Kubu Konservatif Menangi Pemilu Jerman, Friedrich Merz Akan Jadi Kanselir Berikutnya

Kubu Konservatif Menangi Pemilu Jerman, Friedrich Merz Akan Jadi Kanselir Berikutnya

Terkini | okezone | Senin, 24 Februari 2025 - 03:21
share

BERLIN - Friedrich Merz akan menjadi kanselir Jerman berikutnya setelah kubu oposisi konservatif memenangi pemilihan umum pada Minggu, (23/2/2025). Merz, 69 tahun, masih harus membentuk koalisi yang rumit setelah partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD) mendapatkan suara terbanyak kedua dalam pemilihan bersejarah menyusul runtuhnya aliansi pemerintahan Kanselir Olaf Scholz.

Upaya pembentukan koalisi ini menjadi rumit karena partai-partai arus utama menolak bekerja sama dengan AfD, yang mendapat dukungan dari tokoh sayap kanan dan konservatif Amerika Serikat (AS) seperti Elon Musk dan Presiden Donald Trump, menurut laporan Reuters.

Berpaling dari AS

Merz, yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya dalam jabatan, ditetapkan menjadi kanselir di saat Jerman, yang merupakan ekonomi terbesar di Eropa sedang terpuruk. Masyarakat Jerman terpecah dalam berbagai masalah termasuk isu migrasi dan arah politik terkait hubungannya dengan AS dan konfrontasi dengan Rusia dan China.

Calon Kanselir baru itu kemungkinan akan mengedepankan agenda Eropanya, dan mengalihkan perhatian dari AS menurutnya “tidak peduli” dengan nasib negara-negara Eropa. Merz juga menyampaikan komentar keras terhadap “pernyataan keterlaluan” yang dating dari Washington selama kampanye pemilihan umum Jerman, yang dia bandingkan dengan intervensi dari Rusia.

Merz mengatakan bahwa protitas utamanya adalah memperkuat Eropa secepat mungkin sehingga dapat “mencapai kemerdekaan sejati dari AS selangkah demi selangkah".

Ia bahkan memberanikan diri untuk bertanya apakah pertemuan puncak Pakta Pertahanan Atlantik Utara berikutnya, yang telah menopang keamanan Eropa selama beberapa dekade, masih akan melihat "NATO dalam bentuknya saat ini".

Koalisi yang Sulit

Merz akan memasuki perundingan koalisi tanpa memiliki daya tawar negosiasi yang kuat. Meskipun partai CDU/CSU-nya muncul sebagai blok terbesar, mereka memperoleh hasil terburuk kedua pascaperang.

Masih belum pasti apakah Merz akan membutuhkan satu atau dua mitra untuk membentuk mayoritas, dengan nasib partai-partai yang lebih kecil yang tidak jelas sehingga dapat mengacaukan perhitungan parlemen.

 

Koalisi tiga arah lainnya kemungkinan akan jauh lebih sulit, menghambat kemampuan Jerman untuk menunjukkan kepemimpinan yang jelas.

Partai Sosial Demokrat (SPD) yang dipimpin Kanselir Scholz mendapat hasil terburuk mereka sejak Perang Dunia Kedua, dengan 16,5 suara, sementara Partai Hijau memperoleh 11,8.

Dukungan yang kuat terutama dari pemilih yang lebih muda mendorong partai Die Linke yang berhaluan paling kiri memperoleh 8,7 suara. Partai Demokrat Bebas (FDP) yang pro-pasar dan partai pendatang baru Aliansi Sahra Wagenknecht (BSW) berada di sekitar ambang batas 5 untuk memasuki parlemen.

Menurut jajak pendapat, jumlah pemilih yang hadir sebesar 83 merupakan yang tertinggi sejak sebelum reunifikasi pada 1990.

Pemilu hari Minggu diadakan setelah runtuhnya koalisi Scholz yang terdiri dari SPD, Partai Hijau, dan FDP yang pro-pasar pada November lalu dalam pertikaian mengenai pengeluaran anggaran.

Pembicaraan koalisi yang panjang dapat membuat Scholz berperan sebagai pejabat sementara selama berbulan-bulan. Ini akan menyebabkan penundaan pembuatan kebijakan yang akan berpengaruh pada ekonomi Jerman dan akan menciptakan kekosongan kepemimpinan di Eropa.

Topik Menarik