Runtuhnya Daulah Fatimiyah: Terjadi Pemaksaan Paham Syiah di Mesir
Pada masa kemunduran Daulah Fatimiyah berada di bawah enam khalifah , yaitu Al-Zafir (1021-1036 M), Al-Mustansir (1035- 1094 M), Al-Mustali (1094-1101 M), Al-Amir (1101-1130 M), Al-Hafiz (1130-1149), Al-Zafir (1149-1154 M), Al-Faiz (1154- 1160 M) dan Al-Adid (1160-1171 M).
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag. dalam bukunya berjudul " Sejarah Peradaban Islam " (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan di antara kebijakan yang diambil Khalifah Daulah Fatimiyah pada saat berkuasa di Mesir adalah menyebarkan atau bahkan boleh dikatakan memaksakan paham Syiah Ismailyah kepada penduduk.
"Untuk itu, seluruh pegawai diwajibkan memeluk mazhab Syiah Ismailiyah," tulis Syamruddin Nasution.
Semua qadhi atau hakim diwajibkan supaya mengeluarkan keputusan hukum yang sesuai dengan undang-undang mazhab Syiah. Kemudian mereka menyebarkan atau mempropagandakan mazhab Syiah Ismailiyah kepada penduduk.
Sudah begitu, tiga Khalifah pertama, yaitu Abu Bakar Shiddiq , Umar bin Khattab dan Utsmanbin Affan dicaci maki dan dicela oleh Khalifah Daulah Fatimiyah.
Bahkan yang lebih kasar lagi adalah apa yang dilakukan oleh Khalifah Al-Hakim Biamrillah, dia memerintahkan supaya dilukiskan cacian kepada para sahabat, baik di dinding-dinding masjid, di pasar-pasar maupun di jalan-jalan.
Perintah itu dikeluarkannya kepada seluruh pemerintah daerah dalam wilayah kekuasaan Daulah Fatimiyah.
Tindakan Al-Hakim ini membangkitkan kemarahan rakyat Sunni yang merupakan mayoritas penduduk di seluruh wilayah kekuasaan Daulah Fatimiyah. Mereka menuntut dihentikan segala bentuk caci maki yang ditujukan kepada tiga Khalifah pertama tersebut.
Pada akhirnya konflik Sunni-Syiah ini dapat diselesaikan setelah Khalifah Al-Hakim menyuruh menghapus segala celaan terhadap Khalifah yang tiga dan akan dihukum setiap orang yang berani mencela mereka dan bersikap kasar pada mereka baik di jalan-jalan maupun di khalayak ramai.
Tindakan Al-Hakim ini menimbulkan bibit-bibit kebencian dan kemarahan di kalangan rakyat yang menjadi bom waktu terjadinya perang pada saat yang tepat mereka bertekad hendak menghancurkan Daulah Fatimiyah.
Kehancuran Daulah Fatimiyah terjadi sepeninggal Khalifah Al-Hakim. Para Khalifah yang dilantik sesudahnya mereka telah tenggelam dalam kemewahan hidup sampai Khalifah terakhir Al-Adid (1160-1171 M).
Mereka tinggal di istana-istana indah di Kairo menikmati berbagai macam kelezatan hidup duniawi. Sedangkan urusan pemerintahan mereka serahkan kepada para Perdana Menteri. Para Perdana Menteri pun merongrong jabatan Khalifah. Mereka mengangkat dirinya menjadi Penguasa Sebenarnya sedang Khalifah menjadi Permainan di tangan mereka.
Faktor luar karena mereka mengancam rakyat untuk menganut paham Syiah yang menjadi mazhab mereka. Hal ini menimbulkan pemberontakan. Gubernur Iskandariyah Ibn Al-Silar menyerbu ke Kairo pada saat menteri dijabat Najamuddin ibn Mishal.
Terjadi bentrok dan peperangan di antara dua pasukan tersebut. Demikianlah terjadi silih berganti perebutan kekuasaan. Anehnya setiap terjadi bentrok masing-masing minta bantuan kepada musuh.
Akan tetapi faktor yang mempercepat kehancuran Dinasti Fatimiyah adalah Perang Salib sebab pada saat Daulah Fatimiyah lemah orang Salib ingin menguasai Mesir.
Mereka datang hendak menyerbu Mesir pada saat memuncak konflik antara Daulah Fatimiyah dengan rakyat di Mesir.
Dalam situasi genting begini terpaksa Khalifah Fatimiyah minta bantuan kepada Nuruddin Zanki penguasa Syam dan Aleppo untuk membantunya memerangi orang Salib.
Nuruddin Zanki mengirim sejumlah tentara di bawah pimpinan Asaduddin Zanki. Pada tahap ini terjadi perjanjian antara pasukan Asaduddin dengan pasukan Salib untuk sama-sama menarik diri dari Mesir.
Tetapi setahun kemudian orang Salib membatalkan perjanjian tersebut. Maka Nuruddin kembali mengirim bantuan tentara dalam jumlah besar di bawah pimpinan Salahuddin al-Ayyubi.
Dia dapat memukul mundur pasukan tentara Salib dari Mesir. Pasukan tentara Salib melarikan diri ke Syam. Untuk jasanya itu dia diangkat menjadi menteri besar di Mesir.
Selanjutnya Nuruddin Zanki mendesak Salahuddin Al-Ayyubi untuk mengakhiri Daulah Fatimiyah di Mesir. Maka pada tahun 567 H/1171 M diumumkanlah berdirinya Daulah Ayyubiyah di Mesir di bawah kekuasaan Daulah Abbasiyah, dengan sendirinya berakhirlah kekuasaan Daulah Fatimiyah.
Daulah Ayyubiyah di bawah pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi sangat berjasa dalam mempertahankan Mesir dari serangan pasukan Salib dan mendesaknya keluar dari Mesir sehingga aset peradaban Islam yang benilai tinggi, seperti Universitas Al Azhar dapat terpelihara dan diwariskan kepada generasi Islam berikutnya sampai sekarang. Wallah alam bi al-shawwab