“Dokter Seribu Rupiah” Papua Menginspirasi Warisan Pelayanan Tanpa Pamrih

“Dokter Seribu Rupiah” Papua Menginspirasi Warisan Pelayanan Tanpa Pamrih

Berita Utama | sorongraya.inews.id | Sabtu, 14 September 2024 - 10:45
share

 

JAYAPURA, iNewsSorong.id - Kisah dr. FX Soedanto, yang dikenal sebagai "Dokter Seribu Rupiah," merupakan contoh luar biasa dari dedikasi dan pengabdian tanpa pamrih dalam dunia medis. Dikenal karena hanya mengenakan biaya minimal untuk jasa medisnya, dr. Soedanto telah melayani masyarakat Papua selama lebih dari 40 tahun dengan semangat kemanusiaan yang luar biasa.

Dr. Soedanto lahir di Kebumen pada tahun 1948, dari pasangan Umar dan Mursila. Setelah menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Gadjah Mada, dr. Soedanto memutuskan untuk mendaftar dalam program Dokter Inpres yang digagas oleh pemerintah pada era Presiden Soeharto. Program ini mengirimkan dokter-dokter ke daerah terpencil di seluruh Indonesia, dan dr. Soedanto memilih Irian Jaya (sekarang Papua) sebagai tempat pengabdiannya pada tahun 1975.

Pengalaman awal dr. Soedanto di Asmat, Papua, sangat menantang. Ia harus berjalan kaki masuk-keluar hutan dan rawa untuk melayani masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Makanan sehari-harinya hanya sagu dan ikan, karena keterbatasan sumber daya di wilayah tersebut. Namun, dr. Soedanto tidak pernah mengeluh, melainkan terus melayani dengan penuh semangat. Masyarakat setempat, yang sebagian besar hidup dengan sederhana, membayar jasanya bukan dengan uang, melainkan dengan hasil bumi seperti sagu atau kayu bakar.

Selama lebih dari enam tahun di Asmat, dr. Soedanto dikenal karena tidak pernah mematok biaya tinggi untuk jasanya. Ketika dipindahkan ke Jayapura pada tahun 1982, ia tetap mempertahankan prinsip tersebut.

Di Jayapura, ia bekerja di Rumah Sakit Jiwa Abepura dan kemudian membuka praktik di klinik pribadi, Apotek Rahmat, dengan biaya yang sangat terjangkau, yaitu Rp 500 pada masa itu, dan kini hanya sekitar Rp 5.000 per pasien.

Meskipun biaya hidup terus meningkat, dr. Soedanto tidak pernah menaikkan biaya pengobatan secara signifikan. Dengan jumlah pasien yang terus meningkat hingga rata-rata 200 pasien setiap harinya, dr. Soedanto tetap melayani dengan ketulusan hati, meskipun fisiknya mulai menua. Pada tahun 2022, ia telah genap 46 tahun mengabdi di Papua, menunjukkan bahwa pengabdiannya pada kemanusiaan adalah tujuan utamanya, bukan untuk mencari keuntungan materi.


Kolase foto dr. FX Soedanto. (FOTO : IST)

 

dr. Soedanto juga tergerak untuk melayani di Papua karena ia menolak untuk membayar suap demi mendapatkan penempatan di daerah yang lebih strategis. Pilihan ini menjadi refleksi dari integritas dan moralitasnya yang tinggi, yang terus memandu setiap langkah dalam pengabdiannya.

Julukan "Dokter Seribu Rupiah" yang melekat pada dirinya adalah bukti dari semangat altruistik yang dimiliki dr. Soedanto. Ia tidak hanya memberikan pengobatan murah, tetapi juga menjadikan hidupnya sebagai inspirasi bagi banyak orang, terutama mereka yang berada di lapisan masyarakat bawah. Dr. Soedanto menunjukkan bahwa menjadi dokter bukan hanya soal profesi, melainkan sebuah panggilan untuk melayani sesama.

Perjalanan hidup dr. Soedanto mencerminkan esensi sejati dari profesi medis sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat, khususnya mereka yang membutuhkan. Bagi dr. Soedanto, yang terpenting bukanlah kekayaan materi, melainkan dedikasi tulus untuk memberikan manfaat bagi sesama. Sebagai umat Paroki Gembala Baik Abepura, ia selalu menekankan bahwa hidup yang berguna bagi orang lain adalah keberkahan yang tidak akan pernah layu.

 

Topik Menarik