Pengusaha Hotel dan Restoran Ngeluh Lebaran 2025 Sepi Tamu
JAKARTA - Pengusaha hotel dan restoran mengeluh karena sepi tamu pada Lebaran 2025. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran mengungkap sektor perhotelan dan restoran mengalami penurunan okupansi yang cukup signifikan pada momen Lebaran tahun 2025 ini.
Tak tanggung-tanggung, penurunan okupansi mencapai 20. Yusran mengatakan bahwa tren penurunan okupansi ini sejalan dengan data pergerakan transportasi dari oleh Kementerian Perhubungan yang juga mengalami penurunan. Yang mana dampak turunnya mobilitas masyarakat ini turut merambat ke hotel dan restoran yang mengalami penurunan pengunjung.
"Dari hotel dan restoran di momen Lebaran tahun ini, kalau dikatakan penurunan, saya masih yakini itu terjadi. Karena bagaimanapun, data pergerakan transportasi dari Kementerian Perhubungan turun 30," ujar Maulana Yusran saat dihubungi MNC Portal Indonesia pada Rabu (2/4/2025).
"Potensi hotel memang mengalami penurunan, dan ini terlihat jelas di Pulau Jawa yang drop sekali. Penurunan mencapai 20. Restoran juga demikian karena otomatis dampaknya dari pergerakan masyarakat yang menurun," lanjutnya.
1. Dampak Efisiensi Anggaran
Selain itu, Yusran menyatakan bahwa segmen pelanggan dari pemerintah, yang biasanya menjadi salah satu pendorong utama industri perhotelan, juga mengalami penurunan drastis.
"Saat survei dilakukan, tiket reservasi untuk kegiatan pemerintah bisa dikatakan hampir tidak ada. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi bisnis hotel setelah Lebaran. Jika kondisi ini terus berlanjut, pengurangan tenaga kerja pasti akan terjadi," ungkapnya.
Dampak dari efisiensi anggaran juga sudah mulai terasa dengan adanya laporan bahwa dua hotel di Bogor terpaksa tutup karena tidak mampu bertahan.
"Beberapa hari sebelum Lebaran, ada yang sudah melaporkan ke kami bahwa dua hotel di Bogor tutup karena tidak kuat menghadapi efisiensi ini. Pasarnya turun habis," tambahnya.
2. Okupansi Turun
Sebelumnya, Ketua Umum PHRI, Hariyadi BS Sukamdani, juga mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, tingkat kunjungan hotel di beberapa daerah, seperti Solo, Yogyakarta, dan Bali, mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.
"Seperti yang diduga, lebih rendah dari tahun lalu. Saya sempat telepon beberapa daerah, Solo, Jogja, Bali, dan memang turun. Waktu liburnya juga lebih pendek. Di Solo, tanggal 4 dan 5 sudah banyak yang check-out, di Yogyakarta tanggal 6, dan di Bali juga mengalami penurunan," ujar Hariyadi.
Hariyadi menyoroti bahwa segmen pelanggan dari pemerintah mencapai 40 dari total pendapatan hotel. Oleh karena itu, jika anggaran pemerintah terus dikurangi, banyak hotel berpotensi tutup.
"Segmen pemerintah itu sampai 40. Jadi kalau ini terus berlanjut, banyak yang tutup. Pemerintah harus meningkatkan belanja untuk mendorong perputaran ekonomi," jelasnya.
Di sisi lain, Hariyadi mengatakan bahwa PHRI juga tengah berupaya meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara untuk mengatasi penurunan wisatawan domestik.
"Kami sedang menggarap sektor turis mancanegara. Namun, ini bukan sesuatu yang instan, butuh waktu. Mudah-mudahan tahun depan kita bisa maksimal," pungkas Hariyadi.