Harga Minyak Mentah Anjlok 2 Persen usai OPEC Pangkas Proyeksi Permintaan Global
HOUSTON, iNews.id - Harga minyak mentah anjlok 2 persen pada penutupan hari Senin setelah OPEC kembali menurunkan prospek permintaan minyak global tahun 2024 dan 2025. Selain itu, impor minyak China yang turun selama lima bulan berturut-turut juga mempengaruhi harga.
Mengutip Reuters, rencana stimulus China gagal mendapatkan kepercayaan dari investor, sementara pasar terus mencermati potensi serangan Israel terhadap infrastruktur minyak Iran.
Harga minyak mentah Brent ditutup turun 1,58 dolar AS atau 2 persen menjadi 77,46 dolar AS per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 1,73 dolar AS atau 2,29 persen menjadi 73,83 dolar AS per barel.
Sebelumnya, OPECmemangkas perkiraan permintaa nglobal pada tahun ini dan juga menurunkan proyeksinya untuk tahun depan. Ini merupakan revisi penurunan ketiga berturut-turut dari kelompok produsen minyak mentah tersebut.
China, importir minyak mentah terbesar di dunia, menyumbang sebagian besar penurunan tahun 2024 karena OPEC memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk negara tersebut menjadi 580.000 barel per hari (bph) dari 650.000 bph.
Data menunjukkan impor minyak mentah China untuk sembilan bulan pertama tahun ini turun hampir 3 persen dari tahun lalu menjadi 10,99 juta bph.
Penurunan permintaan minyak disebabkan oleh meningkatnya adopsi kendaraan listrik serta melambatnya pertumbuhan ekonomi setelah pandemi Covid-19. Selain itu, tekanan deflasi China juga memburuk pada bulan September.
Adapun berita negatif dari China mengalahkan kekhawatiran pasar atas kemungkinan yang masih ada bahwa Israel akan melakukan serangan balasan kepada Iran yang dapat mengganggu produksi minyak.
"Meskipun serangan Israel ke Iran kemungkinan akan terjadi, langkah-langkah penguatan terbaru oleh militer Amerika Serikat mungkin telah menenangkan tanggapan di kedua belah pihak," ucap Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial, Dennis Kissler.
Washington secara pribadi telah mendesak Israel untuk tidak membalas serangan tersebut guna menghindari pemicu perang yang lebih luas di Timur Tengah. Presiden AS Joe Biden secara terbuka menentang terhadap serangan Israel terhadap situs nuklir Iran dan kekhawatirannya tentang serangan terhadap infrastruktur energi Iran.
Dolar juga mencapai titik tertinggi sembilan minggu pada hari Senin. Mata uang AS yang lebih kuat dapat merugikan permintaan minyak berdenominasi dolar dari pembeli yang menggunakan mata uang lain.