6 Marga Arab Tertinggi hingga Terendah, Sejarah dan Asal-Usulnya di Indonesia

6 Marga Arab Tertinggi hingga Terendah, Sejarah dan Asal-Usulnya di Indonesia

Gaya Hidup | inews | Minggu, 1 September 2024 - 12:52
share

JAKARTA, iNews.id Masyarakar etnis Arab yang ada di Indonesia sudah ada sejak abad ke-12. Gelombang pertama kedatangan ulama Baalawi dari marga Shihab. Lantas, apa saja marga Arab tertinggi hingga terendah yang ada di Indonesia?

Sejak kedatangannya ke Indonesia dari Hadramaut Yaman, masyarakat etnis Arab di Indonesia terus menunjukkan eksistensinya. Tidak hanya di bidang keagamaan, mereka juga berkecimpung di bidang politik, bahasa, dan budaya. Warga etnis Arab juga tidak sedikit yang ikut berjuang melawan penjajah dan menjadi pahlawan.

Asal Usul Etnis Arab di Indonesia

Dalam Jurnal Researchgate, Dita Kafabillah mahasiswa program pascasarjana UIN Sunan Kalijaga menjelaskan, masyarakat etnis Arab di Indonesia menyebar ke seluruh penjuru Nusantara. Mereka pun hidup berdampingan dengan pribumi.

Komunitas Arab imigran ini juga disebut dengan hadrami karena nenek moyang mereka nayoritas dari negeri Hadhramaut Yaman. Kedatangan mereka ke Indonesia terbagi dalam tiga tahap. gelombang pertama sejak abad ke-12 M yaitu dengan kedatangan ulama Ba'lawi atau ba'alawy dari marga shihab, gelombang kedua awal abad ke-18 dari marga Assegaf, Al Habsyi, al Haddad, Alaydrus, Al Attas, Al Jufri, Syihab, shahab, Jamalulail, Al Qadri, Basyaiban dan Bin yahya. Gelombang ketiga, di awal abad ke-19 mayoritas non habib atau disebut ghabili yang misi utamnya sosial ekonomi selain agama Golongan pertama dan kedua merupakan habaib dan sayyid yang misi utamanya lebih berkiprah dalam dakwah islam.

Muhandis Azzhuhri dalam jurnal IMLA berjudul relasi bahasa Arab dengan Tingkat Sosial Masyarakat di Kalangan masyarakat Keturunan Arab menjelaskan, masyarakat hadrami secara tradisional tebagi dalam sistem yang disebut stratifikasi sosial atau marga.

Golongan sayyid, habib, syarif dan wan merupakan penggolongan tingkatan sosial tertinggi berdasarkan profesi. Mereka mengaku keturunan rasulullah melalui cucu Nabi SAW yakni Husain, putra dari putri tercinta Rasulullah SAW Sayyidah Fatimah Az Zahra yang menikah dengan sayyidina ali bin Abi Thalib.

Marga Arab Tertinggi hingga Terendah

Salah satu tradisi khas yang dimiliki etnis Arab adalah pemakaian marga pada nama di belakang etnis Arab. Nama marga menjadi sangat sentral dan tradisi turun temurun sebagai identitas diri.

Dari sekian banyak marga keturunan Rasulullah SAW, ada beberapa marga yang familiar di Indonesia dilansir dari laman laman assirojiyah.

1. Assegaf

Marga Assegaf diturunkan oleh al-Quthub ar-Robbani, Faqihil Muqaddam at-Tsani, al-Imam Abdurrahman Assegaf, putra dari Imam Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Faqih Muqaddam. Ibunya bernama Syarifah Aisyah binti Abu Bakar al-Wara bin Ahmad bin Muhammad Faqih Muqaddam.

Digelari Assegaf yang bermakna atap, karena kedudukan beliau di antara para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap dalam rumah, saking tinggi dan luhurnya derajat kewalian beliau. Beliau adalah Quthub yang menjadi pelindung umat, ulama dan para wali di zamannya.

Assegaf termasuk marga generasi awal, sehingga banyak marga lain yang merupakan keturunan dari Assegaf, di antaranya marga Alaydrus, al-Musyayyah, Bin-Syahab, al-Hadi, al-Masyhur, al-Wahath, al-Munawwar, az-Zahir, al-Baiti, al-Kuraisiyah, Bin-Syeikh Abu Bakar, Baagil, al-Quthban dan banyak lainnya

2. Al-Habsy

Marga al-Habsyi diturunkan oleh Imam Abu Bakar al-Habsyi bin Ali bin Ahmad asy-Syanbal bin Muhammad Assadillah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad Faqih Muqaddam.

Kakeknya adalah datuk marga asy-Syanbal. Sedangkan saudaranya, Imam Alwi bin Ali adalah datuk marga asy-Syathiri. Jadi al-Habsyi dan asy-Syathiri merupakan saudara, cucu-cucu dari asy-Syanbal.

Al-Habsyi adalah nisbah ke negeri Habasyah yang kini menjadi negara Ethopia. Selama 20 tahun Imam Abu Bakar al-Habsyi berdakwah dan mengislamkan banyak orang di sana, karena itu beliau kemudian digelari al-Habsyi, meskipun beliau lahir dan wafat di Tarim.

