SPECIAL REPORT: Panas Pilpres AS, Donald Trump Atau Kamala Harris?
JAKARTA - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS), yang berpotensi menentukan arah kebijakan negara adidaya, dan dunia di masa depan akan berlangsung dalam beberapa hari lagi. Pada 5 November 2024, warga AS akan menuju ke tempat-temat pemungutan suara untuk memilih apakah mantan presiden Donald Trump, atau Wakil Presiden Petahanana Kamala Harris, yang akan duduk di Gedung Putih.
Donald Trump yang menjabat sebagai Presiden AS pada 2016-2020 mengedepankan isu-isu seputar inflasi ekonomi, yang semakin parah pada masa pemerintahan Presiden Joe Biden; imigrasi dan kehadiran imigran ilegal. Terkait politik luar negeri, Trump enjanjikan diakhirinya campur tangan AS di berbagai konflik internasional, seperti di Ukraina; dan tampaknya akan mengambil kebijakan yang membuat AS lebih isolasionis, seperti pada masa jabatan pertamanya.
Sementara Harris berfokus pada isu hak-hak perempuan, aborsi, kesetaraan gender, LGBTQ+, perubahan iklim. Harris berjanji untuk menurunkan inflasi, menaikkan pajak untuk bisnis-bisnis besar, serta mempertahankan kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Joe Biden. Terkait politik luar negeri, Harris menyatakan dukungan untuk Ukraina “selama yang dibutuhkan” dan berjanji mendorong Solusi Dua Negara di Timur Tengah.
Sejauh ini berbagai hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa persaingan antara Trump dan Harris sangat ketat, dengan perbedaan sangat tipis, antara 1 dan 2 poin, menjadikan pemilihan presiden AS kali ini kemungkinan akan lebih ketat dibandingkan empat tahun lalu.
Menurut jajak pendapat Economist/YouGov yang dirilis pada Rabu, (30/10/2024) 47 pemilih terdaftar mengatakan mereka akan atau telah memilih kandidat Demokrat Harris, sementara 46 mengatakan hal yang sama terhadap kandidat Republik Trump.
Seperti pada pemilihan-pemilihan sebelumnya, Trump dan Harris akan bertarung memperebutkan suara pemilih di berbagai swing states atau battleground states, yaitu negara-negara bagian yang pemilihnya tidak condong ke salah satu kandidat dan dapat dimenangkan siapa saja.
Battleground States
Saat ini ada tujuh negara bagian yang dapat disebut sebagai battleground states, yaitu: Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin. baik Kamala Harris maupun Donald Trump tidak memiliki keunggulan yang aman, dengan jajak pendapat menunjukkan bahwa kedua kandidat hanya terpaut dua poin satu sama lain di negara-negara bagian ini.
Washington Post melaporkan pada Rabu bahwa Harris mempertahankan keunggulannya secara nasional dan di negara bagian Michigan, Wisconsin, dan Nevada, meskipun keunggulannya di Pennsylvania telah menyempit selama seminggu terakhir. Sementara itu, Trump terus memimpin di Arizona, Georgia, dan North Carolina.
Negara-negara bagian ini sangat penting karena AS tidak memilih presidennya secara langsung. Sebaliknya, prosesnya berlangsung melalui Electoral College, tempat 538 perwakilan memberikan suara mereka sesuai dengan hasil pemilihan negara bagian mereka.
Setiap kandidat harus memperoleh 270 suara Electoral College untuk mengklaim kemenangan. Elektor dialokasikan ke negara bagian berdasarkan jumlah penduduknya, dan sebagian besar negara bagian memberikan semua elektor mereka kepada kandidat mana pun yang memenangkan negara bagian dalam pemungutan suara umum.
Namun, model ini tidak digunakan di negara bagian Nebraska dan Maine, yang mengalokasikan suara mereka secara proporsional berdasarkan hasil akhir.
Prediksi Trump Atau Harris
Dengan semakin dekatnya tanggal yang dinanti, prediksi mengenai siapa yang akan duduk di Gedung Putih pun semakin banyak bermunculan. Bahkan, rumah-rumah taruhan telah memasang taruhan tentang siapa presiden AS berikutnya.
Dr. Allan Lichtman, Profesor AS yang dikenal karena prediksi yang membuatnya dijuluki “Nostradamus Pemliu AS” telah menegaskan ramalan yang dia sampaikan pada September bahwa Kamala Harris akan memenangi pemilihan 5 November mendatang.
"Tidak ada yang berubah yang dapat mengubah prediksi saya yang saya buat pada 5 September, yang bertentangan dengan jajak pendapat," kata Lichtman dalam sebuah video YouTube.
Lichtman mengevaluasi 13 kategori spesifik, yang dia sebut “kunci ke Gedung Putih”, untuk menentukan prediksinya, Menurut Lichtman, Harris unggul dalam delapan kategori dan Trump hanya unggul dalam tiga kategori, sementara dua kategori lainnya sulit ditentukan, dan kemungkinan dapat berperan penting.
Di sisi lain, Dick Morris, mantan penasihat Presiden Bill Clinton, memprediksi bahwa Donald Trump yang akan keluar sebagai pemenang dalam pemilihan kali ini.
"Saya pikir Trump akan menang dan saya tidak berpikir itu akan seketat itu," kata Morris saat berbicara dalam acara bincang-bincang pekan ini. "Saya pikir dia akan memenangkan suara rakyat dengan selisih tipis, tetapi itu akan menghasilkan kemenangan telak dalam pemilihan umum."
Morris mencatat bahwa mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton memenangkan suara terbanyak melawan Trump dalam pemilihan presiden 2016 dengan 2,6 persen "namun Trump mengalahkannya dalam electoral college."
"Saya pikir itulah yang akan terjadi di sini," kata Morris. "Saya pikir Trump akan memenangkan semua swing states, kecuali Wisconsin."