Tak Peduli Ramadan, Perang Saudara Loyalis Assad vs Pasukan Suriah Tewaskan 1.018 Orang Tewas

Tak Peduli Ramadan, Perang Saudara Loyalis Assad vs Pasukan Suriah Tewaskan 1.018 Orang Tewas

Global | sindonews | Minggu, 9 Maret 2025 - 02:23
share

Perang saudara antara kubu loyalis presiden terguling Bashar al-Assad dan pasukan Suriah telah menewaskan 1.018 orang dalam beberapa hari terakhir. Mereka terus bertikai meski sedang dalam suasana Ramadan.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan hingga Sabtu jumlah korban tewas sudah lebih dari 1.000 orang, menjadikannya salah satu tindakan kekerasan paling mematikan sejak konflik Suriah dimulai 14 tahun lalu.

Menurut SOHR, mereka yang tewas adalah 745 warga sipil yang sebagian besar dari komunitas Alawite pendukung Assad.

Kemudian, 125 anggota pasukan keamanan pemerintah Suriah dan 148 milisi dari kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Assad juga tewas.

Jaringan listrik dan air minum juga terputus di sejumlah wilayah di sekitar kota Latakia.

Perang saudara pecah sejak Kamis lalu. Ini menandai eskalasi besar dalam perlawanan terhadap pemerintahan baru di Damaskus, tiga bulan setelah pemberontak mengambil alih kekuasaan setelah menyingkirkan Assad dari kekuasaan.

Pemerintah Suriah mengatakan bahwa mereka menanggapi serangan dari sisa-sisa pasukan Assad dan menyalahkan "tindakan individu" atas kekerasan yang merajalela tersebut.

Balas Dendam Sunni dan Alawite

Pembunuhan balas dendam yang dimulai pada hari Jumat oleh orang-orang bersenjata Muslim Sunni yang setia kepada pemerintah terhadap anggota sekte minoritas Alawite pendukung Assad merupakan pukulan telak bagi Hayat Tahrir al-Sham (HTS), faksi yang memimpin penggulingan rezim Assad.

Kaum Alawite merupakan basis pendukung Assad selama beberapa dekade.

Warga desa dan kota dari komunitas Alawite berbicara kepada The Associated Press (AP) tentang pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata yang menembaki kaum Alawite, yang sebagian besar adalah laki-laki, di jalan atau di gerbang rumah mereka.

Banyak rumah kaum Alawite dijarah dan kemudian dibakar di berbagai daerah, kata dua warga wilayah pesisir Suriah kepada AP dari tempat persembunyian mereka.

Mereka meminta agar nama mereka tidak dipublikasikan karena takut dibunuh oleh orang-orang bersenjata, seraya menambahkan bahwa ribuan orang telah mengungsi ke pegunungan terdekat untuk mencari tempat yang aman.

Warga Baniyas, salah satu kota yang paling parah dilanda kekerasan, mengatakan mayat-mayat berserakan di jalan atau dibiarkan tak terkubur di rumah-rumah dan di atap gedung, dan tidak ada yang dapat mengambilnya.

Seorang warga mengatakan bahwa orang-orang bersenjata mencegah warga selama berjam-jam untuk memindahkan mayat lima tetangga mereka yang terbunuh pada hari Jumat dari jarak dekat.

Ali Sheha, warga Baniyas berusia 57 tahun yang melarikan diri bersama keluarga dan tetangganya beberapa jam setelah kekerasan terjadi pada hari Jumat, mengatakan bahwa sedikitnya 20 tetangga dan koleganya di satu lingkungan Baniyas tempat tinggal kaum Alawite, terbunuh, beberapa di antaranya di toko-toko mereka, atau di rumah-rumah mereka.

Sheha menyebut serangan itu sebagai "pembunuhan balas dendam" terhadap minoritas Alawite atas kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah Assad. Warga lainnya mengatakan orang-orang bersenjata itu termasuk serdadu asing, dan milisi dari desa-desa dan kota-kota tetangga.

"Itu sangat sangat buruk. Mayat-mayat berserakan di jalan-jalan," kata Sheha, saat melarikan diri dan berbicara melalui telepon dari jarak hampir 20 kilometer (12 mil) dari kota tersebut.

Dia mengatakan orang-orang bersenjata itu berkumpul kurang dari 100 meter dari gedung apartemennya, menembaki rumah-rumah dan penduduk secara acak dan dalam setidaknya satu insiden yang dia ketahui, meminta penduduk untuk menunjukkan identitas mereka untuk memeriksa agama dan sekte mereka sebelum membunuh mereka.

Dia mengatakan orang-orang bersenjata itu juga membakar beberapa rumah dan mencuri mobil dan merampok rumah-rumah.

Jumlah Korban Tewas Meningkat

Kepala SOHR Rami Abdurrahman mengatakan bahwa pembunuhan balas dendam telah berhenti Sabtu dini hari.

"Ini adalah salah satu pembantaian terbesar selama konflik Suriah," kata Abdurrahman tentang pembunuhan warga sipil Alawite.

Angka sebelumnya yang diberikan oleh kelompok pemantau perang Suriah tersebut adalah lebih dari 600 orang tewas. Belum ada angka resmi yang dirilis.

Pemakaman diadakan Sabtu sore untuk empat anggota pasukan keamanan Suriah di desa barat laut Al-Janoudiya setelah mereka tewas dalam bentrokan di sepanjang pantai Suriah. Puluhan orang menghadiri pemakaman tersebut.

Kantor berita pemerintah Suriah, SANA, mengutip seorang pejabat Kementerian Pertahanan yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar wilayah dari para loyalis Assad.

Ditambahkannya bahwa pihak berwenang telah menutup semua jalan menuju wilayah pesisir untuk mencegah pelanggaran dan secara bertahap memulihkan stabilitas.

Pada Sabtu pagi, jenazah 31 orang yang tewas dalam serangan balas dendam sehari sebelumnya di desa Tuwaym dimakamkan di kuburan massal, kata warga setempat.

Mereka yang tewas termasuk sembilan anak-anak dan empat wanita, imbuh warga tersebut, yang mengirimkan foto-foto jenazah yang dibungkus kain putih saat dibaringkan di kuburan massal.

Topik Menarik