Gus Miftah Dihujat Netizen Usai Candaan Menghina Pedagang Es di Magelang
Magelang , iNewsTTU .id Miftah Maulana Habiburrahman, yang lebih dikenal sebagai Gus Miftah, kini tengah menjadi sorotan setelah mendapat kritik keras dari netizen terkait aksinya di acara Magelang Bersholawat pada akhir pekan lalu.
Gus Miftah, yang dikenal sebagai Utusan Khusus Presiden (UKP) Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, terlibat dalam sebuah insiden yang memalukan seorang pedagang es teh dan air mineral.
Dalam acara tersebut, seorang pedagang es yang membawa dagangannya di atas kepala berdiri di antara peserta yang sedang menyaksikan dakwah.
Sejumlah peserta acara kemudian berseru agar Gus Miftah membeli seluruh dagangan pedagang tersebut.
Namun, Gus Miftah malah melontarkan candaan yang dianggap tidak pantas, dengan berkata, "Es tehmu masih banyak tidak? Masih? Ya sana jual go***!" dalam bahasa Jawa, yang disambut tawa dari beberapa orang di atas panggung.
Candaan tersebut langsung mendapat kecaman dari netizen di media sosial.
Banyak yang menganggap tindakan Gus Miftah sebagai penghinaan terhadap pedagang kecil yang sedang mencari nafkah.
"Semoga penjual minuman yang digoblok-goblokkan oleh penceramah agama itu ditinggikan derajatnya oleh Allah," ujar Islah Bahrawi, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), di Twitter.
Kritik juga datang dari beberapa akun yang mengungkapkan ketidaksetujuannya atas pernyataan Gus Miftah. Akun regi_ramdhan menyatakan,
Ga lucu Gus, semisal itu bapak saya, saya kejar Anda, sedangkan akun masa_g menulis, Orang ini selalu viral, tapi gak pernah ngerasa salah.
Setelah video tersebut viral, Gus Miftah mengunggah ulang Instagram Stories dari jamaahnya, yang mungkin bertujuan untuk menunjukkan apresiasi dan keterlibatannya dengan para pengikutnya.
Ini juga bisa dianggap sebagai klarifikasi atas tindakannya yang dinilai kurang pantas oleh sebagian orang.
Meskipun demikian, insiden ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh figur publik seperti Gus Miftah dalam menjaga sikap dan kata-kata agar tidak menyinggung perasaan masyarakat, terutama kalangan yang lebih rentan secara sosial-ekonomi.