Kue Cucur, Camilan Jadul Khas Betawi yang Masih Bertahan hingga Kini di Kota Banjar
BANJAR, iNewsCiamisRaya.id Kue cucur merupakan camilan jadul khas Betawi yang menjadi salah satu makanan tradisional yang banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kota Banjar, Jawa Barat.
Meskipun kue cucur sangat populer dan digemari, tidak semua orang tahu cara membuat camilan yang terbuat dari tepung beras dan gula jawa ini. Terutama untuk menghasilkan tekstur dan rasa yang autentik.
Dengan mempertahankan resep tradisional, kue cucur bisa tetap bertahan dan bersaing dengan makanan-makanan kekinian yang ada di pasaran.
Seorang pengusaha kue cucur, Utin Nuryatin (62), warga Dusun Parung RT 41/04, Desa Balokang, Kecamatan Banjar, berhasil mempertahankan usaha home industri kue cucur yang telah ia rintis sejak tahun 2010.
Usaha kue yang bentuknya bulat dan agak tebal pada bagian tengah, tapi tipis di pinggirannya ini mampu bertahan di tengah tantangan ekonomi dengan pasar utama di wilayah lokal Kota Banjar.
Utin mengaku setiap harinya menghabiskan 7 sampai 10 kilogram bahan pokok untuk memproduksi kue Cucur. Bahan-bahan ini adalah komponen utama dalam menjaga kualitas dan cita rasa khas kue cucur buatannya.
"Yang paling utama dalam mempertahankan usaha ini yaitu menjaga kualitas bahan baku, hal itu penting agar rasanya tetap otentik dan dinikmati oleh orang yang memakannya," kata Utin, Jumat (13/9/2024).
Meski upaya mempertahankannya cukup sulit, namun Utin tetap tidak menjualnya dengan harga tinggi. Kue cucur yang dibuat olehnya ini hanya ditawarkan dengan harga Rp2000 per-buah. Harga tersebut telah disesuaikan dengan kondisi pasar dan kemampuan daya beli masyarakat setempat.
"Meskipun murah, tapi kami tidak pernah mengurangi kualitas, karena kepuasan pelanggan adalah nomor satu," katanya.
Pemasaran Kue Cucur diakuinya lebih banyak dilakukan di wilayah lokal Kota Banjar. Selain dijual langsung di warung-warung dan keliling, Utin juga menerima pesanan dalam jumlah besar untuk berbagai acara, seperti pernikahan, hajatan, dan kegiatan lainnya.
"Alhamdulillah ada rezekinya, banyak yang suka beli, memesan dalam jumlah besar dan alhamdulillah kami juga bisa memenuhi pesanan besar tanpa mengurangi rasa atau kualitas," ucapnya.
Keberhasilannya menjalankan usaha home industri ini tidak lepas dari kerja keras dan dukungan keluarganya. Utin dibantu oleh beberapa anggota keluarga dalam proses produksi, mulai dari pengolahan bahan, pengemasan hingga pemasaran.
"Usaha ini kita kerjakan dengan saudara, gotong royong menjaga kelangsungan usaha ini dengan keluarga," ucapnya.
Utin menyebutkan usaha ini mulai dirintis pada tahun 2010, ia mengaku tidak pernah mengalami kesulitan yang berat. Meskipun ada beberapa tantangan, seperti fluktuasi harga bahan pokok, namun selalu ada solusi agar produksinya tetap berjalan lancar.
Dengan pengalaman lebih dari satu dekade, Utin optimis usahanya akan terus berkembang. Ia juga berharap kedepannya bisa memperluas jangkauan pemasaran dan membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
"Saya berharap semoga usaha ini bisa terus berkembang dan memberikan kepuasan bagi orang yang menikmati Kue Cucur ini," pungkasnya.