Zelensky Didesak Mundur Setelah Cekcok dengan Trump, Siapa Calon Penggantinya?

Zelensky Didesak Mundur Setelah Cekcok dengan Trump, Siapa Calon Penggantinya?

Terkini | okezone | Senin, 3 Maret 2025 - 07:23
share

JAKARTA – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendapat desakan untuk mundur menyusul cekcok yang terjadi antara dirinya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Wakil Presiden J.D. Vance di Gedung Putih, selama kunjungannya ke Washington pekan lalu. Insiden yang menjadi sensasi global itu membuat Zelensky dan delegasi Ukraina dilaporkan diusir dari Gedung Putih.

Sebagaimana dilaporkan, hubungan Trump dengan Zelensky telah berada dalam situasi yang buruk sebelum pertemuan pada Jumat, (28/2/2025) tersebut. Trump sebelumnya menyebut Zelensky sebagai diktator karena Kyiv tidak menyelenggarakan dan tidak berencana menyelenggarakan pemilu selama perang. Washington juga bersikeras bahwa Ukraina harus bersiap menerima sedikit konsesi selama perundingan damai, yang diadakan AS dan Rusia tanpa perwakilan Ukraina.

Pada Jumat, Zelensky, Trump, dan Vance bertemu di Ruang Oval Gedung Putih untuk membahas penyelesaian perjanjian mineral antara Amerika Serikat dan Ukraina. Namun, diskusi tersebut kemudian memburuk saat Zelensky bersikeras dan menekankan bahwa Trump seharusnya lebih mendukung Kyiv daripada tetap netral dalam upaya untuk memediasi kesepakatan dengan Moskow.

Menanggapi komentar Zelensky tersebut, Trump berbicara dengan nada keras mengatakan bahwa Zelensky seharusnya lebih "bersyukur" atas bantuan AS. Vance juga turut mendukung atasannya mengkritik Zelensky yang dia anggap tidak bisa bernegosiasi.

Zelensky meninggalkan Gedung Putih lebih awal dari yang direncanakan dan tidak menandatangani kesepakatan mineral tanah jarang yang sebelumnya dikatakan telah siap. Staf Gedung Putih mengatakan bahwa Zelensky dan delegasi Ukraina diusir menyusul insiden yang disiarkan langsung tersebut, dan diminta meninggalkan Gedung Putih oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.

Zelensky Didesak Mundur

Setelah pertukaran pendapat tersebut, Trump mengatakan akan sulit untuk bergerak maju dengan dinamika saat ini. Komentar tersebut memunculkan seruan dari sekutu Trump bahwa jika Zelensky tidak dapat memperbaiki keadaan dengan Trump, Ukraina "perlu mencari orang baru", yang berarti mendepaknya dari jabatan presiden.

"Ini adalah kesempatan yang hilang, dan pertanyaan bagi saya untuk rakyat Ukraina: Saya tidak tahu apakah Zelensky dapat membawa Anda ke tempat yang Anda inginkan bersama Amerika Serikat," kata Senator AS Lindsay Graham, yang merupakan salah satu sekutu Trump, saat tampil di Fox News . "Entah dia berubah drastis, atau Anda perlu mencari orang baru."

 

Politikus Partai Republik lainnya, Ketua DPR Mike Johnson, pada Minggu, (2/3/2025) saat tampil di acara Meet the Press di NBC News mengatakan kepada pembawa acara Kristen Welker bahwa "sesuatu harus berubah" agar perdamaian dapat terjadi.

"Entah dia (Zelensky) perlu sadar dan kembali ke meja perundingan dengan rasa terima kasih atau orang lain perlu memimpin negara untuk melakukan itu," kata Johnson, sembari menambahkan bahwa pemerintahan dan Partai Republik memahami bahaya yang ditimbulkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin .

Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz mengatakan pada Minggu bahwa Ukraina membutuhkan "seorang pemimpin yang dapat berurusan dengan kita, akhirnya berurusan dengan Rusia, dan mengakhiri perang ini."

"Jika menjadi jelas bahwa Presiden Zelensky memiliki motivasi pribadi atau motivasi politik yang berbeda dengan upaya mengakhiri pertempuran di negara ini, maka saya rasa kita punya masalah yang nyata," katanya, sebagaimana dilansir Newsweek.

Siapa yang Bisa Menggantikan Zelensky?

Satu nama yang berada di puncak daftar Ukraina adalah duta besarnya saat ini untuk Inggris, Valery Zaluzhny. Sebelum menduduki jabatan diplomatiknya, Zaluzhny menjabat sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata Ukraina dari 2021 hingga 2024, yang berarti ia telah mengawasi sebagian besar pertahanan Kyiv terhadap invasi terbaru Rusia.

Zelensky memberhentikan Zaluzhny dari jabatan militernya pada 2024 dan menugaskannya kembali dalam sebuah langkah yang terbukti sangat kontroversial. Beberapa pihak melihat ini sebagai puncak dari ketegangan yang telah lama membara karena perbedaan pendapat mengenai strategi perang dan tantangan mobilisasi massa.

Jajak pendapat internal yang diperoleh The Economist menunjukkan bahwa meskipun Zelensky tetap menjadi politisi paling populer di Ukraina, ia akan kalah dalam pemilihan mendatang dari Zaluzhny dengan selisih 30 hingga 65 persen.

Kandidat penting lainnya adalah Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko yang juga menentang Zelensky beberapa kali selama perang. Klitschko, mantan petinju profesional, memangku jabatan pada tahun 2014 setelah dua periode menjabat sebagai wakil dewan kota Kyiv.

Pada 2023, Klitschko menjadi berita utama ketika ia menuduh Zelensky tidak jujur tentang keadaan perang, yang menurutnya bukanlah "jalan buntu" yang dijelaskan di media. Ia menuduh Zelensky berbohong "dengan gembira" sambil memuji Zaluzhny karena mengatakan "kebenaran."

 

Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Ukraina mungkin menghadapi tekanan untuk menyelenggarakan pemilu sebagai syarat untuk menerima bantuan militer dari Washington. Namun, Zelensky telah mengindikasikan bahwa ia tidak akan mempertimbangkan untuk mengundurkan diri saat ini.

"Tidak. Keputusan ini hanya dapat dilakukan oleh rakyat Ukraina. Rakyat Amerika memilih presiden mereka... dan hanya rakyat Ukraina yang memilih rakyat Ukraina," kata Zelensky kepada Fox News beberapa jam setelah pertengkarannya dengan Trump.

Topik Menarik