Mengenal Padi Gogo, Jagoan Lahan Kering untuk Swasembada Pangan

Mengenal Padi Gogo, Jagoan Lahan Kering untuk Swasembada Pangan

Terkini | okezone | Minggu, 23 Februari 2025 - 04:26
share

JAKARTA - Pemerintah berupaya mempercepat swasembada pangan dengan memperluas areal tanam padi, terutama di lahan kering. Salah satu teknologi yang menjadi andalan dalam program ini adalah Padi Gogo.

Mengutip keterangan Instagram @Bsipkementan. Padi Gogo merupakan varietas unggul yang dapat beradaptasi dengan kondisi lahan yang kurang subur, seperti kekeringan, tanah asam, dan serangan penyakit blas.

Varietas padi ini memiliki potensi besar dalam meningkatkan produksi beras nasional, terutama di daerah yang sulit mendapatkan irigasi. 
Dengan inovasi dan penerapan teknologi pertanian yang tepat, padi gogo dapat menjadi solusi dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia.

1. Metode Pengembangan Padi Gogo

Untuk mengoptimalkan hasil produksi padi gogo, berbagai inovasi teknologi pertanian telah dikembangkan. Beberapa teknologi yang diterapkan meliputi:

- Teknik konservasi tanah, seperti pembuatan teras, guludan, rorak, penggunaan mulsa, dan penanaman rumput untuk menjaga kelembaban tanah.

- Penggunaan varietas toleran terhadap naungan.

- Sistem integrasi tanaman-ternak untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

- Pemanfaatan teknologi panen air dengan membangun embung, dam parit, long storage, serta memanfaatkan air sungai sebagai sumber irigasi alternatif.

2. Varietas Lokal Padi Gogo

Setiap daerah memiliki varietas padi gogo lokal yang telah lama dikembangkan oleh petani. Beberapa varietas unggulan dari Kalimantan antara lain Buyung, Cantik, Katumping, Sabai, dan Sasak Jalan, sedangkan di Sumatera terdapat varietas Arias, Simarintik, Napa, Jangkong, Klemas, Gando, dan Seratus Malam.

Meskipun varietas lokal umumnya memiliki umur panen yang lebih panjang dan potensi hasil yang lebih rendah (sekitar 2 ton GKG/ha), keunggulannya terletak pada cita rasa yang khas sesuai dengan preferensi masyarakat setempat.

Disamping itu, varietas lokal lebih tahan terhadap kondisi lahan marjinal, serangan hama dan penyakit, serta membutuhkan input pertanian yang lebih rendah, sehingga lebih ramah lingkungan dan ekonomis.

 

3. Varietas Padi Gogo Penopang Produksi

Selain varietas lokal, pemerintah juga mengembangkan varietas unggul padi gogo yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dan dapat bertahan di lahan kering. Beberapa di antaranya adalah:

- Inpago 12 Agritan: Mampu berproduksi hingga 10,2 ton/ha, toleran terhadap kekeringan dan keracunan aluminium, serta tahan terhadap penyakit blas. Varietas ini menghasilkan nasi dengan tekstur cukup pulen.

- Situ Bagendit: Memiliki potensi hasil gabah kering giling sebesar 6 ton/ha, dengan rata-rata hasil di lahan kering sekitar 3 ton/ha dan umur panen 115 hari. Tekstur nasi yang dihasilkan pulen, sehingga disukai oleh masyarakat.

- Inpago 8: Memiliki potensi produksi 8,1 ton/ha dengan rata-rata hasil 5,2 ton/ha dan umur panen 119 hari.

Dengan pengembangan padi gogo yang lebih masif dan penggunaan teknologi pertanian yang tepat, lahan kering yang sebelumnya kurang produktif kini dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini menjadi peluang besar dalam mempercepat swasembada pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor beras.

Topik Menarik