Publik Murka AS Respons Setengah Hati Warganya yang Ditembak Mati Tentara Israel

Publik Murka AS Respons Setengah Hati Warganya yang Ditembak Mati Tentara Israel

Global | sindonews | Sabtu, 7 September 2024 - 07:45
share

Tanggapan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang setengah hati terhadap pembunuhan warga negara Turki-Amerika oleh Israel menuai kritik tajam.

Setelah berita pembunuhan warga negara AS-Turki Aysenur Ezgi Eygi oleh Israel menyebar ke seluruh AS dan lanskap media internasional, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan berita itu "tragis".

Pemerintah AS menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban sambil menahan diri untuk tidak menyalahkan Israel atau mengutuk insiden tersebut.

Sebaliknya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan mengumpulkan informasi tentang kematiannya dan kemudian memberikan komentar lebih lanjut di lain waktu.

"Kami menyesalkan kehilangan yang tragis ini. Sekarang, hal terpenting yang harus dilakukan adalah mengumpulkan fakta," ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken saat jumpa pers saat mengunjungi Republik Dominika.

"Setiap tindakan yang kami ambil didorong oleh fakta. Jadi, hal pertama yang harus dilakukan, mari kita cari tahu apa yang sebenarnya terjadi," papar dia.

Seorang aktivis yang bersama Ezgi Eygi pada saat penembakan itu mengatakan kepada Middle East Eye bahwa dia sengaja ditembak di kepala.

Ezgi Eygi, aktivis tersebut, dan beberapa aktivis lainnya ikut ambil bagian dalam demonstrasi pekanan aktivis solidaritas Palestina dan pro-Palestina yang menentang permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki di dekat kota Palestina, Beita.

Aktivis tersebut mengatakan mereka mundur dari tentara, yang telah menembakkan gas air mata ke arah kerumunan.

Kemudian dua peluru tajam ditembakkan ke arah kelompok tersebut, menurut aktivis tersebut, salah satunya mengenai kepala Ezgi Eygi.

"Ketika dia ditembak, dia berdiri di sana tanpa melakukan apa pun bersama seorang wanita lain, itu adalah tembakan yang disengaja karena mereka menembak dari jarak yang sangat, sangat, sangat jauh," ujar aktivis tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya.

"Itu adalah tembakan yang disengaja di kepala," papar dia.

Tanggapan Departemen Luar Negeri yang suam-suam kuku itu menuai kemarahan warga Amerika Palestina, yang menuduh pemerintahan Biden memperlakukan kematian warga Amerika-Israel dengan perhatian yang lebih tinggi daripada warga Amerika yang dibunuh oleh Israel.

"Hei, bagaimana mereka bisa mati, Matt? Apakah itu sihir? Siapa atau apa yang membunuh Aysenur?" tanya anggota Kongres Palestina-Amerika Rashida Tlaib di X, sebagai tanggapan atas komentar tentang pembunuhan tersebut dari juru bicara Departemen Luar Negeri Matt Miller.

Analis politik Palestina-Amerika Omar Baddar mengatakan pembunuhan Israel kemungkinan besar akan ditanggapi dengan sedikit konsekuensi oleh AS.

"Kita akan segera melihat demonstrasi lain tentang siapa yang dapat membunuh orang Amerika tanpa hukuman," ujar Baddar.

Pernyataan sejauh ini dari pemerintahan tersebut sangat kontras dengan pernyataan yang dikeluarkan setelah militer Israel menemukan jasad Hersh Goldberg-Polin, warga Amerika Israel yang jasadnya ditemukan bersama dengan jasad lima sandera lainnya di Gaza.

Insiden itu memicu pernyataan langsung dari Presiden AS Joe Biden, yang mengatakan dia "hancur dan marah" atas kematian tersebut.

"Ini tragis sekaligus tercela. Jangan salah, para pemimpin Hamas akan membayar kejahatan ini. Dan kami akan terus bekerja sepanjang waktu untuk mencapai kesepakatan guna mengamankan pembebasan para sandera yang tersisa," ujar Biden.

Ezgi Eygi adalah warga negara Amerika kedua yang ditembak oleh pasukan Israel di Beita hanya dalam beberapa pekan terakhir.

Bulan lalu, Middle East Eye melaporkan militer Israel menembak warga negara AS Amado Sison di kaki saat dia mundur dari tentara Israel selama demonstrasi yang sama yang dihadiri Ezgi Eyzi pada hari Jumat.

Setelah penembakan dan kepulangannya ke AS, Sison mengatakan baik Gedung Putih maupun anggota parlemen negaranya tidak menghubunginya.

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa warga Amerika Palestina telah tewas di tangan atau dibunuh oleh militer Israel.

Setiap pembunuhan memicu tanggapan serupa dari pemerintahan Biden, yang menyerukan penyelidikan tetapi tidak melakukan upaya nyata untuk mencari keadilan bagi mereka yang terbunuh.

Pada tahun 2022, pasukan Israel menembak dan membunuh Shireen Abu Akleh, seorang jurnalis veteran Al Jazeera dan warga negara AS, selama serangan militer di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki.

Pembunuhan itu menuai kecaman luas dan internasional, dan keluarga Abu Akleh bersama sekelompok senator AS menuntut pemerintahan Biden meluncurkan penyelidikan independen atas masalah tersebut.

Namun, Departemen Luar Negeri mengumumkan pada bulan Juli 2022 kesimpulannya tentang pembunuhan itu, dengan mengatakan meskipun kemungkinan besar tembakan Israel yang menewaskan Abu Akleh, AS "tidak menemukan alasan untuk percaya bahwa ini disengaja tetapi merupakan hasil dari keadaan yang tragis".

Democracy For The Arab World Now (Dawn) mengajukan pengaduan pada Kamis terhadap Departemen Luar Negeri AS dalam upaya agar mereka merilis dokumen terkait dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia oleh militer Israel yang dimulai sejak pembunuhan Shireen Abu Akleh.

Dawn mengatakan telah mengajukan pengaduan di pengadilan federal di Distrik Columbia untuk mempublikasikan catatan tersebut karena kegagalan departemen untuk merilis dokumen.

Gugatan hukum dapat diajukan di pengadilan federal untuk merilis dokumen yang belum dirilis melalui permintaan FOIA.

Topik Menarik