Harga Minyak Mentah Melesat usai The Fed Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga

Harga Minyak Mentah Melesat usai The Fed Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga

Ekonomi | inews | Sabtu, 24 Agustus 2024 - 08:31
share

HOUSTON, iNews.id - Harga minyak mentah melesat 2 persen pada perdangan hari Jumat atau akhir pekan. Penguatan ini didorong komentar Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell yang mengindikasikan bank sentral bersiap untuk memangkas suku bunga.

Minyak mentah Brent berjangka ditutup naik 1,80 dolar AS atau 2,33 persen pada 79,02 dolar AS per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 1,82 dolar AS atau 2,49 persen ke 74,83 dolar AS per barel.

Pada Minggu ini, kedua patokan minyak mentah mencapai titik terendah sejak awal Januari, setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) secara tajam menurunkan estimasi lapangan pekerjaan yang ditambahkan oleh para pengusaha hingga Maret 2024. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan resesi.

Analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn menyebut bahwa rencana penurunan suku bunga yang dilakukan The Fed memberi dampak nyata terhadap pergerakan komoditas, termasuk minyak mentah.

"Itu berdampak pada semua komoditas," ucap Flynn dikutip dari Reuters , Sabtu (24/8/2024).

Pada hari Jumat, Powell menyampaikan dukungan pelonggaran kebijakan The Fed. Dia mengatakan bahwa pendinginan lebih lanjut di pasar kerja tidak akan disambut baik dan menyatakan keyakinannya bahwa inflasi berada dalam jangkauan target bank sentral AS sebesar 2 persen.

"Risiko kenaikan inflasi telah berkurang, dan risiko penurunan lapangan kerja telah meningkat," ucap Powell dalam pidato di konferensi ekonomi tahunan Kansas City Fed di Jackson Hole, Wyoming.

"Sudah waktunya bagi pemangku kebijakan untuk menyesuaikan diri. Arah perjalanan sudah jelas, dan waktu serta kecepatan pemotongan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko," tuturnya.

Sementara, indeks dolar AS melemah menjadi sekitar 101,45 menjelang pidato tersebut. Dolar AS yang lebih murah biasanya meningkatkan permintaan minyak berdenominasi dolar dari investor yang memegang mata uang lain.

Morgan Stanley mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Jumat bahwa penurunan persediaan minyak telah sedikit mendukung harga minyak.

"Untuk saat ini, keseimbangan di pasar minyak ketat, dengan persediaan berkurang sekitar 1,2 juta barel per hari dalam empat minggu terakhir, yang kami perkirakan akan terus berlanjut hingga akhir (kuartal ketiga)," tulis bank tersebut.

Data terbaru dari China, negara pengimpor minyak terbesar, menunjukkan ekonomi yang sedang terpuruk dan permintaan minyak yang melambat dari kilang minyak. Dorongan baru untuk gencatan senjata di Gaza antara Israel dan Hamas juga membantu meredakan kekhawatiran pasokan dan membebani harga minyak.

Perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk minggu kedua berturut-turut. Jumlah rig minyak tidak berubah pada 483 minggu ini, sementara rig gas turun satu menjadi 97.

Topik Menarik