Uniknya Makam Sultan Hasanuddin yang Berundak-undak Seperti Candi, Ternyata Ini Maknanya
Sultan Hasanuddin merupakan salah satu pahlawan nasional yang dikebumikan di daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Sebelum dikenal sebagai pahlawan, ia adalah Raja Gowa ke-16 yang menjabat selama kurang lebih 17 tahun.
Selama menjabat menjadi Raja Gowa, ia mendapat julukan sebagai Ayam Jantan dari Timur oleh penjajah Belanda. Julukan ini diberikan karena kegigihan dan keberaniannya dalam melawan serta mengusir penjajah di Bumi Sulawesi.
Sultan Hasanuddin meninggal di tahun 1670 saat usianya masih cukup muda, yaitu 41 tahun dan dimakamkan di area Makam Raja-Raja Gowa. Saat kamu memasuki kompleks makam ini, kamu akan disambut dengan patung setengah badan Sultan Hasanuddin yang menggunakan baju ciri khasnya yang berwarna merah.
Hari Kedua Harmoni Global di Riyadh, Saly Yuniar hingga Pertunjukan Akrobatik Hipnotis Pengunjung
Baju berwarna merah merupakan baju yang sering dipakai Sultan Hasanuddin dalam kesehariannya. Baju ini melambangkan keberanian. Berbeda dengan yang lainnya, kompleks makam di sini berisikan laki-laki semua loh. Enggak ada perempuan yang dimakamkan di sini.
Kompleks Makam di sini semuanya laki-laki, tidak ada perempuan. Jadi Raja-Raja Gowa dimakamkan di kompleks makam ini, dari Raja Gowa ke 14, 15, 16, sampai anak-anak Sultan Hasanuddin yang menjadi Raja juga dimakamkan di sini. Makam ini memang dari ratusan tahun yang diperuntukkan untuk makam Raja. Jadi keluarganya, seperti cucu, istri, dan anak perempuan dimakamkan di sebelah kompleks ini, ujar Iqbal, Juru Kunci Makam kepada Z Creators, Retno Mandriyarini.
Uniknya, setiap pengunjung yang datang ke sini selalu mengira ini candi. Padahal, area ini merupakan makam, tetapi memang dibuat berundak-undak seperti candi.
Banyak yang bertanya kenapa makam di sini seperti candi. Batu-batu yang disusun di atas makam merupakan batu alam. Mereka terdahulu yang membuat makam ini berundak karena ada unsur kebudayaan Jawa yang juga ikut andil dalam pembuatan makam ini. Di samping itu juga ada unsur status sosial Raja, semakin tinggi dan berundak-undak maka semakin tinggi juga status ke bangsawanan seorang Raja, jelas Iqbal.
Di kompleks makam ini juga ada berbagai bentuk jirat. Ada satu buah jirat yang berbentuk cungkup dengan bentuk dasar kubah persegi panjang, ada jirat makam tipe cungkup punden berundak, dan ada juga jirat makam dengan teras berundak-undak. Makam satu dan makam lainnya berbeda dan punya makna yang berbeda pula.
Selain bentuk makam yang berundak-undak, ada yang unik pada penulisan nisan di makam ini. Jika pada umumnya penulisan nisan hanya menuliskan tanggal lahir dan wafat, di makam ini juga dituliskan riwayat beberapa nama Kerajaan.
Contohnya pada makam Sultan Hasanuddin yang menggunakan bahasa Makassar yaitu Mallombasi Daeng Mattawang serta tulisan riwayat ia meninggal karena sakit dengan sebutan Tumenanga Riballa Pangkana.
Makam-makam raja lainnya juga sama penulisannya. Urutannya yaitu nama tersohor, nama asli kerajaan, tanggal lahir dan kematian, serta riwayat meninggal.
Jika kamu ingin berziarah, kamu bisa mengunjunginya di Jalan Pallantikang No. 83, Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Kompleks makam ini buka setiap hari dari pukul 07.00-17.00 WITA.
Masuk ke dalam area ini gratis dan kamu akan dipandu oleh juru kunci yang menjelaskan mengenai sejarah kerajaan Gowa serta Sultan Hasanuddin. Tempatnya bersih dan terdapat area parkir yang luas. Cocok juga dijadikan tempat untuk study tour.
Artikel menarik lainnya:
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik!Lets join Z Creatorsdengan klik di sini.