Mengungkap Fakta tentang Micin: Apakah Benar Bisa Membuat Bodoh?

Mengungkap Fakta tentang Micin: Apakah Benar Bisa Membuat Bodoh?

Gaya Hidup | ttu.inews.id | Kamis, 20 Juni 2024 - 10:10
share


JAKARTA, iNewsTTU.id Ungkapan "kebanyakan makan micin bikin bodoh" sering terdengar di kalangan masyarakat, terutama oleh ibu-ibu era 2000-an. Bahkan muncul istilah generasi micin untuk menggambarkan betapa anak muda saat ini gemar mengonsumsi Monosodium Glutamat (MSG) sebagai penyedap rasa. Tapi, benarkah micin bisa membuat bodoh?

Asal Mula Mitos

Mitos ini bermula dari tulisan Robert Ho Man Kwok, seorang dokter keturunan China-Amerika, yang menulis esai tentang sindrom restoran China pada tahun 1968. Kwok menceritakan pengalaman mati rasa di bagian belakang leher yang menyebar hingga ke lengan dan punggung, lemas, dan berdebar-debar setelah makan di restoran China. Ia menduga penyebabnya adalah MSG yang digunakan di restoran tersebut. Esai ini memicu penelitian ilmiah tentang efek MSG pada manusia dan hewan.

Fakta Ilmiah tentang MSG

Menurut laman Alodokter, penggunaan MSG dalam jumlah berlebihan dan jangka panjang bisa menimbulkan keluhan seperti pusing, mual, sakit kepala, dan migrain. Rasa umami dari micin juga bisa meningkatkan nafsu makan, yang jika tidak terkendali dapat menyebabkan obesitas. Namun, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa konsumsi MSG menyebabkan kebodohan.

Food and Drug Administration (FDA) telah mengklasifikasikan MSG sebagai bumbu masakan yang aman untuk dikonsumsi. Peningkatan nafsu makan akibat penambahan MSG bahkan bisa bermanfaat, terutama untuk anak-anak yang malas makan. Misalnya, menambahkan sedikit MSG pada sayuran dapat meningkatkan selera makan anak.


Sejarah Micin dan Asam Glutamat

Micin pertama kali ditemukan oleh Kikunae Ikeda, seorang ahli kimia Jepang, pada tahun 1908. Ikeda mengisolasi senyawa asam glutamat dari rumput laut Laminaria japonica, yang memberikan rasa umami. Asam glutamat sendiri adalah asam amino non-esensial yang diproduksi alami oleh tubuh manusia dan banyak ditemukan dalam makanan seperti tomat, keju, jamur, dan bahkan air susu ibu (ASI).

Pada tahun 1909, Ikeda mendirikan merk dagang Ajinomoto untuk memproduksi MSG secara massal. Meskipun pada awalnya sulit diterima pasar, pada tahun 1931, Ajinomoto menjadi populer setelah produk ini digunakan di meja kaisar Jepang.
Kesimpulan

Mitos bahwa micin bisa membuat bodoh tidak didukung oleh bukti ilmiah. Konsumsi MSG yang bijak tidak berbahaya, dan bahkan bisa bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan. Faktor yang menentukan kecerdasan anak jauh lebih kompleks, melibatkan pola makan seimbang, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan.

Generasi micin tidak perlu khawatir tentang dampak negatif MSG jika digunakan dengan bijak. Mengonsumsi bahan pangan yang mengandung MSG alami seperti tomat dan keju juga bisa menjadi alternatif untuk menambah cita rasa makanan dengan cara yang sehat.

Informasi ini disampaikan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai MSG dan efeknya terhadap kesehatan, menghilangkan mitos yang tidak terbukti, dan mendorong penggunaan yang bijak dalam kehidupan sehari-hari.

Topik Menarik