Penerapan Bioavtur di RI Masih Terganjal Perizinan Internasional

Penerapan Bioavtur di RI Masih Terganjal Perizinan Internasional

Ekonomi | inews | Selasa, 10 September 2024 - 14:58
share

JAKARTA, iNews.id - SVP Business Development PT Pertamina (Persero) Wisnu Medan Santoso mengatakan bahwa penggunaan Bioavtur memang menjadi solusi untuk pengurangan emisi gas buang yang dihasilkan pesawat terbang. Namu, saat ini implementasi bioavtur harus mendapatkan perizinan dari organisasi penerbangan Internasional atau International Civil Aviation Organizatio (ICAO) terlebih dahulu.

Organisasi penerbangan sipil internasional itu memiliki roadmap sendiri untuk pengurangan emisi karbon atau yang disebut Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA). Melalui standar yang ditetapkan itu, penggunaan minyak sawit tidak masuk dalam cita-cita organisasi penerbangan Internasional untuk mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan oleh pesawat terbang.

"Bioavtur memang ideal (sebagai bahan bakar pesawat), karena kalau bioavtur tujuannya (penerbangan) keluar negeri, kita harus compare dengan CORSIA, sayangnya saat ini kalau sumber dari palm oil masih belum comply (mematuhi)," ujar Wisnu dalam acara Media Briefing 'Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas' di Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Wisnu menambahkan, dalam menciptakan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar penerbanbang ramah lingkungan, terdapat opsi lain untuk menggunakan minyak jelantah alias use cooking oil (UCO).

Akan tetapi, untuk membuatnya bahan bakar bahan bakar pesawat maka yang harus dikerjakan adalah memastikan ketersediaan minyak jelantah tersebut. Saat ini, Pertamina telah memiliki gagasan untuk mengumpulkan minyak jelantah melalui jaringan SPBU yang tersebar di seluruh Indonesia.

Menurutnya, opsi penggunaan minyak jelantah ini mampu diterapkan melihat konsumsi minyak goreng masyarakat yang cukup tinggi. Sehingga, limbahnya atau minyak bekas pakai bisa diolah kembali dan tidak langsung terbuang.

"Ada beberapa alternatif yang sedang kita pikirnya, misalnya memanfaatkan jaringan SPBU kita yang banyak di Indonesia, itu bisa gunkaan sebagai sarana pengumpulan minyak jelantah," ucapnya.

"Kemudian ada riset juga yang sedang dijalankan untuk membuat SAF, seperti dari cangkan CPO, tapi dari sisi pengumpulannya tidak se-ideal dari minyak jelantah," tuturnya.

Topik Menarik