Gedung Putih Sebut Strategi Nuklir Rahasia Bukan Respons Terhadap Satu Negara Atau Ancaman

Gedung Putih Sebut Strategi Nuklir Rahasia Bukan Respons Terhadap Satu Negara Atau Ancaman

Global | okezone | Rabu, 21 Agustus 2024 - 15:55
share

WASHINGTON - Gedung Putih mengatakan pada Selasa (20/8/2024) bahwa rencana strategis nuklir rahasia yang disetujui oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada tahun ini bukanlah respons terhadap satu negara atau ancaman. New York Times melaporkan bahwa rencana tersebut mengubah orientasi strategi pencegahan AS untuk fokus pada perluasan persenjataan nuklir China untuk pertama kalinya.

Asosiasi Pengendalian Senjata yang berbasis di AS mengatakan bahwa mereka memahami bahwa strategi dan postur senjata nuklir AS tetap sama seperti yang dijelaskan dalam Tinjauan Postur Nuklir 2022 pemerintah, dan tidak ada perubahan orientasi dari Rusia ke China.

The New York Times mengatakan Gedung Putih tidak pernah mengumumkan bahwa Biden telah menyetujui strategi yang direvisi, yang berjudul Pedoman Penggunaan Nuklir. Namun pemberitahuan yang tidak dirahasiakan kepada Kongres tentang revisi tersebut diharapkan akan dikirim sebelum Biden meninggalkan jabatannya.

Surat kabar itu mengatakan bahwa dalam pidato baru-baru ini, dua pejabat senior pemerintah diizinkan untuk menyinggung revisi strategi tersebut. Dilaporkan bahwa strategi tersebut diperbarui setiap empat tahun atau lebih.

Pemerintahan ini, seperti empat pemerintahan sebelumnya, mengeluarkan Tinjauan Postur Nuklir dan Panduan Perencanaan Penggunaan Senjata Nuklir, terang juru bicara Gedung Putih Sean Savett ketika ditanya tentang laporan tersebut.

Meskipun teks spesifik dari Panduan tersebut dirahasiakan, keberadaannya sama sekali bukan rahasia. Panduan yang dikeluarkan awal tahun ini bukanlah respons terhadap satu entitas, negara, atau ancaman, lanjutnya.

Daryl Kimball, Direktur eksekutif Arms Control Association, mengatakan bahwa meskipun perkiraan intelijen AS menunjukkan bahwa Tiongkok dapat meningkatkan ukuran persenjataan nuklirnya dari 500 menjadi 1.000 hulu ledak pada tahun 2030. Adapun Rusia saat ini memiliki sekitar 4.000 hulu ledak nuklir dan tetap menjadi pendorong utama di balik strategi nuklir AS.

Kimball mengutip pernyataan bulan Juni oleh salah satu pejabat yang disebutkan dalam laporan Times, Direktur Senior Gedung Putih untuk Pengendalian Senjata, Perlucutan Senjata, dan Nonproliferasi Pranay Vaddi.

Menurut pernyataan tersebut, strategi AS adalah untuk mengejar pembatasan senjata nuklir dengan Tiongkok dan Rusia, tetapi jika Tiongkok terus melanjutkan lintasannya saat ini dan jika Rusia melampaui batas New START, AS di masa mendatang mungkin perlu mempertimbangkan penyesuaian terhadap ukuran dan susunan kekuatan nuklirnya.

"Menurut pemahaman saya, titik di mana pemerintahan saat ini berpikir untuk mempertimbangkan perubahan tersebut tidak akan terjadi hingga tahun 2030, atau beberapa waktu setelahnya," katanya.

Topik Menarik