Penembakan Donald Trump, Pelaku Pernah Serukan Iran Bunuh sang Mantan Presiden karena Kecewa

Penembakan Donald Trump, Pelaku Pernah Serukan Iran Bunuh sang Mantan Presiden karena Kecewa

Terkini | inews | Selasa, 17 September 2024 - 14:44
share

HOUSTON, iNews.id - Ryan Wesley Routh (58), pelaku penembakan di klub golf Donald Trump, West Palm Beach, Florida, pernah menulis buku yang menyerukan pembunuhan terhadap sang mantan presiden. Hal itu terungkap dari hasil penyelidikan sementara yang dilakukan FBI dan penegak hukum lainnya.

Routh didakwa dengan dua tuduhan federal atas kepemilikan senjata api dengan catatan kejahatan sebelumnya serta kepemilikan senjata api dengan nomor seri yang telah dihapus atau diubah. Meski demikian penyelidikan masih berlangsung terkait motif penembakan tersebut. Sidang penahanan Routh akan digelar pada 23 September, disusul sepekan kemudian untuk pembacaan dakwaan.

Dalam buku yang diterbitkan secara pribadi pada 2023, Routh menulis, "Anda bebas membunuh Trump". Seruan itu ditujukan kepada pemerintah Iran.

Bukan hanya itu, Routh juga menyebut Trump sebagai 'orang bodoh' dan 'badut' dalam artikel berjudul "Perang Tak Terkalahkan Ukraina".

Pria asal Carolina Selatan itu juga mengkritik Trump atas perannya dalam kerusuhan di Gedung Capitol, Washington DC, pada 6 Januari 2021. Saat itu para pendukung Trump menggeruduk gedung Kongres untuk menggagalkan sidang pengesahan kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS 2020.

Routh juga menyebut Trump melakukan kesalahan besar karena membawa AS keluar dari kesepakatan perjanjian nuklir dengan Iran pada 2018.

Masih dalam buku karyanya, Routh mengaku pernah mendukung Trump, namun kemudian kecewa. Oleh karena itu, dia menilai Trump harus bertanggung jawab atas kekecewaannya itu.

"Tetapi saya cukup jantan untuk mengatakan bahwa saya salah menilai dan membuat kesalahan besar dan (untuk) Iran, saya minta maaf. Anda bebas membunuh Trump dan juga saya atas kesalahan penilaian tersebut dan membatalkan kesepakatan (nuklir)," demikian isi tulisan, seperti dilaporkan kembali Anadolu, Selasa (17/9/2024).

Hasil penyelidikan lain juga mengungkap, Routh berusaha merekrut pejuang untuk berperang di Ukraina guna melawan Rusia. 

Selain itu, dia memiliki situs web yang berupaya mengumpulkan dana dan merekrut tentara bayaran untuk berperang membantu Ukraina.

Topik Menarik