Paman Bashar al-Assad yang Dijuluki Jagal Hama Kabur ke Dubai
Rifaat al-Assad (87), paman presiden terguling Suriah Bashar al-Assad, telah melarikan diri dari Lebanon ke Dubai.
Sumber keamanan Beirut mengatakan Rifaat yang dijuluki sebagai "Jagal Hama", meninggalkan Lebanon melalui bandara Beirut sekitar seminggu yang lalu setelah pemberontak Suriah menggulingkan Assad.
Rifaat dituduh oleh jaksa Swiss atas daftar panjang kejahatan, termasuk memerintahkan pembunuhan, tindakan penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi, dan penahanan ilegal saat menjadi perwira di Angkatan Darat Suriah.
Perannya dalam pembantaian terkenal pada Februari 1982 di kota Hama di bagian barat, yang menewaskan antara 10.000 hingga 40.000 orang, membuatnya mendapat julukan "Jagal Hama".
"Rifaat tiba di Lebanon melalui jalur darat dan berangkat dari bandara Beirut seperti biasa, karena tidak ada barang bukti dari Interpol yang menyertainya," kata sumber keamanan Lebanon kepada AFP, yang dilansir Senin (30/12/2024).
Dia tidak dicari oleh Badan Keamanan Umum Lebanon dan tidak ada dokumen lain yang meminta penangkapannya, imbuh sumber itu, yang meminta identitasnya dirahasiakan karena tidak berwenang berbicara kepada media.
Sumber itu mengatakan Rifaat meninggalkan Lebanon sekitar seminggu yang lalu dan menggunakan paspor diplomatik, tanpa menyebutkan tujuannya. Namun, berbagai laporan media Arab menyebut Rifaat melarikan diri ke Dubai.
Bouthaina Shaaban, mantan penerjemah almarhum presiden Suriah Hafez al-Assad (ayah Bashar al-Assad) dan penasihat politik lama Bashar al-Assad, juga dapat melewati bandara Beirut, kata sumber itu, juga dengan paspor diplomatik.
Seorang teman Shaaban di Beirut sebelumnya mengatakan kepada AFP bahwa penasihat Assad itu melarikan diri ke Lebanon pada malam 7-8 Desember dan kemudian pergi ke Abu Dhabi.
Pemberontak yang dipimpin kaum Islamis melancarkan serangan kilat bulan lalu dan merebut ibu kota Damaskus pada 8 Desember.
Rifaat, yang merupakan mantan wakil presiden Suriah, mengasingkan diri pada tahun 1984 setelah gagal menggulingkan saudaranya; Hafez al-Assad.
Dia kemudian menampilkan dirinya sebagai lawan keponakannya; Bashar al-Assad—yang menggantikan ayahnya pada tahun 2000—, dengan melakukan perjalanan ke Swiss dan kemudian Prancis.
Pada tahun 2021, dia kembali ke Suriah dari Prancis untuk menghindari hukuman penjara empat tahun atas pencucian uang dan penyalahgunaan dana publik Suriah.
Awal bulan ini, surat kabar Swiss melaporkan bahwa Pengadilan Kriminal Federal negara itu sedang mempertimbangkan untuk membatalkan kasus yang mendakwanya dengan dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pengadilan mengatakan bahwa terdakwa yang berusia 80-an menderita penyakit yang menghalanginya untuk bepergian dan menghadiri persidangannya, demikian dilaporkan dalam dokumen pengadilan.