Pakar Astronomi BRIN Sebut Potensi Awal Ramadhan 2025 Berbeda, Ini Penyebabnya

Pakar Astronomi BRIN Sebut Potensi Awal Ramadhan 2025 Berbeda, Ini Penyebabnya

Terkini | inews | Minggu, 23 Februari 2025 - 15:55
share

JAKARTA, iNews.id – Pakar Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan adanya potensi perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan 2025 / 1446 Hijriah. Hal itu terjadi karena posisi hilal pada 28 Februari sulit diamati atau gagal rukyat di sebagian besar wilayah Indonesia. Sehingga, kemungkinan besar 1 Ramadhan 2025 jatuh 2 Maret 2025.

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Pusat Riset Antariska BRIN, Profesor Thomas Djamaludin mengungkapkan, posisi bulan saat magrib 28 Februari 2025 di Banda Aceh tinggi toposentrik 4,5 derajat dan elongasi geosentrik 6,4 derajat sedikit melebihi kriteria MABIMS yakni tinggi lebih dari 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. 

“Posisi bulan saat magrib 28 Februari 2025 di Surabaya tinggi toposentrik 3,7 derajat dan elongasi 5,8 derajat. Kurang dari kriteria MABIMS,” katanya dikutip dari channel tdjamaludin.

Menurut Djmalaudin, posisi bulan yang terlalu dekat dengan matahari dan ketinggiannya masih cukup rendah menunjukkan posisi bulan untuk penentuan awal Ramadhan sulit diamati. Sehingga, kemungkinan gagal rukyat sangat besar.  

“Tunggu sidang itsbat. Ada kemungkinan 1 Ramadhan 1446 tanggal 2 Maret 2025 karena kemungkinan gagal rukyat,” katanya.

Menyikapi kemungkinan potensi gagal rukyat hilal untuk penentuan awal Ramadhan 2025, kata dia, ada dua kemungkinan keputusan yang bisa diambil dalam sidang isbat 28 Februari 2025.

“Pertama, tetap konsisten dengan kriteria dan merujuk fatwa MUI 1982, isdang isbat diusulkan tetap mengambil hasil hisab yang sudah memenuhi kriteria di Aceh untuk 1 ramadhan yakni 1 Maret. Kedua, sidang isbat diusulkan mengambil keputusan berdasarkan hasil rukyat karena di sebagian besar wilayah Indonesia hilal pun tidak mungkin dirukyat. Seingga 1 Ramadhan jatuh 2 Maret 2025,” papar Thomas Djamaludin.

Menurut Thomas, dua pilihan itu mempunyai alasan yang kuat dan tidak menyalahi prinsip penggunaan imkanurrukyat. Menteri Agama perlu mendengar semua pandangan perwakilan ormas Islam dan pakar untuk mengambil keputusan dengan pertimbangan kemaslahatan umat dalam sidang Isbat yang akan digelar Jumat, 28 februari 2025.

“Saya pribadi akan ikut keputusan pemerintah pada sidang isbat, apa pun hasilnya. Karena sidang isbat ini dihadiri pakar astronomi dan ahli falak, pakar fikih, perwakilan ormas Islam. Sidang isbat juga memperimbangkan aspek astronomis, aspek fikih dan aspek kemaslahatan ummat,” katanya. 

 
Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Sidang Isbat (penetapan) awal Ramadan 1446 Hijriah pada 28 Februari 2025. Sidang tersebut akan menentukan awal bulan puasa bagi umat Islam di Indonesia.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad menjelaskan, dijadwalkan sidang akan dipimpin Menteri Agama Nasaruddin Umar dan digelar di Auditorium HM Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta Pusat.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung,” ujarnya di Jakarta, Senin (10/2/25).

Abu menambahkan, ada tiga rangkaian yang akan dilakukan pada sidang isbat. Pertama, pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia.

“Ketiga, musyawarah dan pengambilan keputusan yang akan diumumkan kepada publik," katanya.

Abu mengajak masyarakat menunggu hasil sidang isbat dan pengumuman pemerintah terkait awal Ramadan 1446 H. Ini sejalan dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

“Kita berharap umat Islam di Indonesia bisa mengawali Ramadan tahun ini secara bersama-sama," tuturnya.

Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah (Urais Binsyar) pada Ditjen Bimas Islam Kemenag, Arsad Hidayat, menambahkan, berdasarkan data hisab awal Ramadan 1446 H, ijtimak terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB. Pada hari yang sama, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’, dengan sudut elongasi antara 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’.

“Dengan kriteria ini, secara astronomi, ada indikasi kuat bahwa hilal akan terlihat,” ucap Arsad.

Data hisab ini akan dikonfirmasi melalui proses pemantauan hilal atau rukyatul hilal. Kemenag bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kemenag di berbagai daerah akan melakukan pemantauan hilal di berbagai titik di seluruh Indonesia. Hasil hisab dan rukyat akan dipaparkan pada sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama.

Topik Menarik