Kiprah Jimmy Carter, Eks Presiden Amerika Serikat yang Meninggal di Usia Seabad
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Jimmy Carter telah meninggal dunia di usia 100 tahun atau seabad di rumahnya di Plains, Georgia, pada hari Minggu.
Pada tahun 2023, Carter Center mengungkapkan bahwa presiden ke-39 Amerika itu sedang berjuang melawan kanker kulit melanoma yang agresif.
Dia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di rumah di bawah perawatan rumah sakit. Dia adalah presiden yang paling lama hidup dalam sejarah Amerika.
"Ayah saya adalah pahlawan, tidak hanya bagi saya tetapi juga bagi semua orang yang percaya pada perdamaian, hak asasi manusia, dan cinta tanpa pamrih," kata putranya, James E Carter III, dalam sebuah pernyataan.
"Saudara laki-laki, saudara perempuan, dan saya berbagi dia dengan seluruh dunia melalui keyakinan bersama ini. Dunia adalah keluarga kita karena cara dia mempertemukan orang-orang, dan kami berterima kasih karena menghormati kenangannya dengan terus menjalankan keyakinan bersama ini," paparnya.
Kiprah Jimmy Carter
Terlahir dengan nama James Earl Carter Jr pada 1 Oktober 1924, dia lebih dikenal dengan nama Jimmy Carter.Jimmy Carter merupakan presiden ke-39 AS, menjabat dari 20 Januari 1977 hingga 20 Januari 1981.
Carter dikenal tidak hanya sebagai seorang politisi, tetapi juga sebagai seorang pemimpin yang memiliki dedikasi dalam memperjuangkan hak asasi manusia, pembangunan internasional, dan diplomasi perdamaian.
Meskipun masa jabatannya di Gedung Putih dianggap penuh tantangan, Kiprah Carter pasca kepresidenannya menjadi salah satu yang paling dihormati dalam sejarah politik Amerika Serikat.
Carter berasal dari sebuah keluarga petani di Plains dan menempuh pendidikan di Akademi Angkatan Laut Amerika Serikat, di mana dia meraih gelar dalam bidang teknik.
Dia kemudian bekerja di Angkatan Laut hingga 1953. Setelah meninggalkan dinas militer, Carter kembali ke Plains dan memulai bisnis pertanian yang berhasil, tetapi dia juga semakin tertarik dengan dunia politik.
Pada tahun 1962, dia terpilih menjadi anggota Senat Negara Bagian Georgia, dan pada 1970, dia berhasil terpilih menjadi gubernur Georgia.
Sebagai Gubernur Georgia, Carter memfokuskan kebijakannya pada masalah pendidikan, hak sipil, dan efisiensi pemerintah. Dia dikenal dengan pendekatan progresif terhadap isu-isu sosial dan ekonomi yang mengedepankan kemajuan dan inovasi.
Jimmy Carter mengalahkan Presiden Gerald Ford dalam pemilihan presiden 1976, dengan janji untuk membawa pemerintahan yang lebih jujur dan transparan setelah skandal Watergate.
Meskipun kebijakan-kebijakannya sering kali kontroversial, kepresidenan Carter memiliki beberapa pencapaian signifikan.
1. Perjanjian Camp David (1978)
Salah satu pencapaian terbesar dalam kepemimpinan Carter adalah negosiasi perdamaian yang mengarah pada perjanjian damai antara Mesir dan Israel pada tahun 1978, yang dikenal sebagai Perjanjian Camp David.Perjanjian ini mengakhiri lebih dari tiga dekade permusuhan antara kedua negara tersebut dan membawa perdamaian penting di Timur Tengah.
Carter, bersama dengan Presiden Anwar Sadat dari Mesir dan Perdana Menteri Menachem Begin dari Israel, menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2002 atas kontribusinya dalam diplomasi perdamaian.
2. Perjanjian SALT II
Selama masa jabatannya, Carter awalnya berusaha untuk melanjutkan kebijakan detente dengan Uni Soviet, yang bertujuan untuk meredakan ketegangan geopolitik Perang Dingin.Pada bulan Juni 1979, dia dan pemimpin Soviet Leonid Brezhnev menandatangani perjanjian Strategic Arms Limitation Talks II (SALT II), yang berupaya untuk membatasi perlombaan senjata antara kedua negara adidaya tersebut.
Namun, perjanjian tersebut menghadapi kendala di Senat AS dan tidak pernah diratifikasi, sebagian besar karena meningkatnya ketegangan setelah invasi Soviet ke Afghanistan pada akhir tahun 1979.
3. Beri Mandat CIA Melatih Mujahidin Afghanistan
Carter melihat perang Soviet di Afghanistan sebagai ancaman terhadap kepentingan Amerika di wilayah tersebut dan menerapkan beberapa tindakan terhadap Uni Soviet, termasuk sanksi ekonomi dan boikot Olimpiade Musim Panas 1980 di Moskow.Dia kemudian memberi wewenang kepada CIA untuk secara diam-diam membantu melatih dan mempersenjatai para milisi mujahidin Islam anti-Soviet.
Bantuan rahasia kepada kaum Islamis tersebut berkontribusi pada penarikan pasukan Soviet dan kebangkitan Taliban.
4. Krisis Teheran (1979–1981)
Salah satu peristiwa yang paling menguji kepemimpinan Carter adalah krisis penyanderaan di Kedutaan Besar AS di Teheran, Iran.Pada November 1979, 52 diplomat Amerika disandera oleh pengunjuk rasa Iran setelah penggulingan rezim Shah Iran dalam peristiwa yang dikenal sebagai Revolusi Islam.
Meskipun Carter berusaha melakukan negosiasi, penyanderaan itu berlanjut hingga akhir masa jabatannya dan berperan besar dalam kekalahannya pada pemilihan umum 1980.