Menteri ESDM Proyeksi Lifting Minyak Hanya 601.000 Barel per Hari di 2025

Menteri ESDM Proyeksi Lifting Minyak Hanya 601.000 Barel per Hari di 2025

Berita Utama | inews | Rabu, 5 Juni 2024 - 15:40
share

JAKARTA, iNews.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memproyeksikan lifting minyak bumi Indonesia pada tahun 2025 di kisaran 580.000-601.000 barel per hari (BOPD). Sementara, lifting gas diperkirakan pada kisaran 1.003.000-1,047.000 barel setara minyak per hari ( barrel oil equvalent per day /BOEPD).

"Mencermati realisasi sampai dengan bulan Mei 2024 dan outlook 2024, lifting minyak dan gas bumi pada RAPBN 2025 diusulkan sebesar 1.583.000 sampai 1.648.000 barel setara minyak per hari," ucap Arifin dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (5/6/2024).

Sebagai informasi, berdasarkan catatan Kementerian ESDM, realisasi lifting minyak pada Januari hingga Mei 2024 mencapai 561.900 BOPD dengan outlook akhir tahun hanya sebesar 595.000 BOPD. Padahal, produksi minyak bumi nasional ditargetkan sebesar 635.000 BOPD dalam APBN.

Bahkan, outlook lifting minyak tahun 2024 masih lebih rendah jika dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Realisasi produksi minyak bumi pada 2023 mencapai kisaran 605.000 BOPD atau jauh di bawah target yang ditetapkan sebesar 660.000 BOPD.

Sementara untuk lifting gas bumi, Kementerian ESDM mencatat realisasi hingga Mei 2024 sebesar 939.800 BOEPD dengan outlook pada akhir tahun sebesar 993.800 BOEPD.

Meski outlook lifting gas bumi tahun 2024 masih lebih besar dibanding realisasi 2023 yang hanya 960.000 BOEPD, proyeksi itu masih belum memenuhi target yang ditetapkan dalam APBN TA 2024 sebesar 1.033.000 BOEPD.

Arifin menambahkan, realisasi skema Production Sharing Contract (PSC) cost recovery hingga Mei 2024 mencapai 2,51 miliar dolar AS atau 30 persen dari yang ditetapkan sebesar 8,25 miliar dolar AS.

Arifin memperkirakan realisasi cost recovery sepanjang tahun ini sedikit diatas batas yang ditetapkan, yakni sebesar 8,26 miliar dolar AS. Artinya, serapan cost recovery berpotensi membengkak dari realisasi tahun 2023 yang hanya 7,67 miliar dolar AS.

"Lalu pada APBN 2025, kami usulkan ( cost recovery ) sebesar 8,5-8,7 miliar dolar AS," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menilai sangat wajar apabila lifting minyak Indonesia terus menurun. Hal tersebut tuntutan semesta dengan melemahnya produksi pada lapangan-lapangan tua.

Oleh sebab itu, Mulyanto meminta pemerintah dan para pemangku kepentingan sebaiknya merelakan target produksi 1 juta BOPD tahun 2030 begitu saja karena target itu sudah sangat tidak mungkin untuk dicapai.

"Karenanya kita relakan saja, ya segini-segini saja lah ya jangan terlalu tinggi. Tapi kalau bisa, cost recovery juga jangan tinggi-tinggi dong," kata Mulyanto.

Topik Menarik