Bikini Atol, Tempat dengan Radiasi Nuklir Tertinggi yang Dijadikan Inspirasi Animasi SpongeBob SquarePants

Bikini Atol, Tempat dengan Radiasi Nuklir Tertinggi yang Dijadikan Inspirasi Animasi SpongeBob SquarePants

Gaya Hidup | BuddyKu | Jum'at, 26 Agustus 2022 - 20:10
share

JAKARTA, iNews.id - Bikini Atol merupakan sebuah pulau karang yang berada di Kepulauan Marshall. Konon, Bikini Atol ini menjadi inspirasi untuk penciptaan Bikini Bottom dalam serial animasi SpongeBob SquarePants.

Sedangkan Stephen Hillenburg yang merupakan pencipta animasi ini tidak pernah secara gamblang mengkonfirmasi kabar tersebut. Meski begitu, terdapat sejumlah petunjuk yang dianggap menguatkan kabar bahwa Bikini Bottom terinspirasi oleh Bikini Atol.

Diantaranya adalah sebuah footage ledakan bom Baker di Bikini Atoll pada 1946 yang dimasukkan dalam episode Dying for Pie. Diketahui, pada masa lalu, Bikini Atoll di Kepulauan Marshall ini menjadi lokasi uji coba nuklir.

Berikut ini kisah selengkapnya tentang Bikini Atoll yang menarik untuk kamu ketahui.

Bikini Atoll, Tempat dengan Radiasi Nuklir Tertinggi

Kepulauan Marshall merupakan lokasi utama untuk uji coba nuklir Amerika Serikat. Tercatat, dari tahun 1946 hingga 1958, pemerintah AS telah melakukan sekitar 67 uji coba nuklir di beberapa pulau kecil maupun atol yang mengelilingi Kepulauan Marshall. Salah satunya adalah di Bikini Atoll.

Pada 1 Maret 1954, AS menguji coba hulu ledak nuklir, Castle Bravo di Bikini Atoll, Kepulauan Marshall, yang kekuatannya disebut 1.000 kali lipat dibanding bom Hiroshima, Jepang pada 1945. Total ada 23 bom nuklir yang dijatuhkan AS di Bikini Atoll.

Hal ini menjadikan Bikini Atoll di Kepulauan Marshall sebagai tempat dengan radiasi nuklir tertinggi di Bumi. Pada 2017 lalu, tim Stanford University mengunjungi Bikini Atoll dan terkejut dengan kehidupan laut yang ada di sana.

Mengutip The Guardian, tim ilmuwan tersebut menemukan kehidupan laut yang melimpah dan berkembang di kawah-kawah Bikini Atoll.
Steve Palumbi, professor ilmu kelautan dari Stanford University mengatakan bahwa makhluk di sana sangat tangguh meski terpapar radiasi nuklir dalam jumlah masif.

Hal ini berbeda dengan hewan yang berada di sekitar Chernobyl, lokasi kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Para ilmuwan mengungkapkan bahwa hewan-hewan tersebut mengalami kecacatan atau mutasi.

Tim yang dipimpin Steve Palumbi ini menemukan beragam ekosistem yang ada di dalam maupun sekitar kawah bom. Beberapa diantaranya adalah terumbu karang seukuran mobil, gerombolan ikan termasuk tuna, hiu, dan kakap. Tim tersebut juga menemukan kepiting kepala atau coconut crab yang mengonsumsi buah kelapa yang mengandung radioaktif.

Palumbi mengatakan bahwa kepiting, ikan, hingga terumbu karang di Bikini Atoll terlihat normal dan sehat. Bahkan, sejumlah terumbu karang diklaim sudah ada di sana di sana sejak lebih dari satu dekade. Terdapat bukti mereka mulai tumbuh sekitar 10 tahun setelah bom dijatuhkan.

Laguna ini penuh dengan kumpulan ikan yang berputar-putar di sekitar karang hidup. Anehnya mereka dilindungi oleh sejarah tempat ini, populasi ikannya lebih baik daripada di beberapa tempat lain karena dibiarkan begitu saja, hiunya lebih banyak dan karangnya besar. Ini adalah lingkungan yang luar biasa, cukup aneh, ungkap Steve Palumbi.

Tim Palumbi akan memusatkan upaya penelitian mereka pada karang dan kepiting kelapa. Alasannya adalah karena mereka memiliki rentang hidup yang panjang, sehingga memungkinkan para ilmuwan untuk menyelidiki apa efek paparan radiasi terhadap DNA hewan setelah terbentuk di dalamnya.

Karena ikan memiliki masa hidup yang relatif pendek, ada kemungkinan ikan yang terkena dampak terburuk mati beberapa dekade yang lalu, kata Palumbi.

Ia menjelaskan, ikan yang hidup di Bikini Atoll saat ini hanya terkena paparan radiasi tingkat rendah karena mereka sering berenang masuk dan keluar dari atol.

Meski kehidupan tumbuhan, hewan dan ekosistem laut menunjukkan tanda-tanda pemulihan, namun manusia masih tidak dapat hidup dan bekerja di sana.

Dalam sebuah laporan PBB pada tahun 2012 lalu mengatakan efek radiasi bertahan lama. Pelapor khusus Calin Georgescu, dalam sebuah laporan kepada dewan hak asasi manusia PBB, mengatakan kontaminasi lingkungan yang hampir tidak dapat diubah telah menyebabkan hilangnya mata pencaharian dan banyak orang terus mengalami pengungsian tanpa batas.

Topik Menarik