Pria Pengidap Kanker Gelapkan Donasi Rp1,5 Miliar Buat Beli Apartemen, Picu Kemarahan Publik

Pria Pengidap Kanker Gelapkan Donasi Rp1,5 Miliar Buat Beli Apartemen, Picu Kemarahan Publik

Terkini | okezone | Senin, 18 November 2024 - 14:04
share

SEORANG pria China yang mengidap kanker dan mengaku miskin telah memicu kontroversi setelah terungkap bahwa ia telah menggunakan uang hasil donasinya . Dia juga berbohong tentang kondisi keuangan keluarganya untuk mendapatkan donasi melalui penggalangan dana online.

Dirangkum dari SCMP, Senin (18/11/2024), seorang pasien kanker berusia 29 tahun di China berusaha mengumpulkan 900.000 yuan sekitar Rp1,9 miliar dari penggalangan dana secara online untuk perawatan medis telah memicu kecurigaan penipuan setelah ia memposting foto-foto apartemen barunya.

Postingan itu muncul tidak lama setelah ia berhasil mengumpulkan lebih dari 700.000 yuan atau sekitar Rp1,5 miliar hanya dalam beberapa hari. Pria bernama Lan ini didiagnosis menderita limfoma Hodgkin, yang merupakan kanker langka, lalu ia memutuskan untuk mempublikasikan penggalangan dana di platform populer pada 14 Oktober.

Lan dikenal sebagai lulusan Universitas Nanjing tahun 2020 di provinsi Jiangsu, sebelah utara Shanghai, yang bekerja di sebuah perusahaan internet besar di Guangzhou, China selatan sebelum didiagnosis menderita kanker.

Sertifikat penyakit resmi mengkonfirmasi diagnosisnya, dengan catatan bahwa "penyakit ini sulit diobati jika kambuh". Pria itu mengungkapkan bahwa ia tidak lagi memiliki uang, karena sudah terkuras oleh tagihan medisnya. Dia juga mengaku terlilit utang yang besar.

Menurut teman-temannya, penggalangan dana yang dilakukan Lan tersebar luas, dengan permohonan dana untuk biaya medisnya yang diposting di grup alumni dan di media sosial. Lan juga mendokumentasikan kisah yang dialaminya melalui video dan membagikan rekening banknya untuk donasi.

Keraguan muncul di antara para donatur mengenai transparansi keuangan Lan ketika pada tanggal 6 November dia memposting foto-foto apartemen yang baru dibeli dalam grup chat. Dia menyatakan dari penggalangan dana tersebut menghasilkan lebih dari 700.000 yuan sekitar Rp1,5 miliar hanya dalam beberapa hari.

Grup chat tersebut juga memperlihatkan Lan menyatakan: "Ini rumah baru saya, harga total 738.000 yuan sekitar Rp1,6 miliar" yang menimbulkan kecurigaan adanya penggelapan dana.

Selain itu juga terungkap, iklan pernikahan yang pernah diposting oleh Lan mengungkapkan bahwa keluarganya memiliki beberapa properti, termasuk dua apartemen hunian senilai hingga satu juta yuan (Rp2,1 miliar). Keluarga Lan juga memiliki properti komersial senilai lebih dari 3,8 juta yuan yang menghasilkan pendapatan sewa tahunan sebesar 145.000 yuan sekitar Rp300 juta

Namun, profilnya di platform crowdfunding Lan hanya mencantumkan satu properti senilai 300.000 - 500.000 yuan sekitar Rp600 juta Rp1 miliar dan sebuah mobil yang dia nyatakan siap dijual.

Akibatnya, platform crowdfunding menutup saluran Lan pada tanggal 7 November, ia telah menerima lebih dari 270.000 yuan sekitar Rp500 juta dari 4.536 donatur.

Lan kemudian menyatakan bahwa ia menyetorkan 200.000 yuan atau sekitar Rp400 juta dari sumbangan tersebut ke dalam rekening tabungan dan membantah tuduhan bahwa ia menggunakan dana tersebut untuk membeli apartemen.

Pada tanggal 7 November, platform crowdfunding tersebut merilis pernyataan resmi yang mengonfirmasi bahwa Lan telah menyembunyikan situasi keuangan keluarganya yang sebenarnya.

Sesuai dengan aturan platform, semua dana yang dikumpulkan oleh Lan, dengan total 278.204 yuan sekitar Rp600 juta dan akan dikembalikan kepada para donatur.

Lan telah di blacklist dengan label "penggalang dana yang tidak memiliki kredibilitas". Dia juga dilarang permanen untuk melakukan penggalangan dana di platform tersebut.

Dilaporkan oleh Red Star News, kejadian ini telah menghidupkan kembali kekhawatiran publik tentang transparansi dalam penggalangan dana amal.

Seseorang menanggapi kejadian ini mengatakan: "Dia telah kehilangan kesempatan dalam memanfaatkan platform, tetapi penipuannya membuat banyak orang ragu untuk menyumbang kepada yang benar-benar membutuhkan, tulisnya.

Topik Menarik