Militer Iran Siaga Tinggi, Peringatkan Negara-negara Arab Tak Dukung AS Serang Teheran

Militer Iran Siaga Tinggi, Peringatkan Negara-negara Arab Tak Dukung AS Serang Teheran

Global | sindonews | Senin, 7 April 2025 - 07:15
share

Iran telah menempatkan militernya dalam siaga tinggi, memperingatkan negara-negara Arab yang menjadi tuan rumah pangkalan Amerika Serikat (AS) agar tidak mendukung potensi serangan AS terhadap Teheran.

Situasi internal militer Iran itu dilaporkan Reuters, dengan mengutip seorang pejabat Teheran yang mengetahui masalah tersebut.

Langkah Iran tersebut menyusul surat dari Presiden AS Donald Trump kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang mendesak pembicaraan langsung yang bertujuan untuk menghentikan program nuklir Teheran.

Trump telah mengancam akan melakukan kampanye pengeboman terhadap Iran jika kesepakatan baru tidak tercapai.

Teheran, yang menyangkal sedang berupaya membuat senjata nuklir, menolak permintaan untuk pembicaraan langsung dengan AS.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyebut desakan Trump itu "tidak berarti" dan mempertanyakan ketulusannya. "Jika Anda menginginkan negosiasi, lalu apa gunanya mengancam?" katanya.

Menurut laporan Reuters, Senin (7/4/2025), Teheran telah mengeluarkan pemberitahuan kepada Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Bahrain, yang memperingatkan mereka bahwa mengizinkan pasukan AS menggunakan wilayah udara atau wilayah darat mereka untuk menyerang Iran akan dianggap sebagai tindakan permusuhan.

"Tindakan seperti itu akan memiliki konsekuensi yang berat bagi mereka," kata seorang pejabat Iran yang tidak disebutkan namanya.

Sumber tersebut menyatakan bahwa Khamenei telah memerintahkan angkatan bersenjata Iran untuk ditempatkan dalam siaga tinggi.

Pada tahun 2015, Teheran menandatangani perjanjian yang didukung PBB untuk membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi. Trump secara sepihak menarik AS keluar dari kesepakatan tersebut pada tahun 2017 dan memberlakukan kembali sanksi sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran.

Republik Islam Iran merespons dengan mengurangi kepatuhannya berdasarkan kesepakatan tahun 2015.

Iran tetap terbuka untuk pembicaraan tidak langsung melalui Oman, menurut Reuters.

“Pembicaraan tidak langsung menawarkan kesempatan untuk mengevaluasi keseriusan Washington tentang solusi politik,” kata pejabat Iran tersebut.

Pembicaraan dapat segera dimulai jika sinyal AS asli, meskipun prosesnya bisa “berliku-liku", imbuh pejabat tersebut.

Araghchi mengatakan pada hari Minggu bahwa Iran menginginkan pembicaraan pada “posisi yang setara".

Dia menggambarkan AS sebagai pihak yang terus-menerus mengancam untuk menggunakan kekuatan yang melanggar Piagam PBB dan menyatakan posisi yang bertentangan dari para pejabatnya.

Mayor Jenderal Hossein Salami, panglima tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), memperingatkan pada hari Sabtu bahwa Iran “siap untuk perang apa pun.”

Rusia menyatakan sebelumnya bahwa ancaman Amerika terhadap Iran tidak dapat diterima, dan menyerukan pengekangan diri.

Topik Menarik