Pasar Tanah Abang Sudah Berusia Ratusan Tahun, Dahulu Dindingnya Hanya Anyaman Bambu! Simak Sejarah Pasar Tanah Abang Berikut Ini!
Pasar tanah abang, selalu ramai tiap harinya. Terlebih, jika mendekati waktu hari raya Idul Fitri. Biasanya, banyak dari masyarakat yang akan menggunakan pakaian baru saat waktu lebaran tiba. Oleh sebab itu, masyarakat akan memadati tempat-tempat perbelanjaan.
Salah satu tempat yang menjadi destinasi adalah Pasar Tanah Abang. Harga yang ditawarkan relative murah dan lokasi tanah abang juga mudah untuk diakses. Berada di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat, untuk menuju lokasi ini juga bisa menggunakan commuter line atau moda transportasi lain.
Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pusat perbelanjaan grosir, yang diklaim terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Harga yang ditawarkan terkenal lebih murah dari tempat lain. Namun sebelum seperti ini, Pasar Tanah Abang memiliki sejarah yang panjang.
Pasar Tanah Abang Didirikan oleh pejabat VOC, Yustinus Vinc, pada 30 Agustus 1735. Ia membeli tanah di kawasan tersebut. Atas izin dari Gubernur Jenderal Abrahan Patramini, berdirilah Pasar Tanah Abang tersebut.
Namun sebelum dibangun oleh Yustinus Vinc sebagai pusat perbelanjaan, di dekat lokasi ini awalnya adalah pasar hewan ternak, khususnya kambing. Terdapat juga terminal bus di lokasi tersebut.
Pasar Tanah Abang awalnya dibangun dengan sederhana. Hanya beratap rumbia dan dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Pada saat itu, pasar tanah abang diberikan izin untuk berdagang tekstil dan juga barang kelontong. Namun, hanya diizinkan berjualan pada hari Sabtu. Oleh sebabnya, pasar ini dikenal juga sebagai Pasar Sabtu.
Meski tergolong sederhana, kehadiran pasar ini memberikan dampak yang istimewa. Perkembangan pasar berperan dalam terbangunnya peradaban di sekitar lokasi. Peranan Kali Krukut yang berada di dekat Tanah Abang menjadi penting dan ramai oleh perahu yang akan memuat barang-barang yang akan dijual maupun yang dibeli
Namun setelah lima tahun berdiri. Terjadi peristiwa yang dikenal dengan \'geger pecinan\', yaitu pembantaian orang-orang etnis Tionghoa, oleh pasukan VOC pada 8 Oktober 1740. Serangan ini akibat perilaku agresif orang Tionghoa terhadap pos jaga VOC.
Kejadian ini menjalar hingga ke daerah Pasar Tanah Abang, sebab di sana banyak orang Tionghoa yang berdagang dan bermukim. Mereka diserang pasukan VOC menggunakan meriam untuk memukul mundur gerombolan orang Tionghoa.
Peristiwa ini turut merusak sejumlah bangunan di Pasar Tanah Abang, beberapa bangunan hancur dan terbakar. Akibatnya, Pasar Tanah Abang tidak dapat beroperasi dalam waktu yang cukup lama. Baru di tahun 1801 Pasar Tanah Abang mulai dibangun kembali dan beroperasi dua kali seminggu, yaitu Sabtu dan Rabu.
Geliat Pasar Tanah Abang semakin tinggi, setelah pemerintah Hindia Belanda mulai membangun Stasiun Tanah Abang, yang mulai beroperasi pada 1 Oktober 1899. Barulah pada abad ke 19, pemerintahan Batavia, melakukan perombakan pasar secara permanen. Pasar Tanah Abang menjadi pusat perniagaan yang aktif setiap hari dan tetap beroperasi sampai sekarang.