinginkan, mereka sudah sadar semua, untuk petani semua sudah mengikhlaskan karena mereka sadar, mereka cuman menggarap, bukan hak mereka,” kata dia.

Partono mengaku aktivitas pertanian sudah dilakoni warga sejak lima tahun lalu. Selama periode itu, sudah puluhan kali warga memanen hasil tanam mereka, sehingga perekonomian warga mencukupi.

“Ini untuk menanam padi ini sudah 5 tahun, petani ini pada kalau istilah orang sini bedel, bedel itu jadi, bikin sawa secara manual, karena ini dulu kan tidak bisa ditanami semua, akhirnya batu-batu kecil diambil, terus dipakai pematang sawa itu akhir ini bisa ditanam seperti ini,” ucapnya. 

Topik Menarik