Tokoh Muda Jabar Harap Gubernur 2024-2029 Harus Paham 4 Pilar Harmoni Kehidupan
BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Tokoh muda Jawa Barat, TB Raditya Indrajaya yang akrab disapa H Didit berharap gubernur periode 2024-2029 memahami 4 pilar harmoni yang merupakan kriteria pemimpin ideal.
Pemimpin tak hanya memiliki visi pembangunan, tapi juga mampu menjaga keseimbangan di tengah tantangan modernisasi dan keberagaman masyarakat Jawa Barat.
H Didit mengatakan, pemimpin ideal bagi Jawa Barat harus memiliki kemampuan memadukan empat pilar harmoni esensial bagi kemajuan, stabilitas, dan keberlanjutan provinsi terbesar di Indonesia ini.
"Pemimpin yang baik harus mampu menciptakan sinergi antara empat dimensi penting "Empat Harmoni Jawa Barat," yaitu, keseimbangan dalam arah pembangunan, kepedulian terhadap elemen alam, keberlanjutan hubungan sosial, dan pengelolaan siklus kehidupan rakyat," kata H Didit, Kamis (3/10/2024).
Menurut H Didit, harmoni dengan mata angin, pemimpin harus membangun dari semua penjuru.
3 Calon Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia yang Siap Tampil Maret 2025, Nomor 1 Ole Romeny!
"Seorang pemimpin yang layak memimpin Jawa Barat harus memiliki wawasan luas dan pendekatan holistik dalam membangun provinsi ini. Dari utara yang urban hingga selatan yang agraris, dari timur industri hingga barat pariwisata, pembangunan harus merata," ujarnya.
"Pemimpin yang hanya fokus pada satu bagian atau sektor akan gagal memahami kompleksitas Jawa Barat. Dibutuhkan kepemimpinan yang bisa menjaga keseimbangan pembangunan di setiap wilayah, memastikan bahwa semua daerah mendapat akses yang sama terhadap sumber daya, infrastruktur, dan kesempatan ekonomi," tutur H Didit.
Pembangunan Jabar, kata dia, harus dilandasi prinsip keadilan sosial, sehingga tak ada daerah yang tertinggal, baik di kota besar maupun di desa terpencil.
"Harmoni dengan elemen-elemen alam, yaitu, pembangunan berkelanjutan. Krisis lingkungan global telah mengingatkan kita bahwa pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan keberlanjutan akan membawa bencana," ucapnya.
H Didit menegaskan, Jawa Barat adalah provinsi sangat kaya akan sumber daya alam. Pemimpin Jawa Barat ke depan harus memiliki visi yang jelas tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam.
"Pembangunan yang tidak menghancurkan lingkungan, namun justru mengintegrasikan elemen-elemen alam seperti tanah, air, udara, dan api dalam setiap kebijakan," ujar H Didit.
Pemimpin yang dicari, tutur dia, adalah tokoh yang memahami pembangunan tanpa memperhatikan lingkungan akan menghancurkan masa depan Jawa Barat.
"Pemimpin masa depan harus berani mengambil langkah strategis untuk menghadapi ancaman perubahan iklim, deforestasi, dan degradasi lingkungan yang terus mengancam kualitas hidup rakyat," tuturnya.
H Didit mengatakan, kriteria pemimpin harmoni dalam empat pilar kehidupan, antara lain, spiritualitas, keluarga, masyarakat, dan alam.
Pemimpin yang dibutuhkan Jawa Barat adalah sosok yang memahami pentingnya menjaga keseimbangan empat pilar utama kehidupan, yaitu, spiritualitas, keluarga, masyarakat, dan alam," ucap H Didit.
Dalam masyarakat Sunda, ujar dia, spiritualitas bukan sekadar ibadah, melainkan juga penghormatan terhadap alam, keluarga, dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Pemimpin masa depan harus mampu menjaga keseimbangan ini dengan kebijakan yang memupuk nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
"Jawa Barat tidak hanya membutuhkan pemimpin yang membangun infrastruktur, tetapi juga membangun manusia dan masyarakat yang harmonis," ujarnya.
Keempat, kata H Didit, pemimpin Jabar harus harmoni dalam siklus kehidupan, yaitu, memastikan keadilan sosial di setiap fase kehidupan.
Di dunia yang semakin dinamis, ucap H Didit, penting pemimpin mampu memahami siklus kehidupan rakyat. "Seorang pemimpin harus memastikan keadilan sosial di setiap tahap kehidupan warganya, dari masa kanak-kanak hingga usia lanjut," ucap H Didit.
Pemerintah, ujar dia, harus hadir di setiap fase kehidupan warga. "Dari pendidikan berkualitas sejak dini, layanan kesehatan yang merata, hingga penyediaan lapangan pekerjaan yang adil serta jaminan sosial bagi warga senior. Siklus kehidupan ini harus dikelola dengan hati-hati agar tidak ada satu pun generasi yang tertinggal," ujarnya.