Alasan Erick Thohir Angkat Maroef Sjamsoeddin Jadi Dirut MIND ID
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkapkan alasan mengangkat Purnawirawan TNI Angkatan Udara (AU), Maroef Sjamsoeddin, sebagai Direktur Utama Holding BUMN Pertambangan atau MIND ID. Salah satunya sepak terjang Maroef Sjamsoeddin.
1. Ini Alasan Erick Thohir
Juru Bicara Kementerian BUMN Putri Viola mengatakan, sepak terjang mantan Staf Ahli Pertahanan dan Keamanan (Hankam) BIN dan eks Wakil Kepala BIN periode 2011-2014 itu menjadi pertimbangan utama pemegang saham.
"Kalau teman-teman tanya kenapa kemudian terpilih Pak Maroef ini, kalau kita lihat mengenai jam terbang, mengenai pengalaman, juga sudah cukup mumpuni,” ujar Putri di kantor Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (4/3/2025).
“Nah ini menjadi salah satu hal yang membuat rasanya sosok Pak Maroef ini cocok untuk bisa menjadi pemimpin di MIND ID,” paparnya.
2. Pergantian Direksi BUMN Sudah Biasa Dilakukan
Namun, Putri menegaskan pergantian direksi BUMN merupakan hal yang biasa dilakukan.
“Jadi ini biasa kok teman-teman, ini merupakan rotasi yang biasa,” beber dia.
3. Profil Dirut MIND ID
Maroef Sjamsoeddin lahir pada 1970 dan berusia 55 tahun saat ini. Dia adalah anak dari Sjamsoeddin, seorang purnawirawan berpangkat Letnan Kolonel. Kakaknya, Letnan Jenderal TNI Sjafrie Sjamsoeddin adalah Menteri Pertahanan dalam kabinet Presiden Prabowo Subianto.
Dia tercatat sebagai Lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU). Dia pun berhasil memperoleh gelar Master of Business Administration dari Jakarta Institute Management Studies.
Maroef merupakan purnawirawan TNI AU dengan pangkat terakhir marsekal muda. Dia berasal dari Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU dan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1980.
Selama karier militernya, dia pernah menjabat sebagai Komandan Skadron 465 Paskhas, Atase Pertahanan RI untuk Brasil, Direktur Kontra Separatis BIN, Sahli Hankam BIN.
Dilansir dari berbagai sumber, Maroef Sjamsoeddin pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) periode 2011- 2014.
Selain di dunia intelijen, Maroef juga pernah menjabat sebagai Presiden Direktur PT Freeport Indonesia pada periode 2015 hingga 2016. Namanya sempat mencuat dalam kasus ‘Papa Minta Saham’ pada 2015 yang melibatkan Setya Novanto yang saat itu menjabat Ketua DPR RI.
Dalam kasus tersebut, Maroef merekam pertemuan antara Setya Novanto, pengusaha Mohammad Riza Chalid, dan dirinya sendiri.
Dalam rekaman tersebut, Setya Novanto diduga meminta saham Freeport Indonesia dengan mengatasnamakan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Rekaman ini menjadi bukti dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR, yang berujung pada pengunduran diri Setya Novanto dari jabatan Ketua DPR pada 2015.