Namun perlu diketahui, bahwa terdapat juga marga al-Habsyi Non-Alawiyyin yang berasal dari Qabilah Ghomid di Bahah, Arab Saudi.

3. Alaydus

Marga Alaydrus diturunkan oleh Imam Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar as-Sakran bin Abdurrahman Assegaf. Jadi Alaydrus merupakan cucu Assegaf. Ibunya bernama Syeikhah Maryam binti Ahmad bin Muhammad dari keluarga Barasyid.

Imam Abdullah Alaydrus adalah Sang Utayrus yang bermakna singa atau macan, sebuah kiasan untuk seorang raja, di mana beliau merupakan Raja Para Wali di masanya. Beliau telah dipanggil Utayrus sejak kecil oleh kakeknya, Imam Abdurrahman Assegaf.

Imam Abdullah Alaydrus memiliki lima putra dan lima putri. Putri-putrinya adalah Ruqayah, Khadijah, Kultsum, Talkhah dan Bahiyah. Sedangkan putra-putranya adalah Abu Bakar al-Adeni, Muhammad, Syeikh, Husin dan Alwi. Dua anak pertama keturunannya terputus, sedangkan tiga lainnya tetap lestari.

Syeikh kemudian menurunkan submarga Alaydrus seperti keluarga Bin-Umar, al-Zein serta marga ash-Sholabiyah. Sedangkan Husin menurunkan banyak submarga Alaydrus, di antaranya keluarga al-Umar bin Zein, al-Hazem, ats-Tsibi, al-Ismail dan al-Maigab. Adapun Alwi menurunkan Alaydrus yang lain.

4. Al-Jufri

Marga al-Jufri diturunkan oleh Imam Abu Bakar al-Jufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Faqih Muqaddam. Ibunya bernama Syarifah Maryam, adalah putri dari Imam Abdurrahman Assegaf. Jadi al-Jufri merupakan cucu Assegaf dari pihak ibu.

Kakeknya dari pihak ibu inilah yang mula-mula memanggil beliau dengan panggilan Jufrati yang bermakna anak kecil kesayangan yang berbadan gemuk dan kekar. Berkat panggilan tersebut juga, setelah dewasa beliau menjadi seorang ahli ilmu Jafar.

Ilmu Jafar adalah disiplin ilmu yang mengkonversikan huruf Arab ke dalam angka sehingga menghasilkan bilangan yang memiliki makna. Seperti kenapa suatu wirid harus dibaca 50 atau 100 kali, itu semua diatur dalam ilmu Jafar.

5. Al-Attas

Marga al-Attas diturunkan oleh Imam Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf.

Sebetulnya yang pertama kali disebut al-Attas adalah ayahnya, Imam Agil bin Salim, kakak kembar dari Syeikh Abu Bakar bin Salim. Selanjutnya gelar ini dipakai oleh Abdurrahman bin Agil dan keturunannya. Sedangkan anak Imam Agil yang lain memakai gelar al-Agil.

Al-Attas dalam bahasa Arab bermakna bersin. Gelar itu bermula dari karomah Imam Agil yang bersin dan mengucapkan Alhamdulillah ketika masih dalam kandungan. Selain bersin, hal unik dari Imam Agil beserta saudara kembarnya saat berada di dalam kandungan adalah percakapan keduanya yang didengar langsung oleh ibu mereka, Syarifah Thalhah binti Agil.

Di dalam kitab Tajul Arasy dikisahkan bahwa ibunya mendengar salah satu janin berkata, Keluarlah engkau. Satunya lagi menimpali, Engkau terlebih dahulu. Akhirnya salah satu janin berkata, Keluarlah dahulu, nanti aku yang masyhur (dikenal), sedangkan yang masyhur itu ada karena keberkahan yang mastur (tersembunyi).

Tak lama setelah itu keluarlah bayi pertama yang diberi nama Agil, disusul bayi kedua yang diberi nama Abu Bakar

6. Al-Haddad

Marga al-haddad diturunkan oleh waliyullah Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar adalah seorang waliyullah yang menyembunyikan kewaliannya. Beliau digelari dengan al-Haddad karena sering bergaul dengan seorang pandai besi dan sering berada di tempat penempaan besi.

Selain beliau, ada pula seseorang yang bernama Ahmad dari golongan Alawiyin yang terkenal dan mempunyai banyak pengikut dan menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (pandai besi). Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar menjawab sebutan tersebut dengan memperlihatkan karomahnya, sehingga orang-orang mengetahui bahwa beliau adalah seorang waliyullah yang mempunyai derajat tinggi dan hati mereka tertempa dengan kejadian tersebut. Maka mereka menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (penempa kalbu).

Selain nama marga di atas, terdapat juga marga al-qodri, al-Kaff, Bin Yahya, Bin Syahab, al- Muhdar, al-Munawar dan lain sebagainya. Yang kesemuanya tercatat di Rabithah Alawiyah.

Topik Menarik