Marak Kasus Bullying di Sekolah, DPR Minta Pemerintah Perbanyak Event Turnamen dan Pensi

Marak Kasus Bullying di Sekolah, DPR Minta Pemerintah Perbanyak Event Turnamen dan Pensi

Terkini | inews | Selasa, 24 September 2024 - 09:15
share

JAKARTA, iNews.id - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf menyoroti maraknya kasus bullying di sekolah. Dede Yusuf meminta pemerintah memperbanyak event turnamen dan pentas seni. 

Dede mengingatkan, ada banyak anggaran pendidikan yang tersebar di berbagai kementerian khususnya dalam hal pembinaan bagi generasi muda. Tak hanya di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendibudristek). tapi juga ada di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPA), serta Kementerian Agama.

“Yang saya lihat, akhirnya anggaran-anggaran apa pun yang dimiliki semua kementerian sifatnya hanya membuat festival-festival internal ataupun sekadar glorifikasi dari kementerian itu sendiri. Padahal yang kita butuh itu adalah spending budget itu untuk masyarakat,” kata Dede kepada wartawan, Selasa (24/9/2024)

Pimpinan Komisi di DPR yang membidangi urusan pendidikan dan kepemudaan itu menilai aktivitas atau event kepemudaan untuk siswa diperlukan. Menurut dia, saat ini aktivitas bagi generasi muda seperti turnemen antar-sekolah jarang sekali ada.

"Aktivitas seperti turnamen antarsekolah dulu kan sering ya. Kompetisi itu kan tidak harus melulu untuk atlet berprestasi, bisa dilakukan antar-sekolah. Kita bisa manfaatkan anggaran yang dimiliki kementerian, jadi jangan hanya sekadar membuat festival internal," ungkapnya.

Dede mengingatkan, evaluasi diperlukan karena kasus bullying terus meningkat beberapa tahun terakhir meskipun bullying terjadi bukan hanya karena faktor pendidikan di sekolah.

Berdasarkan data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), kasus bullying di sekolah pada tahun 2023 meningkat dari 21 kasus pada tahun 2022 menjadi 30 kasus. Dari 23 kasus bullying yang tercatat oleh FSGI pada Januari hingga September 2023, 50 terjadi di jenjang SMP, 23 di jenjang SD, 13,5 di jenjang SMA, dan 13,5 di jenjang SMK.

“Terjadinya peningkatan kasus bullying berarti ada yang salah dalam sistem dong. Bisa ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, pertama pendidikan dari orang tuanya yang kurang mengutamakan budi pekerti, kedua lingkungan sekolah dan ketiga peran guru yang mungkin berkurang karena disibukkan dengan urusan adminstrasi," paparnya.

Menurut Dede, ada tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadinya bullying di lingkungan sekolah. Pertama, pihak  sekolah menjadikan itu sebagai sesuatu yang umum atau biasa, kedua satgas anti bullying yang dibentuk oleh Permendikbud itu tidak jalan dan ketiga ada kemungkinan guru ataupun juga tenaga pengajar yang ada di sana takut dengan siswanya. 

"Nah kenapa takut dengan siswanya, ini yang harus diselidiki apakah karena faktor ekonomi, faktor keuangan, faktor jabatan atau apapun juga," katanya.

Topik Menarik