Jual Kopi di Sepeda Ala Coffee Shop, Filmmaker Ini Sukses Bangkit dari Keterpurukan
Enggak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 dua tahun lalu membuat semua sektor terkena imbas, termasuk buat seorang Gelora Yudhaswara, pria asal Ponorogo yang berprofesi sebagai filmmaker .
Karena pekerjaannya terhenti, pria berusia 30 tahun ini akhirnya banting setir menjadi barista dan berjualankopi. Bukan di kedai atau kafe, Gelora justru berjualan kopi di sepeda.

Usaha uniknya ini ia namai \'Segawe\' singkatan dari sepeda nyambut gawe alias sepeda untuk bekerja. Sesuai nama usahanya, warga Desa Panjeng, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur ini membuka usaha kopi bermodal sepeda.
"Konsepnya sebenarnya seperti di Yogyakarta. Ada Segosegawe yang artinya sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe . Kalau saya hanya segawe sepeda nyambut gawe," kisah Gelora kepada Tim IDZ Creators .
Meski enggak latar belakang barista, Gelora mengaku tahu seluk beluk kopi justru dari film dokumenter untuk Dinas Pariwisata Ponorogo yang ia produksi sebelum pandemi. Dari situlah Gelora belajar tentang kopi. Jenis kopi yang banyak peminatnya, termasuk cara menyeduh hingga menyajikan kopi kepada pelanggan.

Sepeda dipilih Gelora karena ingin tampil beda di tengah maraknya coffee shop di Ponorogo. Kebetulan Gelora punya sepeda yang jadi modal utamanya.
"Akan menyewa ruko juga mahal. Saya punya sepeda ya saya manfaatkan," urainya.
Dengan tekad kuat, Gelora akhirnya memodifikasi sepedanya dilengkapi sama gerobak mesin kopi.
Dengan modal enggak sampai Rp10 juta, sepedanya pun siap dipakai untuk berjualan kopi.
"Kalau total semua Rp8 juta. Rp3 juta saya kulakan kopi, alat-alatnya dari teman yang tidak bisa survive . Rp5 juta-nya sepeda hingga gerobaknya," tambahnya

Tapi jalan usaha Gelora enggak semulus harapannya. Diakui Gelora bulan-bulan pertama adalah masa terberat buat Segawe. Ia terpaksa berpindah-pindah tempat karena sering diusir petugas.
Awalnya pada September 2021 ia memilih nongkrong di Jalan Baru atau Suromenggolo.Dari situ kemudian Segawe pindah ke Jalan HOS Cokroaminoto. Dari yang paling utara, tengah hingga akhirnya menetap di pojok selatan HOS Cokroaminoto.

Enggan menyerah, Gelora akhirnya mengayuh kafe sepedanya ke selatan di depan ruko milik salah kedai kopi kekinian yang belum buka.
"Konsepnya Yogyakarta nya juga kuat. Jalan Hos Cokroaminoto kan Malioboro KW. Jadi pas saya membuka di sini," terangnya.
Untuk positioning , Gelora mengklaim bermain di pasar tengah-tengah alias di bawah kafe tapi harganya di atas angkringan.
Gelora paham betul karakter warga Bumi Reog. Ketika sudah jatuh cinta dengan satu angkringan, maka mereka bakal terus setia.
"Saya ambil di situ. Saya pelajari karakter kopinya. Mereka boleh ngopi di tempat biasa waktu pagi hari. Tetapi sore hingga malam ke saya," urainya.

Untuk kopinya sendiri, Segawe menjual kopi asal Ponorogo dan kopi joss yang arangnya didatangkan langsung dari Yogyakarta. Laris manis, biasanya Segawe bisa menghabiskan 1 kilogram kopi robusta dalam dua hari dan 1 kilogram kopi arabica sekitar empat hari.

Usaha Gelora pun enggak sia-sia. Dari sepeda sederhana ia bisa survive dan menghasilkan cuan Rp10 juta-Rp15 juta dalam sebulan.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Lets join IDZ Creators dengan klik di sini